Rabu, 04 Februari 2015

TAZKIYATUN-NUFUS Halaqoh #011 - 015

TAZKIYATUN-NUFUS
Halaqoh #011
Bab 3: Macam-Macam Hati #1
Qolbu Salim
Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc


BismiLLahirrohmaanirrohiim
Assalamualaikum warohmatuLLahi wabarokatuh

Innalhamdalillaahi nahmaduhu wanastaiinuhu wanastaghfiruhu Wanaudzubiillah minsyurruri anfusinaa wasayyiati amaalinnaa. Man yahdihillahu fala mudhillallah Wa man yudhlilhu fala haadiyalah. Asyhadu allaa ilaaha illaLLaah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuuluh amma baad.

Ikhwani wa akhawati fillah rohimani wa rohimakumullah jamian, kita bersyukur kepada الله سبحانه و تعالىٰ  di bulan Romadhon yang mulia ini, kita masih dimudahkan oleh الله سبحانه و تعالىٰ  untuk melakukan rangkaian kegiatan amal ibadah yang dicintai dan diridhoi oleh الله سبحانه و تعالىٰ . Diantaranya adalah mempelajari agama الله سبحانه و تعالىٰ  yaitu kaitannya dengan Tazkiyatun Nufus. Pada halaqoh yang kesebelas ini, insyaaAllah kita akan membahas yang terpenting dari bab ini, yaitu bab ketiga bab Macam-Macam Hati dan Ragamnya Hati.

Muallif Syaikh DR Ahmad Farid hafidzohuLLahutaala, mengawali pembicaraan ini dengan membawakan dalil firman الله سبحانه و تعالىٰ :

إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dimintai pertanggungjawabannya (QS Al-Israa ayat 36)

Kemudian Syaikh menjelaskan betapa pentingnya kedudukan hati bagi anggota badan ini, beliau menerangkan, Tatkala hati kedudukannya bagi anggota badan ini ibarat Raja yang mengatur prajurit yang semua kembali kepada perintahnya, dan hati akan memerintahkan anggota badan sekehendaknya. Semua dibawah penghambaan kepada hati, dan kekuasaannya. Dari hatilah akan diraih keistiqomahan dan penyimpangan. Artinya kalau hati ini lurus, maka akan lurus pula amal anggota badan, kalau hati ini menyimpang dan tersesat demikian pula akan menyimpang pulalah amaliah anggota badan.

Dan anggota badan akan mengikuti apa yang telah diikat oleh hati ini, dari perkara tekad ataukah melepaskannya. Artinya kalau hati bertekad maka akan terlaksana, karena hati telah mengikat sebuah perkara, sebuah tekad, dan kalau hati ini melepaskannya, maka tidak terjadi.

Nabi  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:

إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging, yang apabila segumpal daging ini baik, maka akan baiklah seluruh anggota badan, dan apabila segumpal daging ini rusak, maka akan rusaklah seluruh jasad, ketahuilah ini adalah hati. (HR Imam Bukhori dan Muslim)

Maka hati adalah raja bagi anggota badan, bagi jasad ini, sedangkan jasad adalah pelaksana atau eksekutor bagi titah hati ini, yang siap menerima arahan apa yang datang dari hati. Sehingga suatu amalan apapun tidak akan lurus sampai kembali kepada maksud dan niat hati. Baik amal baik atau amal buruk, kalau ada maksud dan niat dari hati, maka akan tergerak menjadi sebuah amalan. Maka hati inilah yang akan dimintai pertanggungjawaban atas semua yang digerakan oleh jasad, yang diamalkan oleh anggota badan, karena setiap pemimpin akan dimintai pertanggujawaban atas yang dipimpinnya.

Yakni maksudnya Syaikh ingin menjelaskan disini kaitananya dengan dalil yang pertama tadi, bahwa semua akan dimintai pertanggungjawaban termasuk didalamnya hati. Hati akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukan oleh anggota badan ini, karena hati adalah rajanya atau pemimpinnya, sehingga pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Ketika demikian pentingnya perannya hati bagi anggota badan ini, maka Syaikh kemudian mengatakan, maka perhatian untuk membenarkan, meluruskan hati ini lebih utama, apa yang menjadi sandaran orang-orang yang berjalan menuju الله سبحانه و تعالىٰ . Karena orang-orang yang berjalan menuju الله سبحانه و تعالىٰ  ini mensucikan jiwanya, terkadang menggunakan cara-cara yang keliru di dalam meraih tazkiyatun nufus. Maka yang perlu diperhatikan orang yang menempuh jalan pada الله سبحانه و تعالىٰ , menuju perjumpaan dengan الله سبحانه و تعالىٰ , maka adalah memperbaiki hatinya. Karena tatkala hati itu baik, maka amaliah lahiriyah baik pula.

Demikian pula berarti mengkaji akan penyakit-penyakit hati, dan juga mengobati penyakit-penyakit hati adalah hal yang terpenting yang harus ditempuh orang-orang yang ahli ibadah. Ketika Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah menjelaskan bahwa apabila segumpal daging ini baik, maka baik pula anggota badan, dan segumpal daging ini buruk, maka buruk pula anggota badan. Berarti secara tidak langsung Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjelaskan bahwa ada hati yang baik dan hati yang tidak baik.

Kemudian Syaikh mengakatan, manakala hati disifati ada hati yang hidup atau sebaliknya hati yang mati, maka berarti sesuai dengan itu, hati terbagi menjadi 3 macam:
1.         Qolbu Shohih atau Qalbu Salim
2.         Qolbu Mayyit
3.         Qolbu Mariidh

Apa itu Qolbu Shohih, maka diterangkan oleh Syaikh, Qolbu Shohih adalah qolbu salim, yaitu yang tidak akan selamat pada hari kiamat, kecuali siapa saja yang datang kepada Allah dengan qalbu salim ini. Itu yang dimaksud dengan qolbu salim, yaitu tidak ada keselamatan bagi orang yang datang kepada الله سبحانه و تعالىٰ  pada hari kiamat, kecuali yang datang dengan hati ini. Sebagaimana firman الله سبحانه و تعالىٰ :
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)

Adalah hari dimana tidak bermanfaat harta dan anak keturunan, kecuali orang-orang yang datang pada الله سبحانه و تعالىٰ  dengan hati yang salim, hati yang selamat. (QS Asy-Syuara' ayat 88-89)

Ada juga yang mengatakan makna qolbu shohih dalam pengertian yang lain, yaitu:
 a). Hati yang selamat dari segala syahwat yang menyelisihi perintah Allah dan laranganNya. 
b). Dan yang selamat dari segala bentuk shubhat kerancuan yang sehingga menentang dan menolak berita dari الله سبحانه و تعالىٰ .
c). Adalah hati yang selamat dari segala bentuk penyembahan kepada selain الله سبحانه و تعالىٰ. Artinya hati yang betul-betul hanya beribadah kepada الله سبحانه و تعالىٰ , tunduk dan taat hanya kepada الله سبحانه و تعالىٰ , ikhlas, memurnikan ibadah hanya karena الله سبحانه و تعالىٰ . Dan mereka tidaklah diperintahkan, melainkan agar memurnikan ibadah hanya kepada الله سبحانه و تعالىٰ .
d). Yang selamat dari menjadikan hakim selain Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Dia ridho dan rela menerima sepenuhnya bahwa Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjadi hakim baginya. Ketika sepeninggal Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka sunnah Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, hadits-hadits Rasulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang shohihah itulah yang menjadi sumber hukum, yang menjadi hakim atau penentu di dalam dia memutuskan segala permasalahan setelah kitabullah, yakni Al-Quran.

Karena hal ini telah disebutkan oleh الله سبحانه و تعالىٰ , bahwa mereka tidak akan beriman, sampai menjadikan Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai hakim satu-satunya. الله سبحانه و تعالىٰ  berfirman:

فَلا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيما شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجاً مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيماً

Maka demi Robbmu mereka tidak beriman, sebelum mereka menjadikan engkau Muhammad  sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, sehingga kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang engkau berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS An-nisaa ayat 65)

Jadi ciri atau makna dari hati yang salim adalah hati yang selamat dari menjadikan selain Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai hakim.
e). Hati yang rela dan ridho Allah sebagai Tuhannya, Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai Nabi dan utusanNya.  Sebagaimana yang dipanjatkan dalam doa-doa pagi dan petang:

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا

Aku rela Allah sebagai Robbku, Islam sebagai agamaku dan aku rela Muhammad  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai nabiku

KemudianSyaikh menjelaskan, maka hati yang salim itu adalah hati yang ikhlas ibadahnya hanya untuk الله سبحانه و تعالىٰ , baik itu kehendaknya, cintanya, tawakkalnya, inabahnya, ikhbatnya, rasa ketundukannya, khosyahnya (takut yang disertai pengagungan) dan rasa harapnya hanya untuk الله سبحانه و تعالىٰ .

الله سبحانه و تعالىٰ  berfirman:

إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Robb semesta alam.

Satu-satunya Robb yang berhak untuk diibadahi, karena Dialah Robb semesta alam, yang memberi rizki seluruh alam, sehingga hanyalah Dia yang berhak untuk diibadahi. Maka hanyalah Dia yang kita palingkan seluruh bentuk ibadah kita hanya kepadanya tidak kepada selainNya.

Inilah hati yang salim, hati yang BERTAUHID, yang memurnikan ibadah hanya untuk الله سبحانه و تعالىٰ . Kalaupun dia harus mencintai, maka mencintai seorang atau sesuatu di jalan الله سبحانه و تعالىٰ . Kalaupun harus membenci adalah membeci karena Allah ataupun di jalan الله سبحانه و تعالىٰ . Kalaupun harus memberi, memberi karena Allah, kalaupun harus mencegah pemberian, mencegah pemberian karena الله سبحانه و تعالىٰ .

Ini terangkum dalam satu hadits yang disebutkan oleh Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ,  termasuk katagori kesempurnaan iman. Berarti hati yang salim adalah hati yang menuju kesempurnaan iman.

Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:

مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ

Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci sesuatu karena Allah, memberi pemberian karena Allah dan mencegah pemberian karena Allah, maka sungguh telah sempurna keimanannya.

Kemudian Syaikh melanjutkan penjelasannya, bahwa tidak cukup hati dikatakan hati yang salim, sehingga hati itu betul-betul selamat dari ketundukan, kepatuhan dan menjadikan hakim kepada selain الله سبحانه و تعالىٰ  dan RosulNya. Sehingga betul-betul menjadikan ketundukan dan menjadikan hakim hanya kepada Allah dan RosulNya. Sehingga mengikat hatinya dengan simpul ikatan yang kuat untuk menyempurnakan dan meneladani sepenuhnya satu-satunya Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ saja, tanpa seorang siapapun  baik dalam ucapan ataupun perbuatan, sehingga tidak mendahului dihadapan Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam hal keyakinan. Artinya tidak boleh keluar dari keyakinan yang diyakini oleh Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, tidak pula dalam ucapan,  tidak pula dalam amalan.

الله سبحانه و تعالىٰ  berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian bersikap lancang mendahului Allah dan RosulNya, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS Al-Hujurat ayat 1).

Artinya tidak berani mendahului Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam hal keyakinan, ucapan maupun perbuatan, sehingga meskipun kita menghormati ulama pada kedudukannya yang mulia, tapi jangan sampai pendapat ulama itu lancang mendahului pendapat Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Atau membenarkan keyakinan dari orang-orang yang berilmu yang keyakinan ini bertentangan dengan keyakinan Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, atau ucapan yang boleh berbeda dengan ucapan Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, atau dari perbuatan amaliah ibadah dari seorang yang kita anggap berilmu yang bertentangan dengan Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Sehingga tidak akan sempurna, tidak akan salim hati ini, sampai kita betul-betul menjadikan Allah satu-satunya dalam tujuan kita beribadah dan menjadikan Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ satu-satu nya dalam panutan.

Oleh karenanya Imam Syafii rahimahullahu taala, meski banyak dicintai, diikuti madzhabnya,  tapi beliau tetap menganjurkan bagi siapa saja yang mendapati ucapanya bertentangan dengan sabda Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, untuk mengikuti sabda Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Imam Syafii berkata:

من استبانت له سنة رسول الله فلا يحل له أن يدعها لقول أحد

Barang siapa yang telah jelas baginya sunnah Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (hadits-hadits Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) {menganjurkan demikian, mewajibkan perbuatan demikian,  kemudian dia dapati ada ucapan  ulama atau seorang alim atau siapa pun yang bertentangan dengan sunnah Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ini}, maka tidak halal baginya untuk meninggalkan sunnah Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ karena mengikuti ucapan seseorang sealim apapun.

Kalau jelas-jelas bertentangan secara nash dengan hadits Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka ucapan seseorang itu harus ditinggalkan. Demikian pula para ulama ahlus sunnah yang lainnya, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad bin Hambal,  Imam Malik bin Anas, rahimahumullahu taala jamiian (semoga الله سبحانه و تعالىٰ  merahmati mereka semua). Maka mereka pasti menyarankan, tatkala ucapan mereka bertentangan dengan sabda Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ataupun bertentangan dengan firman الله سبحانه و تعالىٰ , pasti menganjurkan untuk mendahulukan firman Allah dan sabda Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Demikianlah hati yang salim, hati yang selamat dari segala bentuk syubhat dan syahwat, hati yang selamat dari segala bentuk penghambaan diri kepada selain الله سبحانه و تعالىٰ , hati yang selamat dari yang menjadikan panutan kepada selain Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Maka mari, terkhusus di bulan Romadhon ini, luruskan hati ini, dan juga di bulan-bulan yang lainnya untuk menjadikan hati kita, hati yang salim, yang selamat sepenuhnya, tunduk di dalam beribadah kepada الله سبحانه و تعالىٰ  dan menjadikan sepenuhnya menerima keputusan Rosulullahi  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Demikian wallahu taala a'la wa alam bishshowaab.
Akhirud dawana anilhamdulillahirobbil alamin, wabarokallaahu fiikum. Semoga bermanfaat dan berfaedah. Haadzaa ma aqulu lakum

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Disalin oleh: Ummu Della
Dimuroja'ah oleh: Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc
Berdasarkan kitab Tazkiyatun Nufus (penulis: Syaikh DR Ahmad Farid)


TAZKIYATUN-NUFUS
Halaqoh 12: Qolbu Mayyit
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Ust. Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Berkata Syeikh Dr. Ahmad Farid: qolbu mayyit berarti adalah lawan dr qolbu salim (sehat, selamat), qolbu mayyit (hati yg mati).

Gambarannya :
Hati yg tidak mengenal Allah Subhanahu Wata'ala sebagai Rabbnya.

Mungkin masih mengenal, tapi TIDAK mengenal SEBENARNYA.krn sejatinya yg mengenal Allah semakin LARI menuju Allah Subhanahu Wata'ala (taat dan takut).

Sebagaimana dituturkan oleh Imam Ibnu Qoyyim:

من كان لله أعرف كان له أخوف، ومن كان لله أعرف كان له أحب

"Barangsiapa yg lebih mengenal Allah Subhanahu Wata'ala maka dia lebih takut kepadaNya dan Barangsiapa yg lebih mengenal Allah Subhanahu Wata'ala, maka dia lebih mencintai Allah Subhanahu Wata'ala."

Hati yg mati itu tidak beribadah kepada Allah sesuai dengan yang dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu Wata'ala.
Karena sejatinya ibadah itu:
1Sesuai dengan perintah
2Perkara yg HARUS dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu Wata'ala.
sebagaimana yg dituturkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah:

 العبادة: اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال والأفعال الظاهرة والباطنة

"Ibadah: Nama yg mencakup segala sesuatu yg dicintai dan diridhai oleh Allah baik ucapan maupun perbuatan (lahir atau batin)
itu ibadah yg dicintai dan diridhai oleh Allah."

Hati Mati itu hati yg berjalan dgn syahwat dan kelezatan dunia
Meskipun dsana mgkn ada kemurkaan Allah apabila dia sukses dg syahwatnya, dia tidak peduli apakah Allah ridha/murka.

Hati yg hanya tunduk kepada hawa, hati yg memerintahkan badannya untuk melakukan aktivitas amaliah sesuai selera dirinya hnya krn dunia dan kelezatannya, TIDAK PEDULI Allah Ridha/murka.

Hati yg tdk menyembah Allah, tp menyembah hawa nafsu, menyembah dunia, menyembah syaitan, menyembah akal
Hati org2 musyrik dan org kafir.

Mereka menyangka telah menyembah Allah, melainkan sebaliknya, justru berbuat SYIRIK pada Allah.
Allah jelaskan keadaan mereka sebenarnya:
وما يؤمن أكثرهم بالله إلا وهم مشركون
"Dan kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah kecuali mereka berbuat syirik" .
yakni sejatinya mereka tidak beriman kepada Allah dengan iman yg benar, mereka hanya mempercayai Allah penciptanya, mengatur rezekinya, menghidupkan, mematikannya namun mereka beribadah kepada selain Allah.

Hati yg keras, hati yg mati, tidak mengenal Allah Subhanahu Wata'ala.

Kalaupun hati ini mencintai, membenci, memberi, mencegah pemberian Krn hawa, selera, kecenderungan jiwanyaBUKAN karena Allah.

Hawa lebih diutamakan dan dicintai daripada ridha Allah.
Hawa menjadi  pemimpinnya, Syahwat adalah penuntunnya, Kebodohan adalah sopirnya dan kelalaian adalah tunggangannya.

Hawa itu MENYERET PELAKUnya ke dalam NERAKA.

Hati ini diibaratkan hati yg diseru ke jalan Allah dan untuk ke negeri akhirat dr tempat yg jauh. Shg tidak akan menggubris dan menyambut penyerunya.

Pemilik hati yg mayyit seperti ini tidak menerima seruan penasehat, seolah hati terKUNCI mati.
Ini yg dikatakan oleh Allah Subhanahu Wata'ala dlm Al baqarah ayat 6:

َِّ ﺍﻟَِّﻳﻦَ ََُﻭﺍ ﺳََﺍﺀٌ ََِْْ ََََُْْْ َْ َْ ُُِْْْ ﻻ ﻳُُِْﻮﻥ

"Sesungguhnya org2 kafir itu, sama saja kamu beri peringatan (wahai Muhammad) kepada mereka atau kamu tidak beri peringatan, sama saja bagi mereka tidak akan beriman.
Ayat yg ke-7nya:

ختم الله على قلوبهم وعلى سمعهم، وعلى أبصارهم غشاوة، ولهم عذاب عظيم

Allah telah mengunci mati hati mereka dan pendengaran mereka dan pada pandangan mereka ada penutup (untuk melihat kebenaran). Dan bagi mereka azab yg berat." ((Qs. Al-Baqarah: 6-7))
bahkan bukan mengikuti seruan, sebaliknya, dia mengikuti semua ajakan syaitan yg sesat.

Dunialah yg menjadikan dia murka atau ridha.bukan karena Allah.
Demikian pula Allah telah menggambarkan keadaan org2 ini (pemilik hati mayyit) dalam surat ibrahim ayat 2&ayat 3:

ٌََِْ َِْﺎﻓِِﻳﻦَ ِْ ََﺍﺏٍ َِﻳﺪٍ (٢
ﺍﻟَِّﻳﻦَ ََُِّْﻮﻥَ ﺍﻟََْﺎﺓَ ﺍﻟﺪَُّْﺎ ﻋََﻰ ﺍﻵﺧَِِ ََُُّﻭﻥَ َْ َِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَِّ ََُْﻮﻧََﺎ ﻋًَِﺎ ﺃُﻭﻟََِ ِﻲ ﺿَﻼﻝٍ َِﻴﺪٍ (٣

"Celakalah org2 yg ingkar kepada tuhannya, karena siksaanya sangat berat. Yaitu org2 yg lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat dan mengahalang halangi manusia dari jalan Allah Subhanahu Wata'ala dan menginginkan jalan yg bengkok, mereka itulah org yg berada dlm kesesatan yg jauh."

Syeikh melanjutkan keadaan hati yang mati:
hawa, kecenderungan thd syahwat membuatnya BUTA, dari perkara SEGALA selain yg batil. tidak dapat melihat yg haq itu haq, dan yg batil itu batil. Penggerak yg menyerukan kebatilan. Yg paling bisu dr perkara kebenaran.

Syeikh berkata: maka bergaul dgn org yg seperti ini adalah penyakit.
Justru akan menggerogoti AKIDAH, dan menularkan keyakinan2 rusaknya.
dan berteman dengannya adalah racun. Dalam dosis tertentu akan mati.

Seperti perkataan Rasul:

المرء على دين خليله

"Seseorang itu tergantung agama temannya".
kalau agama temannya baik maka tentu agamanya akan baik (akhlak, ibadahnya) pula,  sebaliknya apabila agama teman dekat nya rusak, maka rusak pula agamanya".

berteman/bergaul dgn teman yg memiliki hati mayyit itu adalah KEMATIAN seperti minum racun. Dan berduduk2 dengannya adalah kehancuran.

boleh seseorang duduk2 dgn org kuffar (ahlul dunia),tp sebatas keperluan dunia tidak seterusnya, tidak boleh mengambil AGAMAnya,bercampur baur yg menyebabkan aqidahnya,ibadah dan akhlaknya rusak. kehancuran masa depan (akhirat).

Toleransi tidak boleh kebablasan. (Krn akan menyebabkan kerusakan hati)
Allah telah berfirman, mengingatkan Rasulnya tuk menyatakan:
لكم دينكم ولي دين
"Bagimu, agamamu, dan bagiku agamaku".
((Qs. Al-Kafirun: 6))
toleransi tidak dibenarkan untuk menyatakan semua agama itu benar.

Karena Agama yg di ridhai oleh Allah Subhanahu wata'ala hanya ISLAM.
Allah berfirman:
إن الدين عند الله الإسلام
"Sesungguhnya agama (yg diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam".

Karena agama lain telah dirubah (tidak ada jaminan) keotentikannya.

Allah yg langsung menjaga keotentikan Alqur'an dan hadits, sehi
ngga islam agama yg tidak diragukan.
Allah berfirman:

إنا نحن نزلنا الذكرى وإنا له لحافظون

"Sesungguhnya Kamilah yg menurunkan Adz-Dzikro, dan Kami pula-lah yg menjaganya".

Makna Adz-Dzikro: Al-Quran dan As-Sunnah.

Jangan sampai menyerupai mereka secara zahir, justru menyeret kita secara BATIN.
Oleh karena itu Nabi Shalallahu alaihi wa sallam melarang untuk tasyabuh:

من تشبه بقوم فهو منهم

"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia bagian dari kaum tersebut."

Waspadalah dari menyerupai orang2 kafir secara LAHIR krn hal ini akan menyeret pada penyerupaan secara BATIN alias ikut jadi mati hatinya dan kafir. Na'udzu billah min dzalik.

نسأل الله العافية والسلامة في الدنيا والآخرة

Disalin oleh Ukhti Anisa Luthfiah
Dimuroja'ah oleh Ust. Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.



TAZKIYATUN-NUFUS
Halaqoh 13: Qolbu Maridh
Kajian Kitab Tazkiyatun Nufus
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Ust. Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Al Qolbu Al Maridh (hati yg SAKIT):  "yaitu hati yg HIDUP(memiliki kehidupan) tetapi terkandung di dalamnya PENYAKIT".

Hati ini terkadang mengikuti arah kepada kehidupannya dan terkadang jg mengikuti arah kepada penyakitnya, tergantung mana yg mendominasi.

Seperti diutarakan ulama lainnya, Imam Ibnu Qoyyim menerangkan  bahwa di dalam diri seseorang berkecamuk peperangan antara nafsu muthmainah (jiwa yg tenang, memdapatkan petunjuk) dan nafsu amarah bissu'.

Tergantung yg mendominasi (nafsu muthmainah /amarah bissu)
Nafsu muthmainah amal ibadah kesalihan.
Nafsu amarah bissu'mengikuti ke arah penyakit di hatinya (amal tidak shalih, kerusakan).

Sebagaimana yg diungkapkan istri al azis, yg Allah kisahkan di dalam Al quran:

ََﺎ ﺃَُُِّ َِْﻲ ﺇَِّ ﺍﻟﻨََّْ َََّﺎﺭٌَ ِﺎﻟﺴُّﻮﺀِ َِّﺎ ﻣَﺎ ﺭََِ َِّﻲ ﺇَِّ َِّﻲ ﻏَُﻮﺭٌَِﻴﻢٌ (53

"Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu mennyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yg diberi rahmat oleh Rabbku, sesungguhnya Rabbku maha pengampun lagi maha penyayang " (Qs.Yusuf: 53)

Tidak ada seorang yg bs selamat dari ini semua kecuali dengan Rahmat Allah. 

Kita membutuhkan pertolongan kepada Allah untuk mengobati penyakit yg ada di hati.

Di dalam hati ini terdapat kecintaan kepada Allah,iman, ikhlas dan tawakal kepada Allah, yg memang sumber kehidupan baginya dan di dalam hati ini pula terkandung kecintaan kepada syahwat, mengutamakan syahwat dan tamak dalam meraih syahwat dan hasad (menginginkan hilangnya nikmat dari seseorang), dan kesombongan (menolak kebenaran dan meremehkan manusia), dan dalam hati in terdapat penyakit 'ujub (merasa banyak beramal shalih) padahal amal itu sebenarnya tergantung akhirnya.
Seperti sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam

إنما الأعمال بالخواتيم

"Sesungguhnya amalan itu tergantung akhirnya".
Sehingga yg dibutuhkan adalah keISTIQOMAHan dlm beramal hingga diambil ruhnya oleh Allah.

Kecintaan kepada syahwat, mengutamakan syahwat dan tamak dalam meraih kecintaan syahwat dan hasad, kesombongan semua sumber bencana.

Hati ini, hati yg diuji dengan 2 penyeru:
1. Menyeru kepada Allah, Rasulnya dan negeri akhirat (menyeru kebaikan)
2. Menyeru agar cinta dunia, lalai akan sejatinya dirinya
Padahal sejatinya dirinya keturunan dr Adam berasal dr syurga.

Bumi adalah tempat sementara untuk manusia beramal shalih. Tidak ada org yg akan menjadi penduduk bumi selamanya (tidak menjadi pribumi selamanya) akan kembali kepada Allah Subhanahu Wata'ala.

Hati ini, hati yg menjawab (memenuhi) dr pintu yg terdekat dan memenuhi dr seruan yg paling dekat. (Sehingga apabila yg terdekat adalah keburukan mk dia pun akan mengikuti keburukan tsb. Dan sebaliknya jika yg terdekat adalah kebaikan mk akan mengikuti kebaikan pula).

3 jenis hati yg telah d pelajari:
1Qolbu Shahih: hati yg hidup, tunduk, khusyuk, lembut dan peka.
2Qolbu Mayyit: hati yg kering.
3Qolbu Maridh: Hati yg sakit, kadang dekat keselamatan, kadang dekat kebinasaan.

disalin oleh Ukhti Anisa Luthfiah Tangerang
dimuroja'ah oleh Ust. Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.


TAZKIYATUN-NUFUS
Halaqoh 14
Bab 3:Macam-Macam Hati #4
Tanda sakit dan matinya hati 1
Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc

BismiLLahirrohmaanirrohiim
Assalamualaikum warohmatuLLahi wabarokatuh

Innalhamdalillaahi nahmaduhu wanastaiinuhu wanastaghfiruhu Wanaudzubiillah minsyurruri anfusinaa wasayyiati amaalinnaa. Man yahdihillahu fala mudhillalah Wa man yudhlilhu fala haadiyalah. Asyhadu allaa ilaaha illaLLaah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuuluh laa nabiya walarosula badahu. Amma baad

Ikhwani fiddiin wa akhawati fillah rohimani wa rohimakumullah jamian. Saudara dan saudariku sekalian yang dirahmati الله سبحانه و تعالىٰ  dimanapun anda berada. Alhamdulillah kita bersyukur kepada الله سبحانه و تعالىٰ  pada halaqoh yang ke-14 ini in shaa Allah kita menyambung kembali pembahasan tentang hati.

Yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini adalah alamat maradhul qolbi wa sihati, tanda-tanda sakit dan sehatnya hati.

Berkata Syaikh hafidzohullahu taala alamatu maradhil qolbi, alamat sakitnya hati, beliau mengatakan Terkadang hati itu sakit dan semakin parah sakitnya, si pemilik
hati ini tidak menyadari bahwa hatinya sedang sakit bahkan terkadang hati itu mati, pemiliknya tidak menyadari bahwa hatinya telah mati, tidak mengetahui akan kematian hatinya dan menggabungkan keduanya antara tanda atau ciri sakit dan matinya hati".

1. Tanda sakit dan matinya hati takkala pemiliknya hati tidak menyadari, tidak bisa merasakan derita sakitnya maksiat/ luka-luka maksiat.
Disini maksiat digambarkan ibarat luka, takkala seorang tergores luka pada kulitnya tentu akan terasa sakit olehnya, namun tatkala jasad manusia sudah menjadi mati maka sakit sudah lagi tidak lagi dirasakan sebagaimana kata syair,
ما لجرح بميت إيلام
 “Sesuatu yang telah mati tidak bisa merasakan luka", tidak bisa merasakan sakit, meskipun dicincang, meskipun dilukai, ditusuk-tusuk, dimutilasi, maka "sesuatu yang telah mati itu tidak lagi merasakan sakit. Itulah gambaran hati yang telah mati.

Dia tidak lagi bisa merasakan pedihnya maksiat, deritanya maksiat, karena hatinya telah tertutupi  dengan dosa-dosa karena dosa itu menutup berlapis-lapis sehingga sampai pada tingkatan yang menutupinya. Allah katakan

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوْبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya: Sekali-kali tidak demikian sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu yang menutup hati mereka. (QS Al Mutaffifin:14)

Perbuatan dosa itu akan melapisi dan menutupi hati sehingga semuanya rapat tidak ada satu ruang pun yang tidak tertutup. Hati telah kelam dan hitam.

Ketahuilah wahai saudaraku, akibat yang paling menonjol dari perbuatan dosa adalah kelalaian, dan kelalaian akan mewariskan kerasnya hati, dan kerasnya hati akan mengakibatkan jauhnya dari الله سبحانه و تعالىٰ, sedangkan jauhnya dari الله سبحانه و تعالىٰ  akan mengantarkan seorang kepada neraka.

Hati yang sakit dan hati yang mati apalagi, tidak lagi merasakan pedihnya dosa, pedihnya maksiat kepada الله سبحانه و تعالىٰ . Hal ini juga telah diisyaratkan oleh Rasul Shalallahu alaihi wasalam, tatkala Rasul Shalallahu alaihi wasalam ditanya tentang kebaikan maka jawab Rasul

البر حسن الخلق والإثم ما حاك في نفسك

kebajikan itu adalah akhlaq yang mulia atau budi pekerti yang luhur, sedangkan perbuatan dosa itu adalah yang bergejolak di hati ini.
Yakni apa yang membuat kita risih, yang membuat seseorang itu risih di dalam melakukan sebuah amaliyah, ucapan, itulah dosa. Terkadang tatkala seorang melakukan suatu tindakan atau mengucapkan suatu ucapan yang apabila ucapan itu terkandung dosa, maksiat kepada الله سبحانه و تعالىٰ pasti seseorang itu akan bergetar hatinya. Bergetar risih tidak betah melakukannya, itulah aslinya hati yang masih peka, masih sadar, masih terjaga, masih sehat, menyadari akan dampak dari sebuah dosa, sehingga tatkala bermaksiat kepada الله سبحانه و تعالىٰ  bergejolak, risih rasanya melakukannya.

Kemudian Syaikh mengatakan yang berikutnya:

2. Dan tidak merasakan betapa deritanya bodoh terhadap perkara kebenaran.
Orang tatkala hatinya masih sehat, itu merasakan deritanya kejahilan (tidak mengetahui suatu ilmu) thd kebenaran. Dia akan mendatangi ahli ilmu untuk menanyakan tentang ilmu, dia akan belajar, dia akan mencari sebuah kebenaran itu, meskipun nyawa taruhannya meskipun harta dia harus belanjakan seluruhnya.

Namun hati yang telah sakit, apalagi telah mati maka sudah tidak bisa lagi merasakan pedihnya bodoh terhadap kebenaran. Dia merasa nyaman terhadap kebodohan, sebagaimana dia merasa nyamannya dengan dunianya. Dia qanaah terhadap kebenaran, sebagaimana dia qanaah terhadap dunianya. Ada satu yang baik dari masyarakat kita, mereka sudah merasa cukup dengan apa yang Allah berikan, itu adalah sebuah kebaikan. Tapi tatkala qanaah terhadap kebenaran, itu tidak benar. Qanaah terhadap ilmu sehingga berpangku tangan, duduk di rumah, tidak mau belajar, tidak mau mendatangi ilmu dan ahlinya, maka ini adalah kehancuran. Naudzubillah.

3. Gambaran hati yang telah ternoda, hati yang telah terluka, dan dikhawatirkan hati ini menuju kematiannya yaitu tatkala tidak merasakan deritanya keyakinan-keyakinan yang batil atau istilah lainnya adalah kepercayaan-kepercayaan yang batil. Seolah ditelan saja semua keyakinan kepercayaan masyarakat yang tidak benar, ditelan habis, tidak pandang apakah ini sesuai dengan kitabullah dan sunah rasulullah shallahualaihi wasalam atau tidak. Manusia mengatakannya maka diapun mengatakan, manusia mengamalkan maka diapun mengamalkan, tanpa memandang dan melihat apakah kepercayaan itu berkesesuaian dengan kitabullah dan sunah rasulullah shallahualaihi wasalam atau tidak. Subhanallah naudzubillah.

Tatkala kita telah mengetahui kondisi tersebut, tatkala kita terjangkiti dengan penyakit seperti ini. Hati sudah tidak peka dengan keyakinan-keyakinan batil yang menghinggapinya. Keyakinan batil terhadap Allah, keyakinan batil terhadap Rasulullah, keyakinan batil terhadap kitabullah, keyakinan batil terhadap sunah rasulillahi shallahualaihi wasalam. Ambil contoh, berapa banyak tersebar keyakinan batil kepada الله سبحانه و تعالى . Bahwa Allah ada dimana-mana. Padahal jelas الله سبحانه و تعالى menyatakan dirinya, tentang diriNya

الرحمن على عرش استوى

Allah yang maha penyayang itu bersemayam di atas arsy.

Berapa banyak orang yang tidak risih dengan pemahaman yang keliru tentang sunnah rasul shallahualaihi wasalam. Mereka melihat ini sunnah rasul sekedar sunnah yang tidak perlu diamalkan dia menganggap sunnah itu adalah menurut kaca mata fikkiyah saja, sehingga kalau diamalkan berpahala, tidak diamalkan tidak mendapatkan apa-apa. Padahal istilah sunnah (ajaran Nabi) itu bisa berhukum wajib, bisa berhukum sunnah itu sendiri, bisa berhukum bahkan terlarang bagi seseorang.

Dia tidak lagi merasakan betapa pedihnya, betapa menderitanya keyakinan-keyakinan batil berkaitan dengan agama Allah ini, agama islam. Dia justru berkeyakinan selain yang bukan islam dan yang islam justru dilemparnya jauh-jauh. Naudzubillah.

Ini adalah pertanda akan sakit dan bahkan bisa menjadi kematian bagi hati. Karena apa? Dikatakan oleh syaikh hafidzohullahu taala karena sesungguhnya hati itu mana kala hati itu hidup maka dia akan bisa merasakan deritanya dilewati oleh dosa-dosa keburukan, maksiat atau kejelekan-kejelekan. Dia merasa risih, tidak betah, sebagaimana dikatakan nabi, bahwa perbuatan dosa itu yang membuat dirimu itu risih, berontak hati ini bahwa tidak menerima bahwa itu kebenaran, berontak hati ini menolak bahwa itu adalah sesuatu yang batil maka tidak mungkin dikatakan benar, suatu yang mungkar maka tidak mungkin dikatakan maruf, suatu yang buruk maka tidak mungkin dikatakan baik. Itu takkala hati itu hidup, hati itu sehat, maka bisa peka terhadap suatu kebenaran, terhadap keburukan-keburukan yang menimpanya.

Dan juga akan merasakan deritanya bodoh terhadap kebenaran, bagaimana bisa bodoh terhadap kebenaran. Padahal ilmu dibuka luas, di jaman yang begitu canggih teknologinya disana ilmu disini ilmu disitu ilmu. Disana kebenaran, datangi, tinggal mau tidak, menundukkan hati ini dari kesombongannya, dari keangkuhannya, dari kelalaianya untuk datang ke majelis ilmu, mendatangi kebenaran.

Dan rasa derita ini baik peka terhadap kemaksiatan dosa-dosa yang menghinggapinya ataupun kebodohan terhadap kebenaran itu tergantung tingkat sehat, tingkat baiknya kehidupan hati kita.

Manakala hati itu sakit dan sakit, maka akan menuju jurang kematian, juga merasakan dirinya sakit, menyadari, dan menyadari sakitnya semakin parah hanya saja dia tidak mau merasakan pahitnya obat penawarnya karena terkadang penawarnya itu pahit. Dia tidak betah untuk baca quran, bergejolak hatinya justru kebalik. Seolah-olah seperti orang yang diruqyah tatkala membaca ayat-ayat الله سبحانه و تعالى, kepanasan, tapi dia merasakan nyaman mendengarkan musik, tapi merasa tidak betah mendengarkan ataupun membacakan ayat-ayat الله سبحانه و تعالى. Dia tidak betah lama-lama berdzikir الله سبحانه و تعالى dia tidak betah untuk duduk berdzikir berbaring, berjalan berdzikir untuk mengingat الله سبحانه و تعالى.

Sehingga dia lebih memilih untuk membiarkan hatinya menderita daripada dia harus menelan pil yang pahit, penawar yang pahit. Subhanallah. Inilah pertanda hati yang sakit. Hati yang tidak lagi mau merasakan penawar yang seharusnya penawar itu bermanfaat baginya tapi karena kontradiksi cara berpikirnya, kontradiksi cara memaknainya sehingga justru berbalik, dia tidak membutuhkan obat yang sangat dia dibutuhkan untuk mengobatinya tapi justru memilih kelalaian memilih kehancuran dan memilih penyakit yang ada pada dirinya. Sehingga kita tahu secara lahir saja, kalau penyakit itu dibiarkan semakin parah, sehingga berujung kepada kematian. Demikianlah hati yang sakit tatkala tidak respect untuk segera diobati dan tidak menyadari untuk segera diobati maka demikian pula dia diambang pintu kehancuran dan kematian. Naudzubillah summa naudzubillah.

Ikhwani fiddiin rohimani wa rohimakumullah, demikianlah karakter yang pertama yang disebutkan oleh syaikh tentang tanda hati yang sakit dan hati yang mati. Semoga berfaedah dan bermanfaat dan semoga menjadi ibrah bagi kita semua, agar kita bisa mengikuti yang terbaik dan mengamalkannya.

Demikian wallahu taala ala wa alam bishshowaab. Walhamdulillahirabbilalamin

Tsumma Assaalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh

Disalin dari audio oleh: Ummu Arqom
Dimuroja'ah oleh: Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc
Berdasarkan kitab Tazkiyatun Nufus (penulis: Syaikh DR Ahmad Farid)



TAZKIYATUN-NUFUS
Halaqoh 15
Bab 3: Macam-macam Hati#5 
Tanda Hati Sakit 2
Ust. Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc

BismiLLahirrohmaanirrohiim
Innalhamdalillaahi nahmaduhu wanastaiinuhu wanastaghfiruhu Wanaudzubiillah minsyurruri anfusinaa wasayyiati amaalinnaa. Man yahdihillahu fala mudhillalah Wa man yudhlilhu fala haadiyalah. Asyhadu allaa ilaaha illaLLaah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuuluh laa nabiya walarosula badahu. Amma baad.
Maasyirol ikhwah wa akhawati fillah rohimani wa rohimakumullah jamian. ArsyadaniaAllahhu waiyyakum ilaa thoatih.

Alhamdulillah kita bersyukur kepada الله سبحانه و تعالىٰ  dengan berbagai kenikmatan yang Allah berikan kepada kita semua. Sehingga الله سبحانه و تعالىٰ masih memberikan kemudahan bagi kita semua untuk tholabul ilmi di jalan الله سبحانه و تعالىٰ. ان شاء الله تعالى pada halaqoh yang ke-15 ini, kita masih berbicara tentang tanda sakitnya hati.

Berkata Syaikh Dr. Ahmad Farid hafidzohullahu taala dalam kitabnya tazkiyatun nufus, Dan di antara tanda sakitnya hati adalah berpalingnya hati dari makanan yang bermanfaat dan justru cenderung kepada yang mendatangkan mudharat, dan juga berpalingnya dari obat yang berguna dan cenderung kepada penyakit yang berbahaya. Berbeda dengan hati shahih (hati yang sehat) tentu akan mendahulukan kepada obat yang bermanfaat daripada hal yang memudhoroti dan yang membahayakan. Namun hati yang sakit ini, justru lawan dari itu semua. Dan ketauhilah bahwa makanan yang paling bermanfaat (nutrisi yang paling bermanfaat) bagi hati ini adalah makanan atau nutrisi iman. Sedangkan obat yang paling bermanfaat bagi hati ini adalah obat penawar dari Al Quran.

Berarti syaikh disini menyebutkan ada dua yang sangat bermanfaat bagi hati ini:
1. Makanan yang paling bermanfaat
Makanan yang paling bermanfaat bagi hati ini adalah makanan iman (nutrisi iman) artinya dengan mengkaji, mempelajari, hal-hal yang bisa menguatkan iman, mengamalkan amal ibadah yang bisa menguatkan iman itu semualah yang memberikan manfaat pada hati.
2. Demikian pula halnya obat yang paling bermanfaat bagi hati ini adalah obat& quran, sebagaimana Allah katakan, الله سبحانه و تعالىٰ  berfirman

وَنُنَزِّلُ مِنَ القُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ

Dan kami turunkan dari al quran sebagai sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman …….  (QS. Al Israa:82)

    Dan Al Quran adalah penawar apa yang ada di dalam dada yaitu hati. Karena di dalam quran terakhir dzikron (peringatan). Peringatan bagi orang yang mempunyai hati, bagi orang yang menggunakan pendengarannya sedangkan ia mau menyaksikan tanda-tanda kebesaran الله سبحانه و تعالىٰ sebagaimana disebutkan dalam surat QS Qaaf ayat 37

إِنَّ فِى ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيْدٌ

Artinya: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya sedang dia menyaksikannya.

Allah ta'ala telah menjadikan al quran  menjadi kitab yang penuh berkah berisi petunjuk bagi sekalian alam, sebagai penyembuh dari segala penyakit. Terutama penyakit-penyakit hati baik berupa syahwat ataupun syubhat. Al quran sebagai berita gembira dan rahmat bagi sekalian alam dan peringatan bagi orang yang mengambil pelajaran. Maka siapa pun yang membaca al quran, mentadaburi ayat-ayatnya dan menelitinya, dia akan menemukan berbagai macam ilmu dan marifat yang bisa menguatkan keimanannya, menambah dan menyuburkan keimanannya, melembutkan hatinya. Karena orang-orang yang beriman itu orang yang lembut hati mereka, apabila   disebut nama الله سبحانه و تعالىٰ
الله سبحانه و تعالىٰ  berfirman.

اِنَّمَا المُؤْمِنُوْنَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهَ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَ إِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَتُهُ زَادَتْهُمْ إِيْمَنًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya maka bertambahlah iman mereka karenaNya dan kepada Rabblah mereka bertawakal. (QS. Al Anfal ayat 2)

Maka orang-orang beriman kulit dan hati mereka tenang takkala dibacakan kepada mereka ayat-ayat الله سبحانه و تعالىٰ gemetar hatinya, maka ini adalah obat yang paling bermanfaat bagi hati yang berpenyakit. Allah katakan dalam al quran, Allah berfirman

اللهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الحَدِيْثِ كِتَٰبًا مُّتَشَٰبِهَا مَّثَانِى تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَ قُلُوبُهُمْ اِلَٰى ذِكْرِ اللهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى اللهِ يَهْدِى بِهِ ے مَنْيَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللهُ فَمَالَهُ مَنْ هَادٍ

 Artinya Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia (Allah) menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun (QS: Az-Zumar Ayat: 23)

Maka dalam kitab miftah dars saadah Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengatakan:

وبالجملة فلا شيء أنفع للقلب من قراءة القرآن بالتدبر والتفكر

"secara keseluruhan tidak ada yang lebih bermanfaat bagi hati selain baca Alquran dengan taddabur dan tafakkur".
Demikianlah Ikhwani fiddiin rohimani wa rohimakumullah tapi memang hati yang sakit itu justru kebalik,  justru cenderung kepada makanan yang tidak bergizi atau nutrisi yang tidak bergizi, dan justru cenderung kepada obat yang tidak bermanfaat. Ketika gambaran hati seperti inilah maka itulah hati yang sakit, segeralah untuk diobati untuk memperbanyak hal-hal yang bisa menambah iman kita baik secara ucapan ataupun perbuatan, ataupun hal yang bisa menjadikan kita tenang & sejuk dengannya dengan membaca al quran, dengan taddabur dan tafakkur. Demikian semoga bermanfaat dan berfaedah. Akhiru dawana alhamdulillahirabbilalamin

wassaalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh

Disalin oleh: Ummu Arqom
Dimuroja'ah oleh: Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc
Berdasarkan kitab Tazkiyatun Nufus (penulis: Syaikh DR Ahmad Farid)