TAZKIYATUN-NUFUS
Halaqoh
#011
Bab 3:
Macam-Macam Hati #1
Qolbu Salim
Ustadz Tauhiddin
Ali Rusdi Sahal, Lc
BismiLLahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum warohmatuLLahi wabarokatuh
Innalhamdalillaahi nahmaduhu wanasta’iinuhu
wanastaghfiruhu Wana’udzubiillah minsyurruri ‘anfusinaa wasayyi’ati ‘amaalinnaa. Man yahdihillahu fala mudhillallah Wa man
yudhlilhu fala haadiyalah. Asyhadu allaa ilaaha illaLLaah wahdahu laa
syariikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh amma ba’ad.
Ikhwani wa akhawati fillah rohimani wa rohimakumullah jami’an, kita bersyukur kepada الله سبحانه و تعالىٰ di
bulan Romadhon yang mulia ini, kita masih dimudahkan oleh الله سبحانه و
تعالىٰ untuk
melakukan rangkaian kegiatan amal ibadah yang dicintai dan diridhoi oleh الله سبحانه و تعالىٰ .
Diantaranya adalah mempelajari agama الله سبحانه و تعالىٰ yaitu
kaitannya dengan Tazkiyatun Nufus. Pada halaqoh yang kesebelas ini, insyaaAllah
kita akan membahas yang terpenting dari bab ini, yaitu bab ketiga bab
Macam-Macam Hati dan Ragamnya Hati.
Muallif Syaikh DR Ahmad Farid hafidzohuLLahuta’ala, mengawali pembicaraan ini dengan membawakan dalil
firman الله
سبحانه و تعالىٰ :
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ
أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
“Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dimintai pertanggungjawabannya” (QS Al-Israa ayat
36)
Kemudian Syaikh menjelaskan betapa pentingnya kedudukan
hati bagi anggota badan ini, beliau menerangkan, “Tatkala hati kedudukannya bagi anggota
badan ini ibarat Raja yang mengatur prajurit yang semua kembali kepada
perintahnya, dan hati akan memerintahkan anggota badan sekehendaknya. Semua
dibawah penghambaan kepada hati, dan kekuasaannya. Dari hatilah akan diraih
keistiqomahan dan penyimpangan. Artinya kalau hati ini lurus, maka akan lurus
pula amal anggota badan, kalau hati ini menyimpang dan tersesat demikian pula
akan menyimpang pulalah amaliah anggota badan.
Dan anggota badan akan mengikuti apa yang telah diikat oleh
hati ini, dari perkara tekad ataukah melepaskannya. Artinya kalau hati bertekad
maka akan terlaksana, karena hati telah mengikat sebuah perkara, sebuah tekad,
dan kalau hati ini melepaskannya, maka tidak terjadi.
Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ bersabda:
إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ
الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ
الْقَلْبُ
“Sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging, yang
apabila segumpal daging ini baik, maka akan baiklah seluruh anggota badan, dan
apabila segumpal daging ini rusak, maka akan rusaklah seluruh jasad, ketahuilah
ini adalah hati”. (HR Imam Bukhori dan Muslim)
Maka hati adalah raja bagi anggota badan, bagi jasad ini,
sedangkan jasad adalah pelaksana atau eksekutor bagi titah hati ini, yang siap
menerima arahan apa yang datang dari hati. Sehingga suatu amalan apapun tidak
akan lurus sampai kembali kepada maksud dan niat hati. Baik amal baik atau amal
buruk, kalau ada maksud dan niat dari hati, maka akan tergerak menjadi sebuah
amalan. Maka hati inilah yang akan dimintai pertanggungjawaban atas semua yang
digerakan oleh jasad, yang diamalkan oleh anggota badan, karena setiap pemimpin
akan dimintai pertanggujawaban atas yang dipimpinnya.
Yakni maksudnya Syaikh ingin menjelaskan disini kaitananya
dengan dalil yang pertama tadi, bahwa semua akan dimintai pertanggungjawaban
termasuk didalamnya hati. Hati akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan
yang dilakukan oleh anggota badan ini, karena hati adalah rajanya atau
pemimpinnya, sehingga pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang
dipimpinnya. Ketika demikian pentingnya perannya hati bagi anggota badan ini,
maka Syaikh kemudian mengatakan, maka perhatian untuk membenarkan, meluruskan
hati ini lebih utama, apa yang menjadi sandaran orang-orang yang berjalan
menuju الله
سبحانه و تعالىٰ . Karena orang-orang yang berjalan menuju الله سبحانه و
تعالىٰ ini
mensucikan jiwanya, terkadang menggunakan cara-cara yang keliru di dalam meraih
tazkiyatun nufus. Maka yang perlu diperhatikan orang yang menempuh jalan pada الله سبحانه و تعالىٰ , menuju
perjumpaan dengan الله سبحانه و تعالىٰ , maka adalah memperbaiki hatinya.
Karena tatkala hati itu baik, maka amaliah lahiriyah baik pula.
Demikian pula berarti mengkaji akan penyakit-penyakit hati,
dan juga mengobati penyakit-penyakit hati adalah hal yang terpenting yang harus
ditempuh orang-orang yang ahli ibadah. Ketika Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah menjelaskan bahwa apabila segumpal daging ini baik,
maka baik pula anggota badan, dan segumpal daging ini buruk, maka buruk pula
anggota badan. Berarti secara tidak langsung Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjelaskan bahwa ada hati yang baik dan hati yang tidak
baik.
Kemudian Syaikh mengakatan, manakala hati disifati ada hati
yang hidup atau sebaliknya hati yang mati, maka berarti sesuai dengan itu, hati
terbagi menjadi 3 macam:
1.
Qolbu Shohih atau Qalbu Salim
2.
Qolbu Mayyit
3.
Qolbu Mariidh
Apa itu Qolbu Shohih, maka diterangkan oleh Syaikh, Qolbu
Shohih adalah qolbu salim, yaitu yang tidak akan selamat pada hari kiamat,
kecuali siapa saja yang datang kepada Allah dengan qalbu salim ini. Itu yang
dimaksud dengan qolbu salim, yaitu tidak ada keselamatan bagi orang yang datang
kepada الله
سبحانه و تعالىٰ pada hari kiamat, kecuali yang datang dengan hati ini.
Sebagaimana firman الله سبحانه و تعالىٰ :
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)
“Adalah
hari dimana tidak bermanfaat harta dan anak keturunan, kecuali orang-orang yang
datang pada الله سبحانه و تعالىٰ
dengan hati yang salim, hati yang
selamat”. (QS Asy-Syu’ara'
ayat 88-89)
Ada juga yang mengatakan makna qolbu shohih dalam
pengertian yang lain, yaitu:
a). Hati yang
selamat dari segala syahwat yang menyelisihi perintah Allah dan
laranganNya.
b). Dan yang selamat dari segala bentuk shubhat kerancuan
yang sehingga menentang dan menolak berita dari الله سبحانه و تعالىٰ .
c). Adalah hati yang selamat dari segala bentuk penyembahan
kepada selain الله سبحانه و تعالىٰ. Artinya hati yang betul-betul hanya
beribadah kepada الله سبحانه و تعالىٰ , tunduk dan taat hanya kepada الله سبحانه و تعالىٰ , ikhlas,
memurnikan ibadah hanya karena الله سبحانه و تعالىٰ . Dan mereka tidaklah diperintahkan,
melainkan agar memurnikan ibadah hanya kepada الله سبحانه و تعالىٰ .
d). Yang selamat dari menjadikan hakim selain
Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Dia ridho dan
rela menerima sepenuhnya bahwa Rosulullah
صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjadi hakim baginya. Ketika
sepeninggal Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ,
maka sunnah Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ,
hadits-hadits Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ yang shohihah itulah yang menjadi
sumber hukum, yang menjadi hakim atau penentu di dalam dia memutuskan segala
permasalahan setelah kitabullah, yakni Al-Qur’an.
Karena hal ini telah disebutkan oleh الله سبحانه و تعالىٰ , bahwa mereka
tidak akan beriman, sampai menjadikan Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai hakim satu-satunya. الله سبحانه و
تعالىٰ berfirman:
فَلا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ
فِيما شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجاً مِمَّا
قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيماً
“Maka
demi Robbmu mereka tidak beriman, sebelum mereka menjadikan engkau
Muhammad sebagai hakim dalam perkara
yang mereka perselisihkan, sehingga kemudian tidak ada rasa keberatan dalam
hati mereka terhadap keputusan yang engkau berikan dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.“ (QS An-nisaa ayat 65)
Jadi ciri atau makna dari hati yang salim adalah hati yang
selamat dari menjadikan selain Rosulullah
صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai hakim.
e). Hati yang rela dan ridho Allah sebagai Tuhannya,
Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai Nabi dan utusanNya.
Sebagaimana yang dipanjatkan dalam doa-doa pagi dan petang:
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا،
وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
“Aku rela Allah sebagai Robbku, Islam sebagai agamaku
dan aku rela Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ sebagai nabiku”
KemudianSyaikh menjelaskan, maka hati yang salim itu adalah
hati yang ikhlas ibadahnya hanya untuk الله سبحانه و تعالىٰ , baik itu kehendaknya, cintanya,
tawakkalnya, inabahnya, ikhbatnya, rasa ketundukannya, khosyahnya (takut yang
disertai pengagungan) dan rasa harapnya hanya untuk الله سبحانه و تعالىٰ .
الله سبحانه و
تعالىٰ berfirman:
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah,
sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Robb semesta
alam”.
Satu-satunya Robb yang berhak untuk diibadahi, karena
Dialah Robb semesta alam, yang memberi rizki seluruh alam, sehingga hanyalah
Dia yang berhak untuk diibadahi. Maka hanyalah Dia yang kita palingkan seluruh
bentuk ibadah kita hanya kepadanya tidak kepada selainNya.
Inilah hati yang salim, hati yang BERTAUHID, yang
memurnikan ibadah hanya untuk الله سبحانه و تعالىٰ . Kalaupun dia harus mencintai, maka
mencintai seorang atau sesuatu di jalan الله سبحانه و تعالىٰ . Kalaupun harus membenci adalah membeci
karena Allah ataupun di jalan الله سبحانه و تعالىٰ . Kalaupun harus memberi, memberi
karena Allah, kalaupun harus mencegah pemberian, mencegah pemberian karena الله سبحانه و تعالىٰ .
Ini terangkum dalam satu hadits yang disebutkan oleh
Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, termasuk katagori kesempurnaan iman. Berarti
hati yang salim adalah hati yang menuju kesempurnaan iman.
Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى
لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ
“Barang
siapa yang mencintai karena Allah, membenci sesuatu karena Allah, memberi
pemberian karena Allah dan mencegah pemberian karena Allah, maka sungguh telah
sempurna keimanannya.”
Kemudian Syaikh melanjutkan penjelasannya, bahwa tidak
cukup hati dikatakan hati yang salim, sehingga hati itu betul-betul selamat
dari ketundukan, kepatuhan dan menjadikan hakim kepada selain الله سبحانه و
تعالىٰ dan
RosulNya. Sehingga betul-betul menjadikan ketundukan dan menjadikan hakim hanya
kepada Allah dan RosulNya. Sehingga mengikat hatinya dengan simpul ikatan yang
kuat untuk menyempurnakan dan meneladani sepenuhnya satu-satunya
Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ saja, tanpa seorang siapapun baik dalam ucapan ataupun perbuatan, sehingga
tidak mendahului dihadapan Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ dalam hal keyakinan. Artinya tidak
boleh keluar dari keyakinan yang diyakini oleh Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, tidak pula
dalam ucapan, tidak pula dalam amalan.
الله سبحانه و
تعالىٰ berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ
يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kalian bersikap lancang mendahului Allah
dan RosulNya, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui” (QS Al-Hujurat ayat 1).
Artinya tidak berani mendahului Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam hal keyakinan, ucapan maupun perbuatan, sehingga
meskipun kita menghormati ulama pada kedudukannya yang mulia, tapi jangan
sampai pendapat ulama itu lancang mendahului pendapat Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Atau
membenarkan keyakinan dari orang-orang yang berilmu yang keyakinan ini
bertentangan dengan keyakinan Rosulullah
صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, atau ucapan yang boleh berbeda dengan ucapan Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, atau dari
perbuatan amaliah ibadah dari seorang yang kita anggap berilmu yang bertentangan
dengan Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ.
Sehingga tidak akan sempurna, tidak akan salim hati ini,
sampai kita betul-betul menjadikan Allah satu-satunya dalam tujuan kita
beribadah dan menjadikan Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ satu-satu nya
dalam panutan.
Oleh karenanya Imam Syafi’i
rahimahullahu ta’ala, meski banyak dicintai, diikuti
madzhabnya, tapi beliau tetap
menganjurkan bagi siapa saja yang mendapati ucapanya bertentangan dengan sabda
Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, untuk
mengikuti sabda Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ.
Imam Syafi’i berkata:
من استبانت له سنة رسول الله فلا يحل له أن يدعها لقول
أحد
“Barang siapa yang
telah jelas baginya sunnah Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ (hadits-hadits
Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) {menganjurkan
demikian, mewajibkan perbuatan demikian,
kemudian dia dapati ada ucapan
ulama atau seorang alim atau siapa pun yang bertentangan dengan sunnah
Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ini}, maka tidak halal baginya untuk meninggalkan sunnah
Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ karena mengikuti ucapan seseorang sealim apapun”.
Kalau jelas-jelas bertentangan secara nash dengan hadits
Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka ucapan
seseorang itu harus ditinggalkan. Demikian pula para ulama ahlus sunnah yang
lainnya, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad bin Hambal, Imam Malik bin Anas, rahimahumullahu ta’ala jamiian (semoga الله سبحانه و تعالىٰ merahmati
mereka semua). Maka mereka pasti menyarankan, tatkala ucapan mereka
bertentangan dengan sabda Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ataupun bertentangan dengan firman الله سبحانه و تعالىٰ , pasti
menganjurkan untuk mendahulukan firman Allah dan sabda Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Demikianlah hati yang salim, hati yang selamat dari segala
bentuk syubhat dan syahwat, hati yang selamat dari segala bentuk penghambaan
diri kepada selain الله سبحانه و تعالىٰ , hati yang selamat dari yang
menjadikan panutan kepada selain Rosulullah
صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Maka mari, terkhusus di bulan Romadhon ini, luruskan hati ini,
dan juga di bulan-bulan yang lainnya untuk menjadikan hati kita, hati yang
salim, yang selamat sepenuhnya, tunduk di dalam beribadah kepada الله سبحانه و
تعالىٰ dan
menjadikan sepenuhnya menerima keputusan Rosulullahi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Demikian wallahu ta’ala a'la wa ‘alam bishshowaab.
Akhirud da’wana
‘anilhamdulillahirobbil
‘alamin,
wabarokallaahu fiikum. Semoga bermanfaat dan berfaedah. Haadzaa ma aqulu lakum
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Disalin oleh: Ummu Della
Dimuroja'ah oleh: Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc
Berdasarkan kitab Tazkiyatun Nufus (penulis: Syaikh DR
Ahmad Farid)
TAZKIYATUN-NUFUS
Halaqoh
12: Qolbu Mayyit
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Ust. Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ
الرَّحِيمِ
Berkata
Syeikh Dr. Ahmad Farid: qolbu mayyit berarti adalah lawan dr qolbu salim
(sehat, selamat), qolbu mayyit (hati yg mati).
Gambarannya
:
Hati yg tidak
mengenal Allah Subhanahu Wata'ala sebagai Rabbnya.
Mungkin
masih mengenal, tapi TIDAK mengenal SEBENARNYA.krn sejatinya yg mengenal Allah ➡ semakin LARI
menuju Allah Subhanahu Wata'ala (taat dan takut).
Sebagaimana
dituturkan oleh Imam Ibnu Qoyyim:
من كان لله أعرف كان له
أخوف، ومن كان لله أعرف كان له أحب
"Barangsiapa yg lebih mengenal Allah Subhanahu
Wata'ala maka dia lebih takut kepadaNya dan Barangsiapa yg lebih mengenal Allah
Subhanahu Wata'ala, maka dia lebih mencintai Allah Subhanahu Wata'ala."
Hati yg mati itu
tidak beribadah kepada Allah sesuai dengan yang dicintai dan diridhai oleh
Allah Subhanahu Wata'ala.
Karena sejatinya ibadah itu:
1. Sesuai dengan perintah
2. Perkara yg HARUS dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu
Wata'ala.
sebagaimana
yg dituturkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah:
العبادة: اسم جامع لكل ما يحبه
الله ويرضاه من الأقوال والأفعال الظاهرة والباطنة
"Ibadah: Nama yg mencakup segala sesuatu yg dicintai
dan diridhai oleh Allah baik ucapan maupun perbuatan (lahir atau batin)
itu ibadah yg dicintai dan diridhai oleh Allah."
Hati Mati itu hati
yg berjalan dgn syahwat dan kelezatan dunia
Meskipun dsana mgkn ada kemurkaan Allah apabila dia sukses
dg syahwatnya, dia tidak peduli apakah Allah ridha/murka.
Hati yg hanya
tunduk kepada hawa, hati yg memerintahkan badannya untuk melakukan aktivitas
amaliah sesuai selera dirinya hnya krn dunia dan kelezatannya, TIDAK PEDULI
Allah Ridha/murka.
Hati yg tdk
menyembah Allah, tp menyembah hawa nafsu, menyembah dunia, menyembah syaitan,
menyembah akal
➡Hati org2 musyrik
dan org kafir.
Mereka menyangka
telah menyembah Allah, melainkan sebaliknya, justru berbuat SYIRIK pada Allah.
Allah
jelaskan keadaan mereka sebenarnya:
وما يؤمن أكثرهم بالله
إلا وهم مشركون
"Dan kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah
kecuali mereka berbuat syirik" .
➡yakni sejatinya
mereka tidak beriman kepada Allah dengan iman yg benar, mereka hanya
mempercayai Allah penciptanya, mengatur rezekinya, menghidupkan, mematikannya
namun mereka beribadah kepada selain Allah.
Hati yg keras, hati yg mati, tidak mengenal Allah Subhanahu
Wata'ala.
Kalaupun hati ini mencintai, membenci, memberi, mencegah
pemberian Krn hawa, selera, kecenderungan jiwanya➡ BUKAN karena Allah.
Hawa lebih
diutamakan dan dicintai daripada ridha Allah.
Hawa
menjadi pemimpinnya, Syahwat adalah
penuntunnya, Kebodohan adalah sopirnya dan kelalaian adalah tunggangannya.
➡Hawa
itu MENYERET PELAKUnya ke dalam NERAKA.
Hati
ini diibaratkan hati yg diseru ke jalan Allah dan untuk ke negeri akhirat dr
tempat yg jauh. Shg tidak akan menggubris dan menyambut penyerunya.
Pemilik hati yg
mayyit seperti ini tidak menerima seruan penasehat, seolah hati terKUNCI mati.
Ini yg
dikatakan oleh Allah Subhanahu Wata'ala dlm Al baqarah ayat 6:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ ﺳَﻮَﺍﺀٌ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺀَﺃَﻧْﺬَﺭْﺗَﻬُﻢْ ﺃَﻡْ ﻟَﻢْ ﺗُﻨْﺬِﺭْﻫُﻢْ ﻻ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥ
"Sesungguhnya org2 kafir itu, sama saja kamu beri
peringatan (wahai Muhammad) kepada mereka atau kamu tidak beri peringatan, sama
saja bagi mereka tidak akan beriman.
Ayat yg ke-7nya:
ختم الله على قلوبهم وعلى
سمعهم، وعلى أبصارهم غشاوة، ولهم عذاب عظيم
Allah telah mengunci mati hati mereka dan pendengaran
mereka dan pada pandangan mereka ada penutup (untuk melihat kebenaran). Dan
bagi mereka azab yg berat." ((Qs. Al-Baqarah: 6-7))
bahkan
bukan mengikuti seruan, sebaliknya, dia mengikuti semua ajakan syaitan yg
sesat.
Dunialah
yg menjadikan dia murka atau ridha.➡bukan karena Allah.
Demikian
pula Allah telah menggambarkan keadaan org2 ini (pemilik hati mayyit) dalam
surat ibrahim ayat 2&ayat 3:
ِﻭَﻭَﻳْﻞٌ ﻟِﻠْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ ﻣِﻦْ ﻋَﺬَﺍﺏٍ ﺷَﺪِﻳﺪٍ (٢
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺴْﺘَﺤِﺒُّﻮﻥَ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ﻭَﻳَﺼُﺪُّﻭﻥَ ﻋَﻦْ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻳَﺒْﻐُﻮﻧَﻬَﺎ ﻋِﻮَﺟًﺎ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻓِﻲ ﺿَﻼﻝٍ ﺑَﻌِﻴﺪٍ (٣
"Celakalah org2 yg ingkar kepada tuhannya, karena
siksaanya sangat berat. Yaitu org2 yg lebih menyukai kehidupan dunia daripada
kehidupan akhirat dan mengahalang halangi manusia dari jalan Allah Subhanahu
Wata'ala dan menginginkan jalan yg bengkok, mereka itulah org yg berada dlm
kesesatan yg jauh."
Syeikh
melanjutkan keadaan hati yang mati:
hawa, kecenderungan
thd syahwat membuatnya BUTA, dari perkara SEGALA selain yg batil. tidak dapat
melihat yg haq itu haq, dan yg batil itu batil. ➡Penggerak yg menyerukan kebatilan. Yg
paling bisu dr perkara kebenaran.
Syeikh
berkata: maka bergaul dgn org yg seperti ini adalah penyakit.
Justru
akan menggerogoti AKIDAH, dan menularkan keyakinan2 rusaknya.
dan
berteman dengannya adalah racun. Dalam dosis tertentu akan mati.
Seperti
perkataan Rasul:
المرء على دين خليله
"Seseorang itu tergantung agama
temannya".
kalau agama temannya baik maka tentu agamanya akan baik
(akhlak, ibadahnya) pula, sebaliknya
apabila agama teman dekat nya rusak, maka rusak pula agamanya".
berteman/bergaul
dgn teman yg memiliki hati mayyit itu adalah KEMATIAN seperti minum racun. Dan
berduduk2 dengannya adalah kehancuran.
boleh
seseorang duduk2 dgn org kuffar (ahlul dunia),tp sebatas keperluan dunia tidak
seterusnya, tidak boleh mengambil AGAMAnya,bercampur baur yg menyebabkan
aqidahnya,ibadah dan akhlaknya rusak. ➡ kehancuran masa depan (akhirat).
Toleransi
tidak boleh kebablasan. (Krn akan menyebabkan kerusakan hati)
Allah
telah berfirman, mengingatkan Rasulnya tuk menyatakan:
لكم دينكم ولي دين
"Bagimu, agamamu, dan bagiku agamaku".
((Qs. Al-Kafirun: 6))
toleransi
tidak dibenarkan untuk menyatakan semua agama itu benar.
Karena Agama yg di ridhai oleh Allah Subhanahu wata'ala
hanya ISLAM.
Allah berfirman:
إن الدين عند الله
الإسلام
"Sesungguhnya agama (yg diridhai)
di sisi Allah hanyalah Islam".
Karena
agama lain telah dirubah (tidak ada jaminan) keotentikannya.
Allah yg langsung menjaga keotentikan Alqur'an dan
hadits, sehi
ngga islam agama yg tidak diragukan.
Allah berfirman:
إنا نحن نزلنا الذكرى
وإنا له لحافظون
"Sesungguhnya Kamilah yg menurunkan Adz-Dzikro, dan
Kami pula-lah yg menjaganya".
Makna Adz-Dzikro:
Al-Quran dan As-Sunnah.
Jangan
sampai menyerupai mereka secara zahir, justru menyeret kita secara BATIN.
Oleh
karena itu Nabi Shalallahu alaihi wa sallam melarang untuk tasyabuh:
من تشبه بقوم فهو منهم
"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia bagian
dari kaum tersebut."
Waspadalah
dari menyerupai orang2 kafir secara LAHIR krn hal ini akan menyeret pada
penyerupaan secara BATIN alias ikut jadi mati hatinya dan kafir. Na'udzu billah min
dzalik.
نسأل الله العافية
والسلامة في الدنيا والآخرة
Disalin
oleh Ukhti Anisa Luthfiah
Dimuroja'ah oleh
Ust. Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.
TAZKIYATUN-NUFUS
Halaqoh
13: Qolbu Maridh
Kajian
Kitab Tazkiyatun Nufus
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Ust. Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ
الرَّحِيمِ
Al
Qolbu Al Maridh (hati yg SAKIT):
"yaitu hati yg HIDUP(memiliki kehidupan) tetapi terkandung di
dalamnya PENYAKIT".
Hati
ini terkadang mengikuti arah kepada kehidupannya dan terkadang jg mengikuti
arah kepada penyakitnya, tergantung mana yg mendominasi.
Seperti
diutarakan ulama lainnya, Imam Ibnu Qoyyim menerangkan bahwa di dalam diri seseorang berkecamuk
peperangan antara nafsu muthmainah (jiwa yg tenang, memdapatkan petunjuk) dan
nafsu amarah bissu'.
Tergantung yg mendominasi (nafsu muthmainah /amarah
bissu)
Nafsu muthmainah ➡ amal ibadah
kesalihan.
Nafsu amarah bissu'➡
mengikuti ke arah penyakit di hatinya (amal tidak shalih,
kerusakan).
Sebagaimana yg diungkapkan istri al azis, yg Allah
kisahkan di dalam Al quran:
ﻭَﻣَﺎ ﺃُﺑَﺮِّﺉُ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻨَّﻔْﺲَ ﻟَﺄَﻣَّﺎﺭَﺓٌ ﺑِﺎﻟﺴُّﻮﺀِ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﺭَﺣِﻢَ ﺭَﺑِّﻲ ﺇِﻥَّ ﺭَﺑِّﻲ ﻏَﻔُﻮﺭٌﺭَﺣِﻴﻢٌ (53
"Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan,
karena sesungguhnya nafsu itu selalu mennyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu
yg diberi rahmat oleh Rabbku, sesungguhnya Rabbku maha pengampun lagi maha
penyayang " (Qs.Yusuf: 53)
Tidak ada seorang yg bs selamat dari ini semua kecuali
dengan Rahmat Allah.
Kita membutuhkan pertolongan kepada Allah untuk mengobati
penyakit yg ada di hati.
Di
dalam hati ini terdapat kecintaan kepada Allah,iman, ikhlas dan tawakal kepada
Allah, yg memang sumber kehidupan baginya dan di dalam hati ini pula terkandung
kecintaan kepada syahwat, mengutamakan syahwat dan tamak dalam meraih syahwat
dan hasad (menginginkan hilangnya nikmat dari seseorang), dan kesombongan
(menolak kebenaran dan meremehkan manusia), dan dalam hati in terdapat penyakit
'ujub (merasa banyak beramal shalih) padahal amal itu sebenarnya tergantung
akhirnya.
Seperti
sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam
إنما الأعمال بالخواتيم
"Sesungguhnya amalan itu
tergantung akhirnya".
➡ Sehingga yg
dibutuhkan adalah keISTIQOMAHan dlm beramal hingga diambil ruhnya oleh Allah.
Kecintaan
kepada syahwat, mengutamakan syahwat dan tamak dalam meraih kecintaan syahwat
dan hasad, kesombongan semua sumber bencana.
Hati
ini, hati yg diuji dengan 2 penyeru:
1. Menyeru kepada Allah, Rasulnya dan negeri akhirat (menyeru
kebaikan)
2. Menyeru agar cinta dunia, lalai akan sejatinya dirinya
Padahal sejatinya
dirinya keturunan dr Adam ➡ berasal dr syurga.
Bumi
adalah tempat sementara untuk manusia beramal shalih. Tidak ada org yg akan
menjadi penduduk bumi selamanya (tidak menjadi pribumi selamanya) ➡ akan kembali
kepada Allah Subhanahu Wata'ala.
Hati
ini, hati yg menjawab (memenuhi) dr pintu yg terdekat dan memenuhi dr seruan yg
paling dekat. (Sehingga apabila yg terdekat adalah keburukan mk dia pun akan
mengikuti keburukan tsb. Dan sebaliknya jika yg terdekat adalah kebaikan mk
akan mengikuti kebaikan pula).
3
jenis hati yg telah d pelajari:
1. Qolbu Shahih: hati yg hidup, tunduk, khusyuk, lembut dan
peka.
2. Qolbu Mayyit: hati yg kering.
3. Qolbu Maridh: Hati yg sakit, kadang dekat keselamatan,
kadang dekat kebinasaan.
disalin
oleh Ukhti Anisa Luthfiah Tangerang
dimuroja'ah oleh
Ust. Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.
TAZKIYATUN-NUFUS
Halaqoh
14
Bab
3:Macam-Macam Hati #4
Tanda
sakit dan matinya hati 1
☀Ustadz Tauhiddin
Ali Rusdi Sahal, Lc☀
BismiLLahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum warohmatuLLahi wabarokatuh
Innalhamdalillaahi nahmaduhu wanasta’iinuhu
wanastaghfiruhu Wana’udzubiillah minsyurruri ‘anfusinaa wasayyi’ati ‘amaalinnaa. Man yahdihillahu fala mudhillalah Wa man
yudhlilhu fala haadiyalah. Asyhadu allaa ilaaha illaLLaah wahdahu laa
syariikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh laa nabiya walarosula ba’dahu. Amma ba’ad
Ikhwani fiddiin wa akhawati fillah rohimani wa
rohimakumullah jami’an. Saudara dan saudariku sekalian
yang dirahmati الله سبحانه و تعالىٰ
dimanapun anda berada. Alhamdulillah
kita bersyukur kepada الله سبحانه و تعالىٰ
pada halaqoh yang ke-14 ini in shaa
Allah kita menyambung kembali pembahasan tentang hati.
Yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini adalah alamat
maradhul qolbi wa sihati, tanda-tanda sakit dan sehatnya hati.
Berkata Syaikh hafidzohullahu ta’ala
“alamatu
maradhil qolbi”, alamat sakitnya hati, beliau mengatakan “Terkadang hati itu
sakit dan semakin parah sakitnya, si pemilik
hati ini tidak menyadari bahwa hatinya sedang sakit bahkan
terkadang hati itu mati, pemiliknya tidak menyadari bahwa hatinya telah mati,
tidak mengetahui akan kematian hatinya dan menggabungkan keduanya antara tanda
atau ciri sakit dan matinya hati".
1. Tanda sakit dan matinya hati takkala pemiliknya hati
tidak menyadari, tidak bisa merasakan derita sakitnya maksiat/ luka-luka
maksiat.
Disini maksiat digambarkan ibarat luka, takkala seorang
tergores luka pada kulitnya tentu akan terasa sakit olehnya, namun tatkala
jasad manusia sudah menjadi mati maka sakit sudah lagi tidak lagi dirasakan
sebagaimana kata syair,
ما لجرح بميت إيلام
“Sesuatu yang telah mati tidak bisa merasakan luka",
tidak bisa merasakan sakit, meskipun dicincang, meskipun dilukai, ditusuk-tusuk,
dimutilasi, maka "sesuatu yang telah mati itu tidak lagi merasakan sakit”. Itulah gambaran
hati yang telah mati.
Dia tidak lagi bisa merasakan pedihnya maksiat, deritanya
maksiat, karena hatinya telah tertutupi
dengan dosa-dosa karena dosa itu menutup berlapis-lapis sehingga sampai
pada tingkatan yang menutupinya. Allah katakan
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوْبِهِمْ مَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
Artinya: Sekali-kali tidak demikian sebenarnya apa yang
selalu mereka usahakan itu yang menutup hati mereka. (QS Al Mutaffifin:14)
Perbuatan dosa itu akan melapisi dan menutupi hati sehingga
semuanya rapat tidak ada satu ruang pun yang tidak tertutup. Hati telah kelam
dan hitam.
Ketahuilah wahai saudaraku, akibat yang paling menonjol
dari perbuatan dosa adalah kelalaian, dan kelalaian akan mewariskan kerasnya
hati, dan kerasnya hati akan mengakibatkan jauhnya dari الله سبحانه و تعالىٰ,
sedangkan jauhnya dari الله سبحانه و تعالىٰ
akan mengantarkan seorang kepada
neraka.
Hati yang sakit dan hati yang mati apalagi, tidak lagi
merasakan pedihnya dosa, pedihnya maksiat kepada الله سبحانه و تعالىٰ . Hal ini juga telah diisyaratkan oleh
Rasul Shalallahu ‘alaihi wasalam, tatkala Rasul Shalallahu ‘alaihi wasalam
ditanya tentang kebaikan maka jawab Rasul
البر حسن الخلق والإثم ما حاك في نفسك
“kebajikan itu
adalah akhlaq yang mulia atau budi pekerti yang luhur, sedangkan perbuatan dosa
itu adalah yang bergejolak di hati ini”.
Yakni apa yang membuat kita risih, yang membuat seseorang
itu risih di dalam melakukan sebuah amaliyah, ucapan, itulah dosa. Terkadang
tatkala seorang melakukan suatu tindakan atau mengucapkan suatu ucapan yang
apabila ucapan itu terkandung dosa, maksiat kepada الله سبحانه و تعالىٰ pasti seseorang itu akan bergetar hatinya. Bergetar risih
tidak betah melakukannya, itulah aslinya hati yang masih peka, masih sadar,
masih terjaga, masih sehat, menyadari akan dampak dari sebuah dosa, sehingga
tatkala bermaksiat kepada الله سبحانه و تعالىٰ
bergejolak, risih rasanya
melakukannya.
Kemudian Syaikh mengatakan yang berikutnya:
2. Dan tidak merasakan betapa deritanya bodoh terhadap
perkara kebenaran.
Orang tatkala hatinya masih sehat, itu merasakan deritanya
kejahilan (tidak mengetahui suatu ilmu) thd kebenaran. Dia akan mendatangi ahli
ilmu untuk menanyakan tentang ilmu, dia akan belajar, dia akan mencari sebuah
kebenaran itu, meskipun nyawa taruhannya meskipun harta dia harus belanjakan
seluruhnya.
Namun hati yang telah sakit, apalagi telah mati maka sudah
tidak bisa lagi merasakan pedihnya bodoh terhadap kebenaran. Dia merasa nyaman
terhadap kebodohan, sebagaimana dia merasa nyamannya dengan dunianya. Dia
qanaah terhadap kebenaran, sebagaimana dia qanaah terhadap dunianya. Ada satu
yang baik dari masyarakat kita, mereka sudah merasa cukup dengan apa yang Allah
berikan, itu adalah sebuah kebaikan. Tapi tatkala qanaah terhadap kebenaran,
itu tidak benar. Qanaah terhadap ilmu sehingga berpangku tangan, duduk di
rumah, tidak mau belajar, tidak mau mendatangi ilmu dan ahlinya, maka ini
adalah kehancuran. Naudzubillah.
3. Gambaran hati yang telah ternoda, hati yang telah
terluka, dan dikhawatirkan hati ini menuju kematiannya yaitu tatkala tidak
merasakan deritanya keyakinan-keyakinan yang batil atau istilah lainnya adalah
kepercayaan-kepercayaan yang batil. Seolah ditelan saja semua keyakinan
kepercayaan masyarakat yang tidak benar, ditelan habis, tidak pandang apakah
ini sesuai dengan kitabullah dan sunah rasulullah shallahualaihi wasalam atau
tidak. Manusia mengatakannya maka diapun mengatakan, manusia mengamalkan maka
diapun mengamalkan, tanpa memandang dan melihat apakah kepercayaan itu
berkesesuaian dengan kitabullah dan sunah rasulullah shallahualaihi wasalam
atau tidak. Subhanallah naudzubillah.
Tatkala kita telah mengetahui kondisi tersebut, tatkala
kita terjangkiti dengan penyakit seperti ini. Hati sudah tidak peka dengan
keyakinan-keyakinan batil yang menghinggapinya. Keyakinan batil terhadap Allah,
keyakinan batil terhadap Rasulullah, keyakinan batil terhadap kitabullah,
keyakinan batil terhadap sunah rasulillahi shallahualaihi wasalam. Ambil
contoh, berapa banyak tersebar keyakinan batil kepada الله سبحانه و تعالى . Bahwa Allah ada dimana-mana. Padahal
jelas الله سبحانه و تعالى menyatakan dirinya, tentang diriNya
الرحمن على عرش استوى
Allah yang maha penyayang itu bersemayam di atas arsy.
Berapa banyak orang yang tidak risih dengan pemahaman yang
keliru tentang sunnah rasul shallahualaihi wasalam. Mereka melihat ini sunnah
rasul sekedar sunnah yang tidak perlu diamalkan dia menganggap sunnah itu adalah
menurut kaca mata fikkiyah saja, sehingga kalau diamalkan berpahala, tidak
diamalkan tidak mendapatkan apa-apa. Padahal istilah sunnah (ajaran Nabi) itu
bisa berhukum wajib, bisa berhukum sunnah itu sendiri, bisa berhukum bahkan
terlarang bagi seseorang.
Dia tidak lagi merasakan betapa pedihnya, betapa
menderitanya keyakinan-keyakinan batil berkaitan dengan agama Allah ini, agama
islam. Dia justru berkeyakinan selain yang bukan islam dan yang islam justru
dilemparnya jauh-jauh. Naudzubillah.
Ini adalah pertanda akan sakit dan bahkan bisa menjadi
kematian bagi hati. Karena apa? Dikatakan oleh syaikh hafidzohullahu ta’ala karena sesungguhnya hati itu mana kala hati itu hidup
maka dia akan bisa merasakan deritanya dilewati oleh dosa-dosa keburukan,
maksiat atau kejelekan-kejelekan. Dia merasa risih, tidak betah, sebagaimana
dikatakan nabi, bahwa perbuatan dosa itu yang membuat dirimu itu risih,
berontak hati ini bahwa tidak menerima bahwa itu kebenaran, berontak hati ini
menolak bahwa itu adalah sesuatu yang batil maka tidak mungkin dikatakan benar,
suatu yang mungkar maka tidak mungkin dikatakan ma’ruf,
suatu yang buruk maka tidak mungkin dikatakan baik. Itu takkala hati itu hidup,
hati itu sehat, maka bisa peka terhadap suatu kebenaran, terhadap keburukan-keburukan
yang menimpanya.
Dan juga akan merasakan deritanya bodoh terhadap kebenaran,
bagaimana bisa bodoh terhadap kebenaran. Padahal ilmu dibuka luas, di jaman
yang begitu canggih teknologinya disana ilmu disini ilmu disitu ilmu. Disana
kebenaran, datangi, tinggal mau tidak, menundukkan hati ini dari
kesombongannya, dari keangkuhannya, dari kelalaianya untuk datang ke majelis
ilmu, mendatangi kebenaran.
Dan rasa derita ini baik peka terhadap kemaksiatan
dosa-dosa yang menghinggapinya ataupun kebodohan terhadap kebenaran itu
tergantung tingkat sehat, tingkat baiknya kehidupan hati kita.
Manakala hati itu sakit dan sakit, maka akan menuju jurang
kematian, juga merasakan dirinya sakit, menyadari, dan menyadari sakitnya
semakin parah hanya saja dia tidak mau merasakan pahitnya obat penawarnya
karena terkadang penawarnya itu pahit. Dia tidak betah untuk baca quran,
bergejolak hatinya justru kebalik. Seolah-olah seperti orang yang diruqyah
tatkala membaca ayat-ayat الله سبحانه و تعالى, kepanasan, tapi dia merasakan nyaman
mendengarkan musik, tapi merasa tidak betah mendengarkan ataupun membacakan
ayat-ayat الله
سبحانه و تعالى. Dia tidak betah lama-lama berdzikir الله سبحانه و تعالى dia tidak betah untuk duduk berdzikir berbaring, berjalan
berdzikir untuk mengingat الله سبحانه و تعالى.
Sehingga dia lebih memilih untuk membiarkan hatinya
menderita daripada dia harus menelan pil yang pahit, penawar yang pahit.
Subhanallah. Inilah pertanda hati yang sakit. Hati yang tidak lagi mau
merasakan penawar yang seharusnya penawar itu bermanfaat baginya tapi karena
kontradiksi cara berpikirnya, kontradiksi cara memaknainya sehingga justru
berbalik, dia tidak membutuhkan obat yang sangat dia dibutuhkan untuk
mengobatinya tapi justru memilih kelalaian memilih kehancuran dan memilih
penyakit yang ada pada dirinya. Sehingga kita tahu secara lahir saja, kalau
penyakit itu dibiarkan semakin parah, sehingga berujung kepada kematian.
Demikianlah hati yang sakit tatkala tidak respect untuk segera diobati dan
tidak menyadari untuk segera diobati maka demikian pula dia diambang pintu
kehancuran dan kematian. Naudzubillah summa naudzubillah.
Ikhwani fiddiin rohimani wa rohimakumullah, demikianlah
karakter yang pertama yang disebutkan oleh syaikh tentang tanda hati yang sakit
dan hati yang mati. Semoga berfaedah dan bermanfaat dan semoga menjadi ibrah
bagi kita semua, agar kita bisa mengikuti yang terbaik dan mengamalkannya.
Demikian wallahu ta’ala a’la wa ‘alam bishshowaab.
Walhamdulillahirabbil’alamin
Tsumma Assaalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh
Disalin dari audio oleh: Ummu Arqom
Dimuroja'ah oleh: Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc
Berdasarkan kitab Tazkiyatun Nufus (penulis: Syaikh DR
Ahmad Farid)
TAZKIYATUN-NUFUS
Halaqoh
15
Bab 3:
Macam-macam Hati#5
Tanda
Hati Sakit 2
☀Ust. Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc☀
BismiLLahirrohmaanirrohiim
Innalhamdalillaahi nahmaduhu wanasta’iinuhu
wanastaghfiruhu Wana’udzubiillah minsyurruri ‘anfusinaa wasayyi’ati ‘amaalinnaa. Man yahdihillahu fala mudhillalah Wa man yudhlilhu
fala haadiyalah. Asyhadu allaa ilaaha illaLLaah wahdahu laa syariikalah wa
asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh laa nabiya walarosula ba’dahu. Amma ba’ad.
Ma’asyirol ikhwah wa akhawati fillah
rohimani wa rohimakumullah jami’an. ArsyadaniaAllahhu waiyyakum ilaa
tho’atih.
Alhamdulillah kita bersyukur kepada الله سبحانه و
تعالىٰ dengan
berbagai kenikmatan yang Allah berikan kepada kita semua. Sehingga الله سبحانه و تعالىٰ masih memberikan kemudahan bagi kita semua untuk tholabul ‘ilmi di jalan الله سبحانه و تعالىٰ. ان شاء الله تعالى pada halaqoh yang ke-15 ini, kita masih berbicara tentang
tanda sakitnya hati.
Berkata Syaikh Dr. Ahmad Farid hafidzohullahu ta’ala dalam kitabnya tazkiyatun nufus, “Dan di antara
tanda sakitnya hati adalah berpalingnya hati dari makanan yang bermanfaat dan
justru cenderung kepada yang mendatangkan mudharat, dan juga berpalingnya dari
obat yang berguna dan cenderung kepada penyakit yang berbahaya. Berbeda dengan
hati shahih (hati yang sehat) tentu akan mendahulukan kepada obat yang
bermanfaat daripada hal yang memudhoroti dan yang membahayakan. Namun hati yang
sakit ini, justru lawan dari itu semua. Dan ketauhilah bahwa makanan yang
paling bermanfaat (nutrisi yang paling bermanfaat) bagi hati ini adalah makanan
atau nutrisi iman. Sedangkan obat yang paling bermanfaat bagi hati ini adalah
obat penawar dari Al Quran”.
Berarti syaikh disini menyebutkan ada dua yang sangat
bermanfaat bagi hati ini:
1. Makanan yang paling bermanfaat
Makanan yang paling bermanfaat bagi hati ini adalah makanan
iman (nutrisi iman) artinya dengan mengkaji, mempelajari, hal-hal yang bisa
menguatkan iman, mengamalkan amal ibadah yang bisa menguatkan iman itu semualah
yang memberikan manfaat pada hati.
2. Demikian pula halnya obat yang paling bermanfaat bagi
hati ini adalah obat& quran, sebagaimana Allah katakan, الله سبحانه و
تعالىٰ berfirman
وَنُنَزِّلُ مِنَ
القُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
Dan kami turunkan dari al quran sebagai sesuatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman ……. (QS. Al
Israa:82)
Dan Al Quran
adalah penawar apa yang ada di dalam dada yaitu hati. Karena di dalam quran
terakhir dzikron (peringatan). Peringatan bagi orang yang mempunyai hati, bagi
orang yang menggunakan pendengarannya sedangkan ia mau menyaksikan tanda-tanda
kebesaran الله
سبحانه و تعالىٰ sebagaimana disebutkan dalam surat QS
Qaaf ayat 37
إِنَّ فِى ذَلِكَ
لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيْدٌ
Artinya: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan
pendengarannya sedang dia menyaksikannya.
Allah ta'ala telah menjadikan al quran menjadi kitab yang penuh berkah berisi
petunjuk bagi sekalian alam, sebagai penyembuh dari segala penyakit. Terutama
penyakit-penyakit hati baik berupa syahwat ataupun syubhat. Al quran sebagai
berita gembira dan rahmat bagi sekalian alam dan peringatan bagi orang yang
mengambil pelajaran. Maka siapa pun yang membaca al quran, mentadaburi
ayat-ayatnya dan menelitinya, dia akan menemukan berbagai macam ilmu dan ma’rifat yang bisa menguatkan keimanannya, menambah dan
menyuburkan keimanannya, melembutkan hatinya. Karena orang-orang yang beriman
itu orang yang lembut hati mereka, apabila
disebut nama الله سبحانه و تعالىٰ
الله سبحانه و
تعالىٰ berfirman.
اِنَّمَا المُؤْمِنُوْنَ
الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهَ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَ إِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ
ءَايَتُهُ زَادَتْهُمْ إِيْمَنًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka
yang disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayatNya maka bertambahlah iman mereka karenaNya dan kepada Rabblah
mereka bertawakal. (QS. Al Anfal ayat 2)
Maka orang-orang beriman kulit dan hati mereka tenang
takkala dibacakan kepada mereka ayat-ayat الله سبحانه و تعالىٰ gemetar hatinya, maka ini adalah obat yang paling
bermanfaat bagi hati yang berpenyakit. Allah katakan dalam al quran, Allah berfirman
اللهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ
الحَدِيْثِ كِتَٰبًا مُّتَشَٰبِهَا مَّثَانِى تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ
الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَ قُلُوبُهُمْ اِلَٰى
ذِكْرِ اللهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى اللهِ يَهْدِى بِهِ ے مَنْيَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ
اللهُ فَمَالَهُ مَنْ هَادٍ
Artinya Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik
(yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar
karenanya kulit orang-orang yang takut kepada rabbnya, kemudian menjadi tenang
kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan
kitab itu Dia (Allah) menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa
yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun (QS:
Az-Zumar Ayat: 23)
Maka dalam kitab miftah dars saadah Imam Ibnu Qayyim
al-Jauziyah mengatakan:
وبالجملة فلا شيء أنفع
للقلب من قراءة القرآن بالتدبر والتفكر
"secara keseluruhan tidak ada yang lebih bermanfaat
bagi hati selain baca Alquran dengan taddabur dan tafakkur".
Demikianlah Ikhwani fiddiin rohimani wa rohimakumullah tapi
memang hati yang sakit itu justru kebalik,
justru cenderung kepada makanan yang tidak bergizi atau nutrisi yang
tidak bergizi, dan justru cenderung kepada obat yang tidak bermanfaat. Ketika
gambaran hati seperti inilah maka itulah hati yang sakit, segeralah untuk
diobati untuk memperbanyak hal-hal yang bisa menambah iman kita baik secara
ucapan ataupun perbuatan, ataupun hal yang bisa menjadikan kita tenang &
sejuk dengannya dengan membaca al quran, dengan taddabur dan tafakkur. Demikian
semoga bermanfaat dan berfaedah. Akhiru da’wana
alhamdulillahirabbil’alamin
wassaalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh
Disalin oleh: Ummu Arqom
Dimuroja'ah oleh: Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc
Berdasarkan kitab Tazkiyatun Nufus (penulis: Syaikh DR
Ahmad Farid)