Senin, 02 Maret 2015

Kelezatan Memaafkan

BimbinganIslam.com
Senin, 11 Jumadil Awwal1436 H / 2 Maret 2015 M
Ustadz Firanda Andirja, MA
Materi Tematik | Kelezatan Memaafkan
https://www.youtube.com/watch?v=8i_peaHBM4A
Download Audio
https://www.dropbox.com/s/gosw5mxl3y202du/Kelezatan%20memaafkan.mp3?dl=0
-----------------------------------

KELEZATAN MEMA'AFKAN


السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أم بعد.

Ikhawaniy alkirām, semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kebahagiaan bagi diri saya dan anda sekalian.

Pada kesempatan yang berbahagia ini saya akan menyampaikan kelezatan dan kenikmatan yang dirasakan oleh para anbiyā' (para nabi) dan orang-orang yang shālih, yaitu kelezatan memaafkan dan berlapang dada.

Sebelumnya kita dapati sebagian orang memiliki permasalahan dengan orang lain.

Terkadang bermusuhan dengan kerabatnya sendiri, jengkel kepada paman, kakak, bibi, teman kantornya, teman bergaul, bahkan bermusuhan dengan ibu dan ayahnya sendiri.

Sehingga orang seperti ini tidak merasakan kelezatan.

Buktinya tatkala dia ingin tidur, sulit untuk bisa tidur.

Dia berusaha tidur akan tapi kejengkelan, kedongkolan dan kemarahan menyerang hatinya.

Pikiran dan hatinya tidak enak (gelisah).

Berbeda dengan orang yang memaafkan, hatinya lapang.

Dia mungkin dicerca dan dihina oleh orang lain tapi dia dalam keadaan bahagia, dia tidur pulas, dia tidak ingin merepotkan/menyulitkan hatinya.

Hati kita ini kecil.

Kalau kita isi dengan kebencian, kemarahan, kedongkolan maka hati ini jadi berat, untuk tidur dan santai sulit, sehingga dimana-mana gelisah.

Lihatlah para anbiyā' dan para rasūl, musuh mereka begitu banyak.

Betapa banyak orang jengkel kepada orang-orang shālih. Akan tetapi, subhanallāh, mereka mudah memaafkan.

Sehingga mereka bisa menemukan kelezatan memaafkan dan berlapang dada.

Lihatlah bagaimana Nabiyyullāh Yūsuf 'alayhissalām yang mempunyai sifat memaafkan yang luar biasa.

Yūsuf 'alayhissalām dipisahkan oleh saudara-saudaranya dengan ayahnya yang menurut Imam Ibnu Katsir rahimahullāh ada yang mengatakan 20 tahun, 23 tahun bahkan 40 tahun, sementara dia masih kecil

Saudara-saudaranya membuang Nabi Yūsuf 'alayhissalām ke dalam sumur, akhirnya dijual menjadi seorang budak dan seterusnya.

Ini merupakan perkara yang sangat menjengkelkan.

Sampai akhirnya Nabi Yūsuf 'alayhissalām dengan nikmat Allāh menjadi seorang al-'azīz (menteri) yang terkenal di negeri Mesir.

Sehingga akhirnya cerita berlanjut, Nabi Yūsuf mendatangkan ayah dan keluarganya ke negeri Mesir dan dimuliakan oleh Nabi Yūsuf 'alayhissalām.

Kemudian saudara-saudaranya pun mengatakan:

 لَقَدْ آثَرَكَ اللَّهُ عَلَيْنَا...َ

"Sesungguhnya Allāh telah memberikan kenikmatan kepada engkau...".

Namun Nabi Yūsuf sama sekali tidak marah kepad saudara-saudaranya, bahkan dia mengatakan :

لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ ۖ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ ۖ

"Tidak ada celaan bagi kalian (wahai saudara-saudaraku), semoga Allāh mengampuni dosa-dosa kalian."

Subhanallāh, lihatlah perkataan Nabi Yūsuf 'alayhissalām...

Bukan hanya memaafkan, tetapi Nabi Yūsuf 'alayhissalām mendo'akan saudara-saudaranya agar diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Padahal telah dipisahkan dari ayahnya dengan waktu yang begitu lama. Namun, karena kelapangan hati Nabi Yūsuf 'alayhissalām beliau merasakan kelezatan memafkan dan berlapang dada.

Lihatlah juga Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bayangkan, bagaimana jengkelnya orang kafir Quraisy terhadap Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan lihat kezhaliman yang telah mereka lakukan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dikeluarkan dari kampungnya (kota Mekkah), harus meninggalkan sanak keluarga dan tanah kelahiran yang sangat dicintai, kemudian dilarang untuk umrah dan haji, sehingga harus hijrah ke kota Madinah.

Kemudian, 8 tahun berikutnya, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam kembali menyerang orang-orang Mekkah dari Madinah untuk menaklukkan kembali tanah kelahirannya.

Tatkala itu orang musyrikin Quraisy merasa takut kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Sebagian menyangka bahwa Nabi akan melampiaskan dendamnya dan akan membunuh mereka.

Tetapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya kepada mereka:

"Apa yang kalian sangka akan aku lakukan kepada kalian?"

Maka orang-orang kafir Quraisy mengatakan:

"Engkau adalah seorang yang mulia, anaknya seorang yang mulia." (Mereka puji-puji Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam).

Maka Nabi mengatakan:

"Aku tidak berkata kepada kalian kecuali sebagaimana perkataan saudaraku Yūsuf :

لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ ۖ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ ۖ

"Tidak ada celaan bagi kalian, semoga Allāh mengampuni dosa-dosa kalian."

Subhanallāh.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sama sekali tidak mencela tetapi memaafkan langsung terhadap orang-orang musyrikin Arab tersebut.

Bahkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan, "Semoga Allāh mengampuni kalian."

Tidak bisa orang melakukan demikian kecuali mengetahui dan merasakan lezatnya memaafkan dan berlapang dada.

Lihatlah kisah seorang nabi yang pernah diriwayatkan oleh Nabi, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

Seorang nabi kaumnya membuat wajahnya berdarah kemudian dia mengusap darah dari wajahnya, kemudian dia berkata, "Ya Allāh, ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka tidak faham."

Dia bukan cuma memaafkan kaum yang telah melukainya, bahkan dia berdo'a kepada Allah agar Allāh mengampuni kaumnya, bahkan dia mendatangkan udzur bagi kaumnya (Ya Allah, sesungguhnya mereka tidak mengerti)

Luar biasa, bagaimana kelapangan dada para anbiyā' dan para rasul.

Oleh karenanya, Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah memerintahkan kita untuk menghilangkan rasa dongkol, hasad, dengki dari hati kita terhadap sesama kaum muslimin.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ (10)

"Orang-orang yang datang setelah kaum Muhājirin dan kaum Anshār, mereka berdo'a 'Ya Allāh, ampunilah kami dan orang-orang yang beriman sebelum kami dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami ghill (dengki, hasad, kejengkelan) terhadap orang mu'minin yang lain. Sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang'."

(Al-Hasyr 10)

Ini do'a yang diperintahkan oleh Allāh agar kita berdo'a dengan do'a tersebut, sifat yang sangat mulia.

Oleh karena itu kita lihat penghuni surga, Allāh akan bersihkan hati-hati mereka. Kata Allāh :

وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ

Dan Kami akan mencabut "ghill" (kedengkian, kejengkelan) dari hati-hati penghuni surga sebelum Allāh masukkan ke dalam surga Allāh.

Dan tentunya kita ingin memiliki sifat-sifat sebagaimana sifat-sifat penghuni surga.

Ikhwaniy fillāh a'āzaniyallāhu wa iyyakum.

Kita tidak berbicara tentang para anbiyā' saja, tetapi kita juga berbicara tentang bukti nyata para ulama tentang kelapangan hati mereka dalam memaafkan.

Saya juga tidak berbicara tentang para ulama terdahulu, seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah yang sangat luar biasa, saya berbicara tentang ulama zaman sekarang.

Syaikh bin Bāz rahimahullāh yang hidup di abad kita ini.

Bagaimana sifat memaafkannya yang luar biasa.

Disebutkan dalam suatu ceramah tentang bagaimana sifat Syaikh Bin Bāz rahimahullāh, dimana suatu saat beliau hadir dalam pengadilan.

Tatkala itu ada seorang pemuda yang dihukum oleh pengadilan dengan hukum yang buruk.

Maka pemuda inipun mencela dan memaki-maki Syaikh Bin Bāz di depan orang banyak.

Akhirnya salah seorang askar (tentara) melihat ke arah Syaikh Bin Bāz, kalau Syaikh Bin Baz memberikan perintah untuk melakukan sesuatu terhadap orang ini maka akan dia lakukan.

Ternyata tatkala melihat Syaikh Bin Bāz, beliau hanya menundukkan pandangannya. Kemudian beliau rahimahullāh hanya mengatakan:

اللهم اغفرلي أستغفر الله... أستغفرالله... اللهم صلي على محمد

"Ya Allah, ampunilah aku, aku memohon ampun kepada Allah...., aku memohon ampun kepada Allah, Ya Allah, berilah shalawat pada Muhammad."

Beliau hanya berdzikir kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla tatkala dicela dan dimaki-maki oleh pemuda tersebut.

Qaddarallāh.

Selesai acara pengadilan, empat hari berikutnya ternyata pemuda ini meninggal dunia.

Tatkala akan dishalatkan dan imam sudah maju akan menshalatkan tiba-tiba ada yang melaporkan bahwa orang ini 4 hari yang lalu mencaci Syaikh Bin Bāz rahimahullāh, maka imam tsb tidak mau menshalatkan pemuda ini.

Akhirnya dikuburkan, mungkin yang menshalatkan hanya keluarganya sementara imam kampung tidak mau menshalatkan dia.

Tiga bulan berikutnya sampailah kabar kepada Syaikh Bin Bāz tentang kisah pemuda tersebut.
Maka Syaikh Bin Bāz pun kaget mendengar cerita tersebut dan beliau minta supirnya untuk mengantar ke kuburan orang tersebut.

Kemudian Syaikh Bin Bāz shalat jenazah di kuburan orang tersebut kemudian beliau mendo'akan pemuda ini selama sekitar setengah jam.

Luar biasa.

Bagaimana bisa seperti ini, kecuali karena hatinya yang sangat lembut.

Saya juga pernah mendengar cerita, suatu saat tatkala Syaikh Bin Bāz mengisi pengajian, tiba-tiba ada orang yang mengirim pertanyaan:

"Syaikh Bin Bāz, saya mohon maaf karena saya pernah mencela engkau demikian."

Maka Syaikh Bin Bāz mengatakan:

"Wahai putraku, saya telah memaafkan engkau dan saya juga telah memaafkan orang-orang yang sebelum engkau mencelaku dan akan memaafkan orang-orang yang setelah engkau mencelaku."

Luar biasa.

Akhirnya membuat para hadirin pun menangis mendengar jawaban Syaikh Bin Bāz rahimallāh Ta'āla

Tidak mungkin seseorang yang tidk memiliki kebersihan hati bisa memaafkan saudaranya kecuali orang yang memiliki iman yang tinggi kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang mengetahui bahwasanya dibalik pengampunan dan memaafkan ada pahala yang besar dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Bukankah Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah berfirman:

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ  أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ


"Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?"

(QS A Nuur: 22)

Ikhwanil kirām dan ikhwatil kiram.

Anda ingin bahagia?

Maka maafkanlah saudara, kakak, ibu, istri, guru, teman anda.

Anda akan merasakan ketenangan, tidur pulas dan santai.

Tapi kalau anda tidak maafkan maka akan menjadi dongkol di manapun dan kapanpun, seakan-akan anda kurang beriman akan taqdir Allāh.

Yakinlah bahwa semua ini sudah ditaqdirkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan jika anda memaafkan maka Allāh akan berikan kelezatan memaafkan dalam hati anda. Dan sungguh memaafkan itu ada kelezatan.

Dan begitu indah jika seseorang punya masalah dengan orang lain dan orang tersebut menzhalimi dia, kemudian dia bangun shalat malam di malam hari, berdo'a "Ya Allāh, ampunilah fulan, dia telah menzhalimiku, maafkanlah dirinya."

Allāh akan berikan kelezatan yang luar biasa dalam hati orang yang melakukan demikian.

Semoga Allāh menjadikan kita orang-orang yang mudah memaafkan sehingga kita bisa hidup dengan tenang dan bahagia, tidur dengan pulas, memanfaatkan waktu kita untuk hal-hal yang bermanfaat.

Tapi kalau kita jengkel kepada orang, perkataannya kita kritik, kita ingin bantah maka akan pusing, sehingga dada kita sempit dan ternyata kita juga tidak bisa melampiaskan kemarahan kita.

Oleh karenanya, tatkala kita memaafkan maka kebahagiaanlah yang akan kita rasakan. Wallāhu Ta'āla a'lam. Semoga Allāh menjadikan kita orang yang berbahagia.

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

✒Tim Transkrip Materi BiAS
__________________________________