Minggu, 25 Januari 2015

RENUNGAN TAUHID DALAM IBADAH HAJI 2

Tauhid tatkala mandi dan menahan diri dari larangan-larangan ihram

Demikianpula tatkala seorang hamba telah mendaki gunung dan lautan melalui pesawat atau yg lainya dalam keadaan beriman kepada Allah subhanahu wata’ala..

maka pada saat pertama kali masuk dalam ibadah haji  maka ia bersiap-siap mandi dan melepaskan pakaiannya, tiba-tiba ia mengingat hari akhirat pada saat mandi dan melepaskan pakaiannya.

قال بعض العلماء:المؤمن في عبادة الحج يتذكر الآخرة في أكثر مشاعر الحج منذ أن يأتي ويخلع ثيابه عن جسده حيث يتذكر إذا خلعت منه بلا حول ولا قوة، ويتذكر إذا نزعت منه فغسل وكفن، فهو اليوم يغسل نفسه ويلبس رداءه وإزاره، ولكن ستأتي عليه ساعة لا محيص عنها، ولا مفر منها، فيتذكر أنه مقبل على الله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.

Sebagian ulama berkata:Seorang mu’min dalam ibadah haji dalam kebanyakan tempat pelaksanaan ibadah haji mengingatkan kepada hari akhirat semenjak ia datang dan melepas pakaian dari tubuhnya dimana ia merenungkan tatkala dilepas pakaian dari tubuhnya tanpa daya dan upayanya, ia dimandikan dan dikapani, maka pada hari ini ia mandi sendiri dan memakai sendiri dua helai pakaian yang putih, akan tetapi akan datang pada suatu  saat yang tidak akan bisa lari darinya, lalu ia merenung sesungguhnya ia akan mengahadap Allah subhanahu wata’ala.

Diantara prinsip keimanan: adalah keimanan kepada hari akhirat dan apa yang terjadi padanya;hari kebangkitan setelah kematian, hisab dan balasan..

maka ibadah haji mengingatkan semua itu, apabila ia keluar melaksanakan ibadah haji dan umroh ia menahan diri dari larangan-larangan ihram, lalu menahan diri dari minyak wangi, wanita, hawa nafsu dan kelezatan dalam rangka keta’atan kepada Allah subhanahu wata’ala, Maha suci Allah yang telah menghalalkan yang diinginkan hawa nafsu dan kelezatan itu sebelum masuk dalam ibadah haji dan umrohnya, jadilah ia harus menjauhi larangan-larangan itu dalam ibadah hajinya, Allahlah yang menjadi penentu keputusan yang tidak bisa diakhirkan keputusannya karena ibadah itu adalah tauqifi (menunggu perintah), manusia tidak bisa memajukan atau mengakhirkan bahkan ia pasrah secara total, ia beriman dan ia bertauhid secara sempurna dalam penghambaan dirinya kepada Allah subahanahu wata’ala.

Bersambung,,
By Abu faynan
Makkah 1/11/1435 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar