Kamis, 19 Maret 2015

Keutamaan Silaturahim

BimbinganIslam.com
Rabu, 27 Jumadil Ula 1436 H / 18 Maret 2015 M
Ustadz Firanda Andirja, MA
Kitābul Jāmi' | Bab Al-Birru (Kebaikan) Wa Ash-Shilah (Silaturahim)
Hadits 1 | Keutamaan Silaturahim
Download Audio
https://www.dropbox.com/s/oi1wc0k5fo1mchd/Keutamaan%20Silaturahim.mp3?dl=0
------------------------------------

KEUTAMAAN SILATURAHIM (BAGIAN 1)

Bismillahirrahmānirrahīm,
Alhamdulillāh, wash shalātu was salāmu 'ala Rasūlillāh.

Ikhwan dan akhwat,

Kita masuk dalam  bab yang baru yaitu bab "Al-Birr wa Ash-Shilah" (berbuat kebaikan dan menyambung silaturahmi)

Sebelum kita membahas hadits-hadits yang berkaitan dengan silaturahim, ada yang perlu diingatkan.

① Yang pertama.

Banyak orang yang salah menggunakan istilah yaitu menggantikan istilah ziarah dengan silaturahim.

Seperti tatkala seorang hendak mengunjungi saudara, teman atau ustadznya, dia mengatakan:

"Kita silaturahim kepada ustadz," atau, "Kita silaturahim ke rumah teman."

Padahal itu maknanya bukan silaturahim.

Silaturahim adalah menyambung kekerabatan.

Padahal kita dengan teman atau ustadz tidak ada hubungan kekerabatan.

Yang benar adalah kita menziarahi ustadz atau teman.

Kenapa demikian?

Karena Allāh dan syari'at membedakan antara "silaturahim" (menyambung kekerabatan) dan "ziyāratul ikhwān" (mengunjungi teman).

Antara silaturahim dengan ziarah berbeda, pahalanya juga berbeda.

Masing-masing memiliki kedudukan, akan tetapi silaturahim memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada sekedar ziarah.

Istilah ini yang sering beredar di tanah air kita yaitu mengganti istilah ziarah dengan silaturahim, padahal ini adalah salah dan harus kita perbaiki.

Silaturahim mendatangkan pahala-pahala yang istimewa sebagaimana nanti dijelaskan.

Di antara pahala silaturahmi, firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَٱلَّذِينَ يَصِلُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ...
ِ
"Dan orang-orang yang menghubungkan (menyambungkan) apa-apa yang Allāh perintahkan supaya dihubungkan (disambung, yaitu silaturahim)... "

(QS: Ar-Ra'du : 21)

Setelah menyebutkan beberapa amalan, lalu Allāh menyebutkan:

... أُولَٰئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ

..."Bagi mereka kesudahan (tempat tinggal) yang terbaik."

(QS: Ar-Ra'du : 22)

جَنَّٰتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا...

"(yaitu) surga ´Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama..."

(QS: Ar-Ra'du : 23)

Ini menunjukkan silaturahmi merupakan salah satu amalan yang luar biasa yang meyebabkan seorang bisa masuk surga.

Terlalu banyak hadits yang berkaitan dengan silaturahim yang menyebutkan keutamaan menyambung silaturahim dengan ibu, ayah, bibi, dan kerabat-kerabat lain secara umum.

Oleh karenanya jangan disamakan antara "silaturahim" dengan "ziyāratul ikhwān atau akhwāt".

② Perkara yang kedua.

Apa makna ar-rahim (kerabat)?

Kepada siapa kita harus bersilaturahim?

Kerabat bisa kita klasifikasikan menjadi tiga :

❶ Kerabat dari azhār (keluarga istri). Misal: ipar, mertua dll.

❷ Kerabat dari sepersusuan, misal saudara sepersusuan, kakak sepersusuan, ayah sepersusuan dll.

❸ Kerabat dari nasab, yaitu yang punya hubungan darah, misalnya saudara satu kakek dll.

Mana diantara tiga ini yang kita harus bersilaturahim?

Yang dimaksud dengan silaturahim adalah yang menyambung hubungan karena nasab atau hubungan darah, yaitu yang no.3.

Menyambung (berbuat baik) kepada kerabat istri tidak dinamakan silaturahim, tetapi kita dianjurkan berbuat baik secara umum kepada manusia terlebih lagi yang punya hubungan dengan kita, meskipun bukan hubungan rahim, seperti kakak istri, adik istri, mertua.

Kita berbuat baik kepada mertua atau ipar bukan berarti silaturahim, tapi silaturahim dari sisi istri kita (istri kita yang bersilaturahim).

Kalau kita berbuat baik kepada mertua maka secara zatnya tidak dikatakan silaturahim, tetapi mudah-mudahan kita mendapat pahala silaturahim karena kita membantu istri kita untuk bersilaturahim dengan ayah dan ibunya.

Karena asalnya bukan dari rahim yang sama.

Kemudian, yang berkenaan dengan saudara sepersususan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

يَحْرُمُ مِنْ الرَّضَاعَ مَا يَحْرُمُ مِنْ النَّسَبِ

“Diharamkan dari persusuan apa-apa yang diharamkan dari nasab.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Yang Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam maksudkan dalam hadits ini adalah yang berkaitan dengan pernikahan.

Yaitu, yang menjadi mahram karena nasab (hubungan darah), demikian juga sepersusuan bisa menjadikan mahram.

Akan tetapi Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam TIDAK mengatakan,

يَجِبُ مِنَ الرَّضَاعَ مَا يَجِبُ مِنَ النَّسَبِ

Yang wajib berlaku pada nasab juga berlaku pada sepersusuan.

Seandainya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata demikian, berarti kita wajib juga bersilaturahmi kepada saudara sepersusuan, akan tetapi Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak mengatakan demikian.

Maka kembali kepada hukum umum yaitu kita berusaha berbuat baik kepada seluruh manusia, terlebih lagi kepada orang-orang yang mempunyai hubungan sepersususan dengan kita, namun dia bukan termasuk dari ayat dan hadits yang memerintahkan silaturahim

Oleh karenanya, yang dimaksud dengan silaturahim adalah menyambung hubungan karena nasab atau darah.

In syā Allāh akan kita jelaskan lebih lanjut pada halaqoh berikutnya.

Assalāmu 'alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
______________________________

Adab Makan (Larangan Berlebih-lebihan)

BimbinganIslam.com
Senin, 25 Jumadil Ula 1436 H / 16 Maret 2015 M
Ustadz Firanda Andirja, MA
Kitabul Jaami' | Bulughul Maaram
Hadits ke-16 | Adab Makan (Larangan Berlebih-lebihan)
Download Audio
https://www.dropbox.com/s/s2mfpx8oq6p0jwt/Larangan%20berlebih-lebihan%20dalam%20makan.mp3?dl=0
------------------------------------

ADAB MAKAN (LARANGAN MAKAN BERLEBIH-LEBIHAN)


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Para ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita masuk pada hadits terakhir dari Bābul Adāb dari Kitābul Jāmi'dari Kitab Bulughul Marām.

وَعَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ, عَنْ أَبِيهِ, عَنْ جَدِّهِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( كُلْ, وَاشْرَبْ, وَالْبَسْ, وَتَصَدَّقْ فِي غَيْرِ سَرَفٍ, وَلَا مَخِيلَةٍ )  أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَأَحْمَدُ, وَعَلَّقَهُ اَلْبُخَارِيُّ

Dari Amar Ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, radhiyallāhu 'anhum, berkata:

"Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah tanpa berlebihan (isrāf) dan tanpa kesombongan."

(Riwayat Ahmad dan Abu Dawud. Imam Bukhari meriwayatkan hadits secara ta'liq)

Kita tahu bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla asalnya menghalalkan bagi hambaNya seluruh perkara-perkara dan rizqi yang baik.

Baik berupa makanan maupun minuman, pakaian, tempat tinggal, tunggangan/kendaraan dan seluruh kebaikan-kebaikan yang ada di atas muka bumi, maka hukumnya adalah halal.

Allāh tidak akan mengharamkan bagi para hambaNya kecuali yang mendatangkan kemadharatan, baik kemadharatan bagi agamanya, badannya, akalnya, harga dirinya atau bagi hartanya.

Dan hadits ini juga memperkuat akan hal ini.

Bahwasanya seluruh perkara yang baik dan kesenangan yang baik di atas muka bumi ini dihalalkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menyatakan dalam Al Qurān :

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ّ

"Dialah Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang telah menciptakan bagi kalian seluruh yang ada di atas muka bumi ini... "

(Al-Baqarah 29)

Asalnya seluruh yang baik-baik di atas muka bumi ini hukumnya halal, silakan dimanfaatkan.

Akan tetapi perkara-perkara yang baik tersebut terkadang-meskipun hukum asalnya baik-dirubah oleh Allāh menjadi hukumnya haram tatkala mencapai tingkatan saraf (berlebihan) dan makhyilah.

Oleh karena itu dalam hadits ini dilarang, tetapi ada syaratnya;

① tidak boleh berlebih-lebihan
② tidak boleh karena kesombongan

Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyatakan dalam Al Qurān:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا

"Makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan."

(Al-A'raf 31)

Oleh karenanya, makanan selama makanan itu baik maka silakan tapi dengan syarat tidak sampai berlebih-lebihan dan tidak boleh dalam derajat kesombongan.

Apa bedanya antara saraf (berlebihan) dengan tabdzir?

Para ulama mengatakan:

√ Tabdzir berkaitan dengan kemaksiatan, dia lebih umum.

Misalnya seseorang mengeluarkan hartanya pada hal-hal yang dilarang oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla (namanya mubadzdzīr).

Demikian juga seseorang yang mengeluarkan hartanya yang halal secara berlebih-lebihan, ini juga disebut dengan mubadzīr

√ Saraf dikhususkan untuk perkara yang boleh, makan dan minum asalnya boleh, tapi berlebih-lebihan.

Dan ini bukan perkara yang maksiat, karena boleh.

Allāh berfirman

 إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

"Dan sesungguhnya orang-orang yang melakukan tabdzīr adalah saudara-saudaranya syaithan."

(Al-iSrā 27)

Oleh karenanya silakan makan, minum dan bersedekah tapi jangan berlebih-lebihan atau karena kesombongan.

Karena bisa jadi, makanan bisa menghantarkan pada sikap berlebih-lebihan (terlalu banyak atau terlalu mahal), sikap ini akan memberikan kemadharatan pada tubuh.

Seluruh yang berlebih-lebihan akan memberi kemadharatan pada tubuh.

Dengan makanan juga bisa mengantar seseorang kepada kesombongan. Seperti seorang membeli makanan yang mahal kemudian dia tampakkan (pamer) di hadapan teman-temannya, buat apa?

Padahal makan yang penting kenyang, sesekali kita bisa makanan yang enak, tapi terus-terusan kemudian makan yang enak tetapi untuk pamer, maka ini diharamkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
______________________________

Hukum Bersiwak | Hal-hal Yang Berkaitan Dengan Siwak

BimbinganIslam.com
Jum'at, 22 Jumadil Awwal 1436 H / 13 Maret 2015 M
Ustadz Fauzan ST, MA
Matan Abu Syujā' | Hukum Bersiwak
Kajian 13 | Hal-hal Yang Berkaitan Dengan Siwak
Download Audio : https://www.dropbox.com/s/jmh33xebpokmske/Yang%20berkaitan%20dengan%20siwak.mp3?dl=0
----------------------

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله و بعد.

Para sahabat sekalian yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, pada halaqoh yang ke-13 ini, penulis rahimahullāh melanjutkan pembahasan tentang siwak.

فصل: والسواك مستحاب في كل حال، إلا بعد الزوال للصائم، و هو في ثلاثة مواضع أشد استحبابا: عند تغير الفم من أزم وغيره، و عند القيام من النوم، وعند القيام الصلاة

Ada beberapa point yang akan kita simpulkan dalam masalah siwak kali ini.

① Apakah yang dimaksud dengan siwak?

Siwak adalah nama akar atau ranting pohon yang digunakan untuk bersiwak (membersihkan gigi dan mulut). Dan yang terbaik-dikatakan oleh para ulama-adalah dari pohon al-arak, namun pohon lain pun bisa digunakan dengan syarat :

⑴ seratnya lembut
⑵ dapat membersihkan
⑶ tidak berjatuhan pada saat digunakan

Secara umum, dikatakan siwak adalah alat yang digunakan untuk bersiwak atau membersihkan mulut.

② Hukum menggunakan siwak

Berkata muallif (penulis) rahimahullāh :

Dan bersiwak hukumnya mustahab (sangat dianjurkan) dan sunnah dalam setiap waktu.

Ini adalah pendapat madzhab Syāfi'i dan juga pendapat madzhab jumhur ulama.

Dan disana ada pendapat yang lain yang lemah bahwasanya mengatakan siwak hukumnya adalah wajib, ini pendapat Imam Dawud Azh-Zhāhiri.

Para sahabat rahimakumullāh, bersiwak termasuk sunnah yang sangat disukai dan sering dilakukan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bahkan tatkala menjelang wafat Beliau, Beliau masih memiliki keinginan untuk bersiwak, sehingga mengisyaratkan kepada 'Aisyah bahwasanya Beliau ingin bersiwak.

Oleh karena itu, hendaknya setiap muslim menghidupkan sunnah ini dan tidak melecehkan atau menghina orang-orang yang menghidupkan sunnah ini, yaitu yang mereka bersiwak disetiap waktunya.

Dan hendaknya bagi orang yang bersiwakpun untuk menjaga adab-adab didalam menggunakan siwaknya.

Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda mengenai keutamaan siwak :

السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ وَ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ

"Bahwasanya siwak itu adalah kebersihan bagi mulut dan mendatangkan keridhaan dari Rabb." (Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Ahmad)

Dalam hadits yang lain, Rasulullāh juga mengatakan :

لَوْلا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوْءٍ

"Seandainya tidak memberatkan umatku maka niscaya sudah aku perintahkan mereka untuk bersiwak pada saat setiap akan berwudhu". (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim didalam hadits yang lain :

عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ

"Pada saat setiap akan melaksanakan shalat."

Ini menunjukkan bagaimana Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sangat menekankan pentingnya untuk bersiwak dan membersihkan mulut dari kotoran dan bau.

Kenapa? Karena kata Rasulullāh, seandainya tidak memberatkan maka Beliau akan wajibkan.

③ Hukum bersiwak bagi orang yang berpuasa.

Didalam matan, mushannif mengatakan : "Siwak itu mustahab (sunnah) kecuali setelah tergelincirnya matahari bagi orang yang berpuasa."

Tergelincirnya matahari maksudnya adalah pada saat masuk dzuhur.

Ini adalah pendapat Syāfi'iyyah dan Hanbali bahwa orang-orang yang berpuasa apabila masuk waktu dzuhur maka makruh untuk bersiwak bagi mereka dengan dalil :

Hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :

لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

"Bau mulutnya orang yang berpuasa adalah lebih baik disisi Allāh daripada bau minyak wangi yang terbuat dari misk." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan kata mereka, bau mulut itu terjadi mulai siang dan sore. Dan ini adalah pujian dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla terhadap orang yang berpuasa dan keutamaan mereka orang yang berpuasa.

Maka tidak selayaknya dihilangkan bau tersebut karena bau tersebut memiliki keutamaan, sebagaimana disebutkan dalam hadits.

Sebagaimana para syuhada, mereka dikuburkan dengan darah-darah mereka tanpa dibersihkan terlebih dahulu.

Kenapa? Karena darah-darah tersebut memiliki keutamaan disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ini adalah sisi pendalilan mereka.

Namun, yang dirajihkan oleh Syaikh 'Utsaimin rahimahullāh bahwasanya hukumnya sunnah baik pagi maupun sore atau kapan saja dan tidak ada dalil yang kuat (jelas) yang menunjukkan tentang makruhnya bersiwak setelah tergelincirnya matahari bagi orang yang berpuasa.

④ Waktu-waktu yang dianjurkan untuk bersiwak.

Bersiwak dianjurkan setiap waktu (sudah kita sebutkan di awal pembahasan). Namun disana ada waktu-waktu yang amat sangat dianjurkan karena pada waktu-waktu tersebut mulut seseorang menjadi bau.

Berkata mushannif didalam matannya:

"Bersiwak itu pada 3 keadaan dimana dia amat sangat dianjurkan;

❶ Pada saat mulut berubah menjadi bau disebabkan azmin (azmin adalah seorang yang diam cukup lama atau tidak makan dalam waktu yang cukup lama sehingga menyebabkan mulutnya bau) pada saat ini amat sangat dianjurkan untuk bersiwak atau disebabkan sebab-sebab yang lainnya.

❷ Pada saat bangun dari tidur, sebagaimana kita tahu kebanyakan orang pada saat bangun tidur maka mulutnya menjadi bau. Maka pada saat ini amat sangat dianjurkan untuk bersiwak atau membersihkan mulutnya.

Pada point ❶ dan ❷ ini adalah aplikasi dari hadits Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bahwasanya siwak adalah :

السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ

"Sebagai pembersih dari mulut seseorang."

❸ Pada saat seseorang hendak melaksanakan shalat, maka amat sangat dianjurkan untuk bersiwak.

Begitu juga pada ibadah yang lainnya seperti berwudhu, sebagaimana disebutkan dalam hadits Bukhari dan Muslim. Juga ibadah membaca Alqurān dan ibadah-ibadah yang lainnya.

Hendaknya setiap muslim bersiwak dan membersihkan mulutnya agar mulutnya tidak menjadi bau, karena bau mulut seseorang itu akan mengganggu orang lain dan yang ada disebelahnya.

Dan ketahuilah, segala sesuatu yang mengganggu oranglain maka dia juga mengganggu para malaikat.

Dalam sebuah hadits, Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda :

فَإِنَّ الْمَلائِكَةَ تَتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ بنو آدمَ

"Karena sesungguhnya para malaikat itu dia terganggu dengan apa-apa yang membuat anak Adam (manusia) terganggu." (Hadits Bukhari dan Muslim)

Hadits ini tatkala ada seseorang yang masuk ke dalam masjid yang mana dia mulutnya bau bawang, maka Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan bahwa malaikat terganggu dengan apa-apa yang terganggu olehnya anak Adam.

⑤ Sikat gigi yang banyak digunakan, apakah dia memiliki keutamaan yang sama atau masuk pada keutamaan siwak?

Para ulama bersepakat bahwa yang terbaik digunakan untuk bersiwak adalah akar dari pohon al-arak karena dia memiliki zat-zat yang sangat bermanfaat dan juga menghilangkan bau yang tidak sedap. Dan akar tersebut, dia bisa mengeluarkan bau yang sedap bagi orang yang memakainya.

Akan tetapi, dikatakan oleh para ulama bahwasanya semua yang dapat menghilangkan kotoran dan bau dari mulut, maka dia termasuk ke dalam keutamaan bersiwak.

Demikian yang bisa disampaikan.

والله أعلم بالصواب
وصلى الله على نبينا محمد

___________________________________

Jadilah Da'i Dengan Harta Anda

BimbinganIslam.com
Rabu, 20 Jumadil Awwal 1436 H / 11 Maret 2015 M
Ustadz Firanda Andirja, MA
Materi Tematik | Jadilah Da'i Dengan Harta Anda
Link Audio : https://www.dropbox.com/s/3jq2q6z4wncbvag/27.%20Jadilah%20Dai%20dengan%20Harta%20anda.mp3?dl=0Video Source : https://www.youtube.com/watch?v=zYbjXQkQj-o
-----------------------------------

JADILAH DA'I DENGAN HARTA ANDA


السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam haditsnya:

لا حَسَدَ إِلا فِي اثْنَيْنِ. رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي حَقٍّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
 
Tidak ada hasad kecuali pada 2 orang:

① Seseorang yang Allah berikan harta kemudian dia salurkan harta tersebut untuk perkara-perkara yang benar

② Seseorang yang Allah berikan kepada dia hikmah (ilmu) maka dia berhukum dengan ilmu tersebut dan dia mengajarkan ilmu tersebut.

Inilah 2 orang yang berhak kita cemburui.

Ada apa gerangan dengan orang tersebut?

Dua orang ini kalau kita perhatikan adalah 2 komponen penting dalam dakwah.

Dakwah membutuhkan 2 model manusia, yaitu:

❶ manusia yang berilmu yang kemudian menyampaikan dakwahnya

❷ manusia yang memiliki harta sebagai donasi untuk menyokong harta tersebut.

Oleh karenanya lihatlah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diawal dakwahnya, Allah mentakdirkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menikah dengan seorang wanita yang kaya raya.

Dialah Khadijah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā yang dengan harta Khadijah tersebut digunakan seluruhnya untuk menyokong dakwah suaminya Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan juga dengan takdir Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Allāh menjadikan orang dewasa yang pertama kali masuk Islam adalah Abu Bakr radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, diapun seorang yang kaya raya.

Oleh karenanya harta Abu Bakr sangat bermanfaat dizaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

"Tidak ada manfaat yang diberikan sebagaimana manfaatnya harta Abu Bakr radhiyallāhu Ta'āla 'anhu."

Abu Bakr, dialah yang telah membebaskan budak-budak yang masuk Islam ketika mereka disiksa, seperti Bilal bin Rabah ketika disiksa oleh Umayyah bin Khallaf.

Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika itu tidak mampu membebaskan Bilal, yang mampu membebaskan Bilal tatkala itu adalah Abu Bakr radhiyallāhu Ta'āla 'anhu.

Dengan hartanya dia infaqkan untuk membebaskan Bilal dari perbudakan yang dia rasakan.

Sampai-sampai ayah dari Abu Bakr mengatakan:

"Wahai Abu Bakr, kalau engkau hendak membebaskan budak maka pilihlah budak-budak yang kuat, jangan ku bebaskan budak-budak yang lemah."

Tapi kata Abu Bakr :

"Aku ingin mengharap wajah Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

Karenanya, donasi dalam berdakwah adalah perkara yang sangat penting. Dengan adanya 2 komponen ini maka berjalanlah dakwah.

Bahkan terkadang seorang da'i cemburu kepada harta karena yang bersusah payah untuk menyampaikan ilmu, yang berhadapan langsung dengan masyarakat, yang terkadang dicerca dan dicela.

Sementara pemilik harta, terkadang dia hanya duduk dirumahnya.

Dia hanya menyalurkan hartanya sebagai donasi untuk dakwah.

Tatkala ternyata ada orang-orang yang berhasil didakwahi oleh sang da'i maka pahalanya mengalir kepada sang da'i dan juga mengalir kepada pemilik harta tersebut yang telah memberi donasi dalam dakwah.

Padahal yang bersusah payah adalah sang da'i, yang berjalan jauh, yang berhadapan dengan masyarakat, dicerca, dimaki, dikatakan bodoh, dituduh dengan tuduhan yang tidak-tidak adalah sang da'i, bukan pemilik harta.

Tapi pahalanya mengalir kepada sang da'i dan juga mengalir kepada pemilik harta yang dia mungkin, tatkala sang da'i sedang bersusah payah, dia (pemilik harta) sedang duduk dan bercanda dengan anak & istrinya namun pahala terus mengalir.

Oleh karenanya, anda yang diberikan kelebihan harta oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, jadilah anda seorang da'i.

Bukan dengan ilmu, tapi dengan harta. Anda jug bisa berperan sebagai seorang da'i.

Jangan meremehkan diri anda, ingat tadi Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyamakan antara 2 orang ini (tidak ada hasad kecuali pada 2 orang ini, yang berilmu dan berharta).

Jika keduanya dimanfaatkan untuk dakwah maka ini 2 orang yang sangat mulia disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan jangan khawatir, harta anda akan diganti oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dalam hadits disebutkan:

أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْك.

"Wahai Bani Ādam, berinfaqlah, Allāh akan ganti infaqmu hartamu."

Ini hadits umum berkaitan dengan infaq dalam segala perkara.

Barangsiapa berinfaq maka akan diganti oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Bagaimana lagi dengan berinfaq dijalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, disuatu amalan yang sangat dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang Allāh berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (33)

"Dan perkataan siapa yang lebih indah daripada menyeru dijalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, dan perkataan siapa yang lebih baik daripada orang yang berdakwah dijalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

(Fushilat 33)

Infaq yang anda keluarkan pada tempatnya (dakwah), menyeru manusia untuk mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mengingat akhirat, mengingatkan bahwa dunia ini hanya sementara.

Ini adalah perkataan yang sangat indah.

Maka, kami para da'i membutuhkan partisipasi saudara-saudara kami sekalian yang diberikan kelebihan harta oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jadilah anda seorang da'i dengan harta yang diberikan Allāh kepada anda, niscaya anda diberkahi dan dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dunia dan akhirat.

Dan ingatlah betapa banyak pahala yang akan mengalir kepada anda karena sebab harta anda tersebut.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
___________________________________

SARANA UNTUK MENGGAPAI KETEGARAN DALAM ISLAM

Oleh : Syaikh DR. Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al- Abbad Al- Badr Hafidzahumallah ta'ala di Masjid Sulaiman Fauzan Al-Fauzan Bagik Nyaka Aikmel, Lombok Timur
▪Penterjemah : Ust. Mizan Qudsiyah Lc.
-----------------------------

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد للّه رب العلمين
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله صلى عليه و على آله و أصحابه أجمعين
اللهم لا علم لنا إلا ما علمتنا
اللهم علمنا ما ينفعنا و زدنا علما و أصلح لنا ثعننا كله ولا تكلنا إلى أنفسنا طرفة عين، أم بعد.

Kaum muslimin dan muslimat rahimanī wa rahimakumullāh, setelah Syaikh memuji Allāh kemudian bersaksi bahwasanya tidak ada Illah yang berhak diibadahi kecuali Allāh kemudian bersaksi bahwa Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah hamba dan RasulNya, salam dan shalawat bagi Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bagi keluarganya, shahabatnya dan orang-orang yang mengikuti beliau sampai hari kiamat.

Dan berdoa dengan do'a-do'a Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :
① "Ya Allāh, kami tidak memiliki ilmu kecuali apa yang telah engkau ajarkan kepada kami".

② "Ya Allāh ajarkanlah kami ilmu yang bermanfaat untuk kami".

③ "Ya Allāh perbaikilah segala urusan kami dan jangan serahkan kami pada diri kami".

Berbahagialah kalian semua, perkumpulan yang ada ditempat ini dan beruntunglah kalian berkumpul dirumah-rumah Allāh 'Azza wa Jalla, tidak ada tujuan lain kecuali untuk mempelajari perkara-perkara ini dan mendalami syari'at Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sabda Nabi: "Tidaklah suatu kaum berkumpul dirumah dari rumah-rumah Allāh melainkan akan turun kepada mereka ketenangan dan akan diliputi oleh kasih sayang Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan akan dinaungi oleh malaikat-malaikat dan akan disebut oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dikalangan para malaikatNya." (HR. Imam Muslim dalam Shahihnya)

Hadits Mu'awiyah radhiyallāhu 'anhu: "Telah keluar Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mendatangi kami dimasjid ketika kami sedang duduk-duduk berkumpul dimasjid, kami mengingat dan menyebut tentang perkara-perkara akhirat, lantas Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya : 'Apa yang telah menjadikan kalian duduk ditempat ini?'. Lalu mereka menjawab : 'Kami menyebut tentang Islam dan kami menyebut apa-apa yang telah diberikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla berupa kenikmatan-kenikmatan yang begitu banyak. Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam meminta bersumpah 'Apakah yang kalian minta hanya itu saja?'. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya kepada para shahabat dengan bersumpah maka para shahabatpun bersumpah 'Demi Allāh, tidak ada yang menjadikan kami duduk ditempat ini kecuali itu saja'. Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan : 'Aku tidak meminta kalian untuk bersumpah karena menuduh kalian dengan tuduhan yang macam-macam tetapi tadi aku didatangi oleh Jibril 'alayhissalām, lalu Jibril memberitakan kepadaku bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla membanggakan kalian dihadapan para malaikat."

Tema kajian kita pada kesempatan malam yang mulia dan barakah ini, berbicara tentang sarana-sarana untuk menggapai ketegaran diatas Islam.

Ini adalah tema yang sangat mulia, penting dan sangat dibutuhkan oleh setiap muslim dan muslimah untuk kita saling ingatkan, saya tidak katakan dibutuhkan oleh para pemuda dan pemudi, atau orang-orang yang dewasa (orangtua), kenapa?

Karena orang hidup ini tidak pernah aman dari fitnah, apalagi kita hidup dizaman yang penuh dengan fitnah dan berbagai macam penghalang-penghalang yang menyelewengkan kita dari jalan kebenaran dan agama Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan kuatnya penguasaan syaithan terhadap manusia ini yang akan menjauhkan mereka dari dzikrullah, dan jalan yang lurus.

Maka kedudukan dan waktu seperti ini kita butuh diingatkan bagaimana dan apa-apa sarana-sarana untuk bisa tegar diatas agama Islam (agama Allāh Subhānahu wa Ta'āla).

Agar seorang mu'min dan muslim, begitu dia keluar dari kehidupan dunia ini dalam keadaan dia menjaga agama Allah Subhānahu wa Ta'āla sehingga dia bisa bertemu Allāh Tabāraka wa Ta'āla dalam keadaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla meridhainya.

Hadirin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia, diantara hal-hal yang membantu kita untuk mengetahui pentingnya dan bahayanya akan perkara ini adalah suatu perumpamaan yang sangat agung yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla jelaskan sebagaimana dalam Musnad Imam Ahmad dan yang lainnya, dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan permisalan tentang shirath almustaqīm (jalan yang lurus).
• Di kanan kiri shirath ada pagar.
• Di kanan kiri pagar ada pintu-pintu. • Di setiap pintu ada tirai yang menutupinya.
• Kemudian ada yang mengajak didepan shirath dengan mengatakan "Wahai hamba Allāh, masuklah kalian ke dalam shirath ini, jangan kalian serong ke kiri dan ke kanan."
• Kemudian ditengah-tengah shirath itu ada da'i yang menyeru "Wahai hamba Allāh, jangan engkau buka tirai tersebut karena kalau engkau membukanya akan masuk ke dalamnya."

★ Perumpamaan ★
• Shirath ini adalah Islam
• Pagar yang dikanan kiri shirath itu adalah batasan-batasan Allāh Subhānahu wa Ta'āla
• Pintu-pintu yang ditutupi dengan tirai-tirai adalah larangan-larangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla
• Da'i yang berada didepan shirath adalah Kitabullah (Alqurān).
• Yang menyeru ditengah shirath yang mengatakan "Jangan engkau buka dia, kalau engkau buka maka engkau akan memasukinya" ini adalah peringatan Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang ada pada hati setiap muslim.

Perhatikanlah wahai orang-orang yang berjalan di atas shirath mustaqim, akan datang kepada kita dikanan dan kiri kita banyak pintu yang mana dari pintu-pintu yang akan mengeluarkan kita dari shirathal mustaqim yang mana dipintu-pintu ini hanya tertutupi oleh tirai saja.

Ini menggambarkan kepada kita, kita akan membukanya tanpa membutuhkan susah payah dan tenaga, berbeda dengan pintu yang ada daunnya yang memiliki gembok dan kunci, maka ini membutuhkan usaha yang lebih besar untuk bisa masuk ke dalamnya. Kalau hanya tirai sangat mudah dibuka dan sangat mudah kita untuk memasukinya. Pintu-pintu ini akan membuka kepada apa-apa yang diharamkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan akan mengeluarkan dari shirathal mustaqim (jalan Allāh yang lurus) maka kita perlu waspada dan ekstra hati-hati jangan sampai kita keluar dari jalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang lurus dari sebagian atau seluruh pintu tersebut.

★ Langkah-langkah yang akan dilakukan syaithan adalah :
• Berangkat dari pandangan penglihatan.
• Kalau kita melihat kita akan melangkah.
• Kalau sudah melangkah akan maju.
• Kalau sudah maju kita akan terjerumus dan terjerembab kedalam maksiat, larangan, dosa dan apa-apa yang diharamkan Allāh Tabāraka wa Ta'āla.

Para hadirin muslim dan muslimat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, para ulama kita rahimahumullāh Ta'āla memberikan suatu perumpamaan yang menjelaskan bahwa masihnya seseorang dalam dosa dan maksiat, akan mulai selangkah demi selangkah, sedikit demi sedikit sehingga jatuh kedalam dosa.

Allāh Tabāraka wa Ta'āla menjelaskan dalam Alquran yang artinya "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithan". (Al-Baqarah 208)

Perumpamaan tersebut disebutkan oleh Imam Ahmad dan yang lainnya yaitu ibarat seseorang yang memiliki pakaian yang bersih, baju yang baru, lalu dia akan berjalan dijalan yang penuh dengan lumpur. Apa yang dia akan lakukan ketika berjalan dijalan seperti itu?
❶ Pertama dia akan mencari bebatuan atau tempat-tempat yang tinggi yang tidak akan mengenai pakaiannya, tidak akan menciprati bajunya yang bagus. Dia akan berusaha jangan sampai kena sedikitpun. Sehingga kali pertama dia harus waspada,
❷ Kedua dia harus waspada dan selamat
❸ Ketiga dia terkena sedikit
❹ Keempat terkena lebih banyak
Kali berikutnya dia sudah tidak perduli, dia akan masuk langsung kedalam lumpur tersebut.

Maka apabila telah masuk dalam kubangan lumpur tersebut, dia tidak akan perduli kotor, sudah terlanjur kotor. Ini tepat dan sesuai dengan perumpamaan seorang yang jatuh dalam dosa.

Pertama kali dia waspada dari dosa tersebut, dia hindari bisa selamat sehingga lama-lama jatuh dalam maksiat sehingga tidak ada perasaan bersalah sama sekali dan tidak ada pula dalam jiwanya peringatan untuk takut kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang telah diletakkan pada jiwa setiap muslim.

Ketika banyak dosa dan maksiat maka akan sedikit sensitif terhadap perbuatan dosa dan maksiat, tentu hal ini mewajibkan kita untuk memberikan perhatian perkara ini dan sarana-sarana kebenaran yang akan meneguhkan kita diatas kebenaran dan sarana-sarana yang akan meneguhkan dan menegarkan kita diatas petunjuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ada 1 hal yang perlu kita perhatikan di muqaddimah dan diawal kajian kita ini bahwasanya kita hidup di zaman yang fitnah sangat banyak dan bertubi-tubi dan berbagai sarana keburukan, kerusakan dan kejahatan yang terbuka lebar bagi manusia, seperti adanya sarana telekomunikasi yang begitu cantik, internet, channel-channel TV dan semisalnya yang penuh dengan kerusakan, yang membawa dan memasukkan pemikiran-pemikiran yang menyimpang dalam aqidah yang bathil, akhlaq yang rusak, muamalah yang buruk dll dari keburukan dan kejahatan yang telah menimpa kaum muslimin dikarenakan sarana² tsb.

Tentu tidak diragukan, banyaknya sarana² yang membawa kepada kejahatan dan kerusakan ini mewajibkan kita untuk lebih ekstra hati² dan waspada agar kita menjaga iman kita, aqidah, akhlaq dan perangai kita.

Syaikh menjelaskan, demikian diantara hal yang penting dan perlu kita rasakan dan hayati dalam masalah ini agar kita mengetahui bagaimana bahaya hal ini dan pentingnya. Bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam telah shahih dari Beliau tentang hati yang sangat cepat berbolak balik. Tidaklah hati dinamakan qalbun melainkan karena tempatnya berbolak balik. Oleh karena itu Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam hadits shahih: "Sesungguhnya hati lebih cepat terbolak balik dari air yang mendidih didalam panci".

Apabila kita melihat panci dan didalamnya ada panci yang sedang mendidih, begitu cepat air itu mendidih. Ini suatu perumpamaan bagi kita bahwasanya hati kita akan lebih cepat terbolak balik daripada air yang mendidih didalam panci tersebut.

Kemudian dalam hadits yang lain, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam telah menjelaskan ibarat (perumpamaan) hati ini ibarat gunung yang ada di padang pasir yang sangat mudah diterbangkan oleh angin.

Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sangat sering memperbanyak doa:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

"Wahai yang Maha membolak balikkan hati, tetapkanlah hatiku diatas agamamu."

Ummu Salamah radhiyallāhu 'anhā (salah satu istri Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan ibu kaum mu'minin) mengatakan dan bertanya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam : "Ya Rasulullāh, apakah hati kita ini bisa berbolak balik?". Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan :  "Tidak ada suatu hatipun melainkan dia berada diantara 2 jari dari jari tangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan membolak-balikkannya. Kalau Allāh menghendaki membalikkan kepada kebaikan maka akan menjadi kebaikan. Tetapi kalau Allāh Subhānahu wa Ta'āla menghendaki membalikkan kepada keburukan maka akan menyimpang dan celaka."

Demikian juga telah shahih dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda : "Fitnah ini akan diadakan dalam hati kita seperti tikar yang ditenun sedikit demi sedikit, maka hati manapun yang akan menyerap fitnah tersebut maka akan diletakkan 1 titik hitam padanya. Dan hati manapun yang mengingkarinya akan diletakkan dihatinya 1 titik putih padanya sehingga hati itu terbelah menjadi 2, ada hati yang bersih dan ada hati yang kotor.

⑴ Adapun hati yang putih (selamat), dia putih bersih tidak akan dimudharatkan selama-lamanya selama langit dan bumi masih ada.
⑵ Hati yang hitam seperti bejana/gelas yang terbalik yang mana kita tidak bisa meletakkan apa² didalamnya. Yang mana tidak akan mengetahui yang ma'ruf dan tidak akan mengingkari kemungkaran melainkan membekas apa yang dia serap dari hawa nafsu.

★Sarana terbesar untuk tegar diatas kebenaran dan petunjuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

①• Memperbanyak do'a dan kembali kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Karena seluruh hati kita ditangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita semua dibawah pengaturan dan kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Allah beri hidayah siapa yang Dia kehendaki dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla sesatkan pula siapa yang dia kehendaki. Barangsiapa yang jujur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam do'anya maka Allāh akan menegarkan dan menjaga agamanya karena Dia Allāh yang menetapkan, menegarkan dan memberi petunjuk hati seluruh hambaNya.

Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah sebutkan dalam Alqur'an yang artinya "Allāh Subhānahu wa Ta'āla tegarkan/tetapkan orang² yang beriman dengan ucapan lā ilāha illallāh, dengan ucapan yang tetap dalam kehidupan dunia dan akhirat. Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla tetapkan orang² yang Dia kehendaki untuk dia sesatkan. Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyesatkan orang² yang zhalim, Allah Subhānahu wa Ta'āla berbuat apa yang Dia kehendaki."

Telah datang banyak do'a² dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hal ini, diantaranya

❶ Do'a yang paling sering dibaca oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yaitu:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

❷ Hadits dari Imam Muslim dan Imam Bukhari yaitu:

اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ ، وَبِكَ آمَنْتُ ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ ، وَبِكَ خَاصَمْتُ ، أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ أَنْ أَضِلَّ أَنْتَ الْحَيُّ الَّذِي لا يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالإِنْسُ يَمُوتُونَ " .

"Ya Allāh kepadamu aku berserah dan kepadamu pula aku bertawakkal/menyerahkan diri...

Dan diakhirnya Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berdoa "... wa bika anabtu" (kepadamu aku mengadu ya Allāh, jangan sampai Engkau menyesatkan aku)

❸ Doa ketika seorang muslim keluar dari rumahnya yaitu

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَذِلَّ

"Ya Allāh, aku berlindung kepadamu, jangan Engkau sesatkan aku atau aku disesatkan/digelincirkan)

❹ Doa didalam Alquran

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

Ya Allāh, ya Rabb kami, janganlah engkau sesatkan hati² kami setelah engkau memberi kami hidayah dan karuniakanlah kami kasih sayang darimu (Ali Imran 8)

②• Memberikan perhatian kepada kitabullah.

Alquran merupakan kitab petunjuk, kitab kebaikan, kitab istiqomah, kitab kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebagaimana Allāh sebutkan dalam Alquran yang artinya "Sesungguhnya Alquran ini memberi petunjuk kepada jalan yang paling lurus dan memberikan berita gembira pada orang² yang beriman bahwasanya bagi mereka pahala yang besar". (Al-Isra 9)

Hendaklah seseorang waspada, jangan sampai keadaannya, sikapnya terhadap Alquran seperti yang diberitakan dalam Alquran yang artinya "Rasul berkata: 'Wahai Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan quran ini mahjurah (ditinggalkan)'" (Al-Furqan 30)

Memberi perhatian, merenungi, mencari hidayah dari Alquran karena memang Alquran ini diturunkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk ditadabburi (direnungkan). Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla berkata "Alquran adalah kitab yang kami turunkan dengan barakah untuk direnungkan ayat²Nya". (Al-An'am 155)

"Apakah mereka tidak merenungkan Alquran, maka mereka tidak merenungkan Alquran, kalau alquran datang bukan dari Allāh maka niscaya akan ditemukan banyak pertentangan." (An-Nisā 82)

Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberitakan tadabbur Alquran, ini merupakan sebab seseorang selamat dari kebathilan, jangan sampai kembali kepada kebathilan. Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah sebutkan dalam Alquran Surat Al÷Anfal 48 yang artinya "Sungguh ayatku telah dibacakan kepada kalian tetapi kalian setelah itu berbalik arah". Kemudian diakhir ayat dikatakan "Apakah mereka tidak merenungkan firman Allāh, maka ini menunjukkan tadabbur (merenungi) ayat2 Allāh adalah sebab selamat dari berbalik kepada kebathilan.

Merenungi ayat Allāh merupakan asbab bertambahnya iman. Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla: "Siapa diantara kalian yang bertambah imannya? Adapun orang² yang beriman maka bertambahlah imannya dan mereka mendapat berita gembira dan mereka berbahagia dan bergembira ria.

Dalam ayat yang lain: "Sesunguhnya orang² beriman apabila dibacakan ayat Allāh Subhānahu wa Ta'āla bagi mereka bertambahlah imannya dan mereka  berserah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka menginfakkan sebagian yang telah diberikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dari karuniaNya. (Al-Anfal 2-3)

Kemudian dalil yang menunjukkan alquran sebab yang terbesar yang menjadikan orang tegar diatas hidayah dan kebenaran, firman Allāh "Dan berkata orang² kafir 'Sekiranya Alquran diturunkan kepada Muhammad sekaligus, demikianlah kami menetapkan hatimu dengannya". (Al-Furqan 32)

Dimana Alquran merupakan sebab yang teragung yang akan menegarkan hati kita, tapi bagi orang² yang diberikan taufiq oleh Allāh untuk mentadabburi alquran, merenungkan dan memahaminya dengan baik, dan menjadikannya sebagai petunjuk dan hidayah.

③• Membaca sejarahnya para Nabi dan sirahnya para Rasul.

Allāh sebutkan dalam alquran yang artinya "Sungguh pada kisah² mereka ada pelajaran bagi orang yang berfikir. Kisah itu bukanlah cerita yang dibuat² tetapi sebagai pembenaran terhadap apa yang ada dihadapannya dan sebagai perincian, hidayah dan kasih sayang dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla." (Yusuf 111)

Sungguh kisah para Nabi merupakan suatu yang sangat menakjubkan, akan menjadikan orang teguh dan tegar diatas hidayah. Sebagaimana Allāh sebutkan dalam alquran yang artinya "Semua itu Kami ceritakan kepadamu dari berita2 para rasul untuk kami teguhkan hatimu". (Hūd 119)

Maka didalam cerita2 tersebut sebagai contoh dan obat bagi kita untuk meneguhkan jiwa kita, lebih² manusia ini sangat cepat terpengaruh dengan orang2 lain. Maka dia butuh panutan yang dia jadikan tolok ukur dan agar bisa terpengaruh dengan panutan tersebut. Seorang ketika membaca kisah para Nabi dan sejarah para Rasul maka tentu dia akan terpengaruh dengan perangai mereka. Tapi ketika dia tidak menyibukkan diri membaca sejarah para Rasul dan orang² baik, tentu dia akan terpengaruh dengan orang² rendahan.

Oleh karena itu Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menyebutkan dalam alquran yang artinya "Merekalah para Rasul itu yang telah diberi hidayah dan petunjuk oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka ikutilah dan jadikanlah panutan petunjuk mereka." (Al-Fath 28).

"Sungguh pada diri Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam suri tauladan yang baik bagi kalian, bagi orang² yang mengharapkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan hari akhir." (Al-Ahzab 21)

Kebutuhan manusia untuk mendengar dan mengkaji berita2 para Nabi sangat dibutuhkan agar mereka dijadikan qudwah, panutan dan suri tauladan karena para Nabi dan Rasul adalah pilihan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mereka dipiluh diatas seluruh makhluq ini.

Sebagaiman Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan dalam alquran "Semua mereka kami lebihkan diatas seluruh alam ini", Allāh memilih dari para malaikat utusan demikian juga dari manusia juga utusan". (Al-An'am 86-87)

Maka kita perlu untuk membaca sejarah, berita, kisah² mereka agar kita bisa berada diatas jalan yang telah mereka jalani, kemudian kita mengikuti petunjuk dengan petunjuk yang mereka jalani.

④• Introspeksi diri dan mengingat akan kebangkitan jiwa kita bahwasanya kita akan berdiri dihadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sebagaimana Allāh sebutkan dalam alquran "Wahai orang² yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan hendaklah setiap jiwa melihat apa yang telah dia lakukan untuk persiapan hari besok yaitu bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla." (Al-Hasyr 18)

Merenungi hal ini merupakan sebas terbesar yang membantu kita untuk teguh dan tegar diatas kebenaran dan hidayah Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Maka apabila seorang hamba mengingat hal ini ketika beribadah dan maksiat, mengingat dirinya akan berdiri dihadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, ini merupakan sebab terbesar yang akan mendorongnya selalu ta'at kepada Allāh dan mendorongnya selalu jauh dari maksiat. Bagaimana orang2 diberi catatan amalnya pada hari kiamat dari tangan kanan atau kirinya. Allāh sebutkan yang artinya "Orang² yang diberikan catatannya dari tangan kanannya, dia mengatakan ini dia catatanku, baca lah, sesungguhnya aku telah yakin bahwa aku akan menemui hisabku ini". (Al-Haqqah 3).

Disini menjadi syahid (bukti) dalam ayat ini yaitu dulu aka didunia selalu aku kuatkan iman dan aqidahku karena aku yakin. bahwasanya aku akan bertemu Allāh Subhānahu wa Ta'āla seperti kesempatan sekarang ini.

Juga firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla "Sesungguhnya kami dahulu bersama keluarga kami didunia, selalu khawatir dan yakin akan bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kami menjauhkan kami dari adzabNya". (Ath-Thūr 26)

⑤• Hendaknya kita menjadikan syaithan² sebagai musuh kita.

Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan dalam Alquran yang artinya "Sesungguhnya syaithan terhadap kalian itu musuh maka jadikanlah dia musuh dan syaithan akan mengajak pengikut²nya untuk menjadi penduduk neraka". (An-Nūr 6)

Bahaya syaithan sangat besar, dia adalah sebagaimana dikatakan par ulama kita yaitu musuh yang melihat kita dan kita tidak bisa melihatnya dan sangat keras permusuhanya. Dan dia mendatangi kita diseluruh arah, penjuru dan jalan. Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan "Kemudian aku akan goda mereka, aku akan datangi dari depan, belakang, kanan dan kiri mereka kemudian aku tidak akan menemukan kebanyakan mereka bersyukur kepadamu ya Allāh." (Al-A'raf 16-17)

Maka jadikanlah syaithan itu sebagai musuh kita, sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla memerintahkan kita untuk menjadikannya sebagai musuh, yang mana syaithan tidak akan mampu untuk mencelakai kita ketika kita terus berjalan diatas pentunjuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Tetapi sebagian manusia dia menta'ati syaithan sangat luar biasa, sampai seolah² syaithan itu telah menjadikannya seperti anak² yang memainkan bonekanya dengan remotenya. Kemana hendak sang anak memutar remote tersebut maka mainan itu kesana. Seperti sebagian orang, kemana syaithan mau memutarnya/membawanya dia akan ikut ketempat itu.

Oleh karena itu, hendaklah kita waspada dari langkah² dan tipuan syaithan dan kita memperbanyak. isti'adzah (meminta perlindungan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla) sebagaimana disebutkan dalam Alquran "Aku berlindung kepadamu dari bisikan² syaithan dan aku berlindung kepadamu ketika syaithan itu hadir datang untuk menggangguku".

Kemudian juga firman Allāh yang lain "Dan ketika aku diganggu oleh syaithan maka mintalah perlindungan kepada Allāh dari syaithan yang terkutuk". (Al-A'raf 200)

"Katakanlah aku berlindung dengan Tuhannya manusia, raja manusia dari gangguan kejahatan bisikan² syaithan yang mengganggu didalam hati manusia." (An-Nās 1-4)

"Barangsiapa berdzikir kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka Allāh akan jauhkan dia dari syaithan". Adapun orang yang tidak berdzikir kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka ini akan mudah diganggu dan ditipu oleh syaithan.

Sebagaimana Allāh sebutkan dalam Alquran yang artinya "Barangsiapa yang jauh dari dzikir (mengingat) kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Kami akan siapkan baginya syaithan dan itu akan menjadi kawannya." (Az-Zukhruf 36)

Orang yang berdzikir sangat jauh dan terhindar dari tipuan iblis dan gangguan syaithan. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran "Dan sesatkanlah semampumu dari makhluq2 Allāh dari nerakamu", kemudian di akhir ayat disebutkan "Sesungguhnya hambaKu tidak memiliki kuasa terhadapnya". (Al-Hijr 39-42)

⑥• Memilih teman dan kawan yang baik. Karena antara teman dan kawan, sebagaimana yang disebutkan oleh orang² terdahulu bahwa kawan itu akan menarik. Dan yang lebih hebat dari itu lafazh dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam "Seorang itu beragama sesuai dengan kawannya maka hendaklah seseorang dari kalian memilih siapa yang akan menjadi kawannya."

Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam telah memberikan perumpamaan dan permisalan tentang kawan yang baik dan kawan yang buruk dan mengingatkan kita akan bahayanya kawan yang buruk. Yaitu sabda Nabi : "Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang buruk, teman duduk yang baik seperti penjual minyak wangi."

Entah kita akan membeli darinya atau kita akan diolesin maka kita akan kecipratan wanginya. Kemudian teman duduk yang buruk seperti pandai besi, entah dia akan membakar pakaian kita atau minimal kita akan kecipratan bau busuk/buruknya.

Oleh karena itu apabila kita diberikan taufiq oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla mendapatkan teman yang baik, semangatlah untuk berkawannya dan mengambil pelajaran baik darinya. Sebagaimana firman Allāh dalam Alquran: "Sabarkanlah dirimu bersama orang² yang menyeru Allāh Subhānahu wa Ta'āla pagi dan sore yang mengharapkan hanya wajahnya dan jangan kau palingkan kedua matamu dari mereka menghendaki perhiasan dunia." (Al-Kahfi 18)

Kemudian juga kita diingatkan akan bahayanya teman² yang buruk jikalau terus menerus berkawan dengan mereka maka diakhir zaman kita akan menuai penyesalan yang tidak ada ujungnya. Sebagaimana Allāh sebutkan dalam Alquran yang artinya "Ketika orang² zhalim hari itu menggigit jari penyesalan yang mengatakan 'Alangkah celakanya diriku, sekiranya aku tidak menjadikan fulan sebagai kawan dan temanku. Alangkah celakanya aku sekiranya aku menjadikan rasul, aku berjalan bersama para rasul'." (Al-Furqān 27-29)

⑦• Kita berusaha menundukkan diri kita untuk melaksanakan kewajiban² dalam agama ini dan melaksanakan apa² yang telah diwajibkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla didalam islam.

Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan "Dan orang² yang berjuang dijalan kami, kami akan tunjuki jalan² kami". (Al-Ankabūt 69)

Hal yang paling besar yang akan membantu kita adalah shalat, shalat adalah ma'unah (bantuan), dia akan mengusir bantuan untuk ta'at dan mengusir segala bentuk kemaksiatan. Adapun shalat sebagai bantuan, Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan dalam alquran "Bantulah diri kalian dengan sabar dan shalat". (Al-Baqarah 45)

Adapun dia sebagai pengusir maksiat sebagaimana Allāh sebutkan "Sesungguhnya shalat itu akan mencegah perbuatan keji dan mungkar". (Al-Ankabūt 45)

Tapi ingat, tidak semua shalat akan menjadikan kita meninggalkan dan menjauhkan perbuatan keji dan mungkar. Shalat yang dimaksud adalah shalat yang pelakunya menghadap Allāh dengan penuh ketundukan, penuh dengan kekhusyuan, bermunajat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, dia mengingat dirinya dihadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka apabila shalat dilaksanakan seperti itu maka ini merupakan hal yang paling agung/besar yang akan menegarkan orang diatas agama Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan akan menyelamatkannya dari berbagai macam bentuk fitnah.

⑧• Memberikan perhatian yang besar terhadap ilmu syari, mendalami urusan dan ilmu agama ini.

Telah shahih dari Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam: "Barangsiapa yang dikendaki Allāh Subhānahu wa Ta'āla kebaikan maka akan dijadikan faham dalam agama ini.

Hadits lain yang shahih dari Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam "Barangsiapa yang berjalan untuk menuntut ilmu syari maka Allāh mudahkan jalannya masuk kedalam surga. ilmu ini adalah cahaya yang akan menerangi bagi pelakunya jalan, dengan ilmu itu dia akan mampu membedakan antara hidayah dan kesesatan, antara kebenaran dengan kebathilan, antara sunnah dengan bid'ah, antara keta'atan dengan maksiat. Tidak mungkin bisa dipisahkan kecuali dengan ilmu yang bermanfaat.

Maka barangsiapa yang tidak memiliki ilmu yang bermanfaat maka akan disambar oleh fitnah² syubuhat dan syahawat dan akan terjerembab ke dalam lembah² kesesatan.

Seseorang sangat membutuhkan ilmu syari, setiap hari, setiap malam dan hendaklah setiap orang menjadikan waktunya, harinya untuk ilmu tersebut. Sebab Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam setiap hari selesai shalat shubuh

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلا مُتَقَبَّلا

"Ya Allah aku minta kepadamu ilmu yang bermanfaat, rizqi yang baik dan amalan yang diterima."

Dzikir Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam memulai dengan permintaan ilmu yang bermanfaat maka ini isyarat dan faidah bagi kita bahwasanya hendaklah tujuan pertama setiap hari itu dan yang dikedepankan pertama adalah al-'ilmu.

Apa yang telah lewat sudah cukup yang telah kita sampaikan.

Yang Maha Mulia Rabb yang memiliki 'arsy yang agung, semoga Allāh memberikan manfaat terhadap ilmu yang telah diajarkan kepada kita.

Semoga ilmu yang telah diajarkan kepada kita menjadi pembela di hari kiamat, jangan sampai menjadi musuh kita.

Semoga Allāh menjadikan kita orang yang mendapatkan hidayah kemudian menjadi pembimbing kepada hidayah, jangan dijadikan kita orang yang sesat dan menyesatkan.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla jangan menjadikan hati kita menyimpang setelah Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kita hidayah.

Syaikh menutup dengan do'a kaffaratul majlis, kemudian mengucapkan salam bagi Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, kerabatnya, shahabatnya dan orang² yang mengikuti beliau sampai hari kiamat.

Allāhu Ta'āla a'lam. Alhamdulillāhirrabbil 'ālamīn.

ENGKAU ADALAH MILIK HARTA, JIKA...

BimbinganIslam.com
Senin, 18 Jumadil Awwal 1436 H / 9 Maret 2015 M
Ustadz Firanda Andirja, MA
Materi Tematik | Engkau adalah Milik Harta, Jika ...
Link Download Audio : https://www.dropbox.com/s/hjrudsrpunca8iw/Engkau%20adalah%20milik%20Harta.mp3?dl=0
Video Source : https://www.youtube.com/watch?v=aqlgHzEFEFc
-----------------------------------

ENGKAU ADALAH MILIK HARTA, JIKA...

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Seorang penyair berkata:

أنت للمال إذا أمسكته، وإذا أنفقته فالمال لك

"Sesungguhnya engkau adalah milik harta jika engkau menahan harta tersebut. Dan harta menjadi milikmu tatkala engkau menginfakkan harta tersebut."

Dan ini benar bahwasanya jika seorang dia mencari harta yang banyak, sementara tidak dia infaqkan maka sesungguhnya dialah milik harta.

Kenapa?

Karena dia bekerja keras untuk mencari harta tersebut, dia tunduk kepada harta tersebut sementara harta tersebut bukan miliknya.

Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda:

" تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَ تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ..."

"Celaka penyembah dinar dan sungguh celaka penyembah dirham..."

Di sana ada orang-orang yang benar-benar diperbudak oleh harta, dinar dan dirham.

Waktunya habis untuk tunduk kepada dinar dan mencari harta tersebut.

Bahkan ibadahnya diatur oleh harta.

Kapan hartanya mengatakan, "Tunda ibadahmu, tinggalkan ibadahmu."

Maka demi harta dia akan tinggalkan dan tunda-tunda ibadahnya.

Maka benarlah sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

"Sungguh celaka penyembah dinar dan sungguh celaka penyembah dirham."

Adapun jika harta tersebut kita ingin infaqkan dijalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka sesungguhnya harta tersebut milik kita.

Dalam suatu hadits

عَنْ أَبِي مَيْسَرَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهُمْ ذَبَحُوا شَاةً فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا بَقِيَ مِنْهَا قَالَتْ مَا بَقِيَ مِنْهَا إِلَّا كَتِفُهَا قَالَ بَقِيَ كُلُّهَا غَيْرَ كَتِفِهَا

Tatkala disembelih seekor kambing kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh istri-istri Nabi untuk membagikan (daging) kambing tersebut kepada orang lain.

Maka setelah dibagikan (daging) kambing tersebut Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya kepada 'Aisyah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā:

"Wahai 'Aisyah, bagian mana yang masih tersisa dari kambing tersebut?"

Maka kata 'Aisyah:

"Tidak ada yang tersisa kecuali hanya bagian pundak dari kambing."

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

"Seluruh kambing tersisa kecuali pundak kami yang tidak tersisa."

Tatkala 'Aisyah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā menjelaskan kenyataan bahwa daging kambing semua sudah dibagikan tidak ada yang tersisa, yang belum dibagikan hanyalah bagian pundak kambing, maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan sebaliknya; justru yang telah dibagikan seluruhnya itulah yang tersisa.

Artinya apa?

Tersisa di akhirat.

Itulah harta yang benar-benar milikmu, yang akan membangun istanamu di akhirat.

Adapun yang belum dibagi, itu tidak tersisa karena itu tidak jadi milikmu.

Dan ini sesuai dengan sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ

Ada 3 perkara yang mengikuti mayat tatkala mayat dikuburkan, yaitu keluarganya, hartanya dan amalannya. Maka yang 2 akan kembali yaitu keluarga dan hartanya.

Tatkala seseorang dikubur maka harta dan keluarganya (istri dan anak-anak) tidak akan ikut dikubur.

Akan tetapi yang tersisa ikut dikubur bersama adalah amalnya.

Tatkala harta tidak diinfaqkan dijalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla atau tidak diinfaqkan sesuai yang diridhai Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka harta tersebut tidak akan menjadi amal.

Tetapi saat harta tersebut diinfaqkan dijalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka berubahlah status harta tersebut menjadi amalan shalih dan akan menyertai sang hamba dalam kuburnya.

Oleh karena itu, tatkala kita mencari harta, niatkanlah karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tatkala kita mencari nafkah untuk anak istri, niatkanlah karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tatkala kita mengumpulkan harta, niatkanlah bahwa harta tersebut akan kita gunakan sebagiannya untuk dijalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Karena saat kita mencari nafkah karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan mengeluarkannya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka harta tersebut akan menjadi amal shalih yang akan menemani kita dikubur dan akan membela kita tatkala di akhirat kelak.

Akan tetapi sebaliknya, jika ternyata harta tersebut tidak kita niatkan karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita gunakan hanya sekedar untuk berfoya-foya, tidak ada tujuan yang jelas, membangun rumah yang tinggi tanpa niat karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita kumpulkan harta, tanah, emas, dollar, rupiah yang banyak tapi bukan karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka sesungguhnya harta yang kita kumpulkan tersebut akan menjadi bumerang dan memperberat hisab kita di akhirat kelak.

Allāh berfirman:

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

Sesungguhnya kalian akan benar-benar ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla atas segala nikmat yang kalian rasakan.

وبالله التوفيق
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

___________________________________

QANA'AH : SIMPANAN YANG TAK AKAN HABIS

BimbinganIslam.com
Sabtu, 16 Jumadil Awwal 1436 H / 7 Maret 2015 M
Artikel Muslimah
---------------------------------

QANA'AH : SIMPANAN YANG TAK AKAN HABIS

Saudariku, pernahkah Anda merasa takut hidup kekurangan di kemudian hari?

Atau Anda merasa iri dengan kekayaan tetangga dan saudara Anda?

Atau Anda merasa harta yang Anda miliki sangat sedikit dan berusaha menambah harta Anda sampai Anda merasa puas?

Saudariku, apabila Anda pernah merasakannya, atau bahkan sedang merasakannya, maka ketahuilah, bahwa peredam semua itu adalah 🌸QANA'AH🌸.

Qana'ah sebagaimana yang  dikatakan oleh Ibnu Baththol, adalah  ridho dengan ketetapan Allah Ta'ala dan berserah diri pada keputusan-Nya.

Dalam banyak hadist RasuluLLah shallaLLahu 'alayhi wa sallam memberikan pujian terhadap sifat ini, di antaranya dalam hadist dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash, Rasulullah shallaLLahu 'alayhi wa sallam bersabda:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِىَ إِلَى الإِسْلاَمِ وَرُزِقَ الْكَفَافَ وَقَنِعَ بِهِ

✒ "Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rizki yang cukup, dan qana'ah (merasa cukup) dengan rizki tersebut."
(HR. Ibnu Majah no. 4138, Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

✅ Teladan paling baik dalam sifat qana'ah adalah Nabi shallaLLahu 'alayhi wa sallam sendiri.

Banyak sekali hadist-hadist Nabi yang menunjukkan qana'ahnya beliau shalallahu alaihi wa sallam dan keluarga beliau, di antaranya hadist dari 'Aisyah radhiyaLLahu 'anha bahwasanya telah berlalu 3 hilal (tiga bulan) sedangkan di rumah beliau shallaLLahu alaihi wa sallam tidak ada makanan selain kurma dan air putih.

Juga diriwayatkan oleh beliau radhiyaLLahu 'anha bahwa Nabi shallaLLahu 'alayhi wa sallam meninggal, sedangkan beliau selama hidup tidak pernah kenyang dari makan roti dan minyak sebanyak dua kali dalam sehari.

Juga terdapat riwayat bahwa kasur beliau hanyalah tikar sehingga berbekas pada punggung beliau, dan ketika ada seorang sahabat yang menawarkan kasur yang lebih baik maka beliau menjawab:
✒ "Sesungguhnya aku di dunia ini hanyalah seperti penunggang kuda yang berteduh di bawah pohon, istirahat sejenak, dan kemudian pergi."
Subhanallah.

Saudariku, apakah RasuluLLah menjalankan semua itu karena terpaksa?

Tidak!

Rasulullah adalah pemimpin kaum muslimin, yang apabila beliau menghendaki beliau dapat hidup berkecukupan, akan tetapi beliau menjadikan rasa syukur dan cukup dalam hati beliau sehingga tidak meresahkan beliau kekurangan yang beliau alami.

✅ Teladan selanjutnya adalah dari istri Nabi shallaLLahu 'alayhi wa sallam sendiri, yaitu 'Aisyah radhiyaLLahu 'anha.

Diriwayatkan bahwa setelah kaum muslimin menguasai banyak wilayah, Mu'awiyah memberikan 'Aisyah uang sebanyak 100 ribu dirham, maka berkata Urwah bin Zubair (keponakan Aisyah), bahwa ketika sore harinya, tidak ada satu dirham pun di tangan 'Aisyah kecuali beliau telah menginfakkannya. Sampai-sampai beliau radhiyaLLahu 'anha lupa untuk membeli makanan untuk berbuka puasa.

Lihatlah saudariku, betapa besar sifat qana'ah dan wara' 'Aisyah dan keterikatan hati belaiu pada akhirat sampai ia lupa dengan kebutuhan dunianya.

Saudariku, mari kita bandingkan kehidupan shalafus sholih dengan kehidupan kita sekarang yang penuh dengan kecukupan dan fasilitas yang sangat banyak, tempat tidur yang empuk, makanan yang mengenyangkan tiga kali sehari, tempat tinggal yang luas, bahkan kendaraan yang nyaman, tetapi masih banyak dari kita yang tidak bersyukur, bahkan merasa kurang.

Karena itu Saudariku, renungkanlah hadits Abu Hurairah radhiyaLLahu 'anhu berikut:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ »

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa RasuluLLah shallaLLahu 'alaihi wa sallam bersabda:
✒ "Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup."
(HR. Bukhari no. 6446, Muslim no. 1051, Tirmidzi no. 2373, Ibnu Majah no. 4137).

Liz Ummu Shalih
Di Kota Nabi, 16 Jumadil Awwal 1436 H
___________________________________

Hukum Bejana (Wadah) dari Emas dan Perak

BimbinganIslam.com
Jum'at, 15 Jumadil Awwal 1436 H / 6 Maret 2015 M
Ustadz Fauzan ST, MA
Matan Abu Syujā' | Bab Bejana
Kajian 12 | Hukum Bejana (Wadah) dari Emas dan Perak
Download Audio | https://www.dropbox.com/s/tap80ejq0eg6zzp/Halaqoh%2012%20Bab%20Bejana.mp3?dl=0
-----------------------------------

HUKUM BEJANA (WADAH) DARI EMAS DAN PERAK


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

ولا يجوز استعمال أواني الذهب والفضة ويجوز استعمال غيرهما من الأواني.

"Dan tidak diperbolehkan menggunakan bejana (wadah) yang terbuat dari emas dan perak dan diperbolehkan untuk menggunakan bejana (wadah) yang lainnya selain wadah yang terbuat dari emas dan perak."

Para pembahasan emas dan perak ini, ada beberapa point yang akan kita jelaskan secara ringkas.

①• Hukum menggunakan bejana (wadah) emas dan perak adalah haram, baik bagi laki-laki maupun wanita.

Dalil:

Sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

(لا تشربوا في آنية الذهب والفضة ولا تأكلوا في صحافها ، فإنها لهم في الدنيا ولكم في الآخرة ) . متفق عليه .

"Janganlah kalian meminum dari wadah-wadah yang terbuat dari emas dan perak dan juga kalian makan dari piring (mangkuk) yang terbuat dari emas dan perak karena sesungguhnya hal itu adalah untuk mereka (orang-orang kafir) di dunia dan untuk kita nanti di akhirat."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, termasuk didalam makna "bejana" disini adalah segala wadah yang kecil maupun yang besar, seperti cangkir, gelas dan lainnya maka dia termasuk di dalam larangan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Begitu pula segala media yang digunakan untuk makan atau minum seperti piring, tempayan dan lainnya maka apabila terbuat dari emas dan perak hukumnya adalah haram.

Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan peringatan yang sangat keras terhadap masalah ini.

Beliau bersabda:

((مَن شَرِب في إناءٍ من ذَهبٍ أو فِضَّة، فإنَّما يُجرجِر في بطنِه نارًا من جَهنَّم)) رواه مسلم (2065)

"Barangsiapa minum dari wadah (cangkir) yang terbuat dari emas atau perak maka sesungguhnya dia telah mendidihkan perutnya dengan api dari Jahannam."

(HR. Muslim)

②• Bolehkan kita menggunakan emas dan perak untuk barang-barang selain wadah minum ataupun makan?

Disini para ulama (imam madzhab) bersepakat bahwasanya hukumnya adalah haram.

Seperti menggunakan sendok, gantungan kunci, jam dinding, pena, perhiasan/souvenir, kancing, dari emas dan perak maka ini hukumnya haram, baik yang murni maupun sepuhan.

Dikecualikan (yang diperbolehkan) adalah:

❶ perhiasan bagi wanita, seperti kalung, cincin, gelang kaki, gelang tangan, anting dan semisalnya.

❷ cincin perak bagi laki-laki, sebagaimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memakai cincin dari perak.

❸ alat tukar dan mata uang, sebagaimana pad zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam telah digunakan sebagai dinar atau dirham.

Syaikh Bin Bāz ketika Beliau ditanya tentang pena yang terbuat dari emas dan perak maka Beliau menjawab:

الأقلام من الذهب والفضة لا يجوز استعمالها للرجال والنساء جميعا ؛ لأنها ليست من الحلية وإنما هي أشبه بأواني الذهب والفضة ، والأواني من الذهب والفضة محرمة على الجميع

"Pena-pena yang terbuat dari emas dan perak tidak boleh digunakan baik bagi laki-laki maupun perempuan seluruhnya.

Karena sesungguhnya pena tadi tidaklah termasuk dari perhiasan yang diperkecualikan (dibolehkan) dalam syari'at.

Akan tetapi dia lebih tepat dikategorikan hukumnya sama dengan wadah-wadah yang terbuat dari emas dan perak.

Dan adapun wadah yang terbuat dari emas dan perak maka hukumnya adalah haram bagi laki-laki maupun wanita."

لقول النبي صلى الله عليه وسلم : ( لا تشربوا في آنية الذهب والفضة ، ولا تأكلوا في صحافها ، فإنها لهم في الدنيا [يعني : الكفرة] ، ولكم في الآخرة ) متفق على صحته.

Berdasarkan sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam: "Janganlah kalian minum dari wadah-wadah yang terbuat dari emas maupun perak..."

Demikianlah pendapat Syaikh Bin Bāz mengenai barang-barang yang terbuat dari emas dan perak selain wadah (bejana) yang sudah jelas keharamannya.

Senada dengan fatwa Syaikh Bin Bāz, juga fatwa Syaikh Jibrin dan Syaikh Shālih Fauzan dan para ulama terkini lainnya.

③• Bolehkan kita menyimpan wadah-wadah/bejana/cangkir yang terbuat dari emas dan perak walaupun kita tidak menggunakannya?

Maka disini dijawab oleh jumhur fuqaha (para ahli fiqh) mengatakan keharamannya walaupun kita tidak menggunakannya.

Dan ini adalah sebagai pengamalan dari sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

... فَإِنَّهَا لَهُمْ فِي اَلدُّنْيَا...
ِ
"...karena sesungguhnya emas dan perak itu adalah untuk mereka (orang-orang kafir) didunia ini..."

④• Hukum bersuci dengan wadah dari emas dan perak.

Apabila seseorang bersuci dari wadah yang terbuat dari emas dan perak maka hukumnya adalah sah, akan tetapi dia berdosa karena melanggar perintah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ini adalah pendapat jumhur (mayoritas) ulama.

⑤• Hikmah dibalik larangan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk menggunakan peralatan ataupun bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak.

¹ Ini adalah sebagai ujian bagi seorang mu'min, apakah dia lebih mencintai Allāh dan RasulNya ataukah dia lebih mengutamakan hawa nafsunya.

² Sebagai latihan agar kita sebagai seorang mu'min tidak tertipu dengan gemerlapnya dunia karena sesungguhnya dunia adalah sementara (fana).

Sikap bermewah-mewahan akan menghancurkan kita di dunia maupun di akhirat.

Oleh karena itu, kita simak bagaimana nashihat Syaikh Bin Bāz mengenai masalah ini.

فالواجب على المسلم الحذر مما حرم الله عليه، وأن يبتعد عن الإسراف والتبذير والتلاعب بالأموال

"Maka wajib bagi setiap muslim agar berhati-hati terhadap perkara-perkara yang Allāh haramkan padanya dan hendaklah dia menjauhi dari sikap bermewah-mewahan dan membuang-buang harta serta berfoya-foya dengan harta."

فالواجب على المؤمن أن يصرف المال في جهته الخيرية

"Maka wajib bagi setiap muslim untuk menyalurkan hartanya pada perkara-perkara kebaikan."

Oleh karena itu, harta kita yang sebenarnya adalah yang ada disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Ta'āla berfirman:

مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ ۖ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ بَاقٍ ۗ

"Apa yang ada pada sisi kalian itu akan hilang semua, dan apa yang ada disisi Allāh itulah yang akan kekal selamanya." (An-Nahl 96)

Sesungguhnya harta yang kita sedekahkan itu adalah harta kita dan harta yang kita tumpuk (kumpulkan) itu adalah harta oranglain yang akan kita tinggalkan.

Oleh karena itu hendaklah kita belajar terus, menempa diri kita agar terbiasa kita terus bersedekah, karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menganjurkan :

اتّقوا النّار ولو بِشِقِّ تمرة

"Dan jagalah diri kalian dari api neraka walaupun dengan separuh kurma (yaitu dengan bersedekah dengan separuh kurma)."

Demikian yang bisa kita sampaikan.

و صلى الله على نبينا محمد و على آل نبينا محمد و على آله و صحبه وسلم.

___________________________________

FAIDAH ILMIYYAH TABLIGH AKBAR Prof. DR. Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr Al-Abbad hafizhahullāh ★ TEMA : KEESAAN ALLAH, PENJELASAN AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH ★ WAKTU & TEMPAT : MASJID ISTIQLAL, AHAD 15 MARET 2015

بسم اللّه الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وسلم وعلى آله وصحبه أجمعين.

اللهم لا علم لنا إلا ما علمتنا
اللهم علمنا ما ينفعنا و زدنا علما و أصلح لنا ثعننا كله ولا تكلنا إلى أنفسنا طرفة عين.

Saya berdo'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar Allāh memberikan berkah didalam pertemuan ini dan memberikan kepada kita segala kebaikan, manfaat, berkah dan faidah dari perkumpulan ini.

Sebagaimana saya berdo'a kepada Allāh untuk menjadikan pertemuan kita ini agar mendapatkan seluruh yang dikatakan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam di dalam hadits Beliau yang mulia:

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

"Tidaklah suatu kaum berkumpul diantara rumah-rumah Allāh sambil membaca Kitabullāh, dan saling mempelajari diantara mereka. Kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, dan diberikan rahmat serta malaikat akan menaunginya. Dan mereka akan diingat disisi Allāh." (HR. Muslim dan Abu Daud dari Abu Hurairah)

Saya ucapkan selamat datang kepada antum semua yang hadir dan saya berdoa datangnya kalian ini mendapat pahala yang sangat besar disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla karena ketamakan antum dan semoga Allāh memberikan manfaat dan kebaikan. Sesungguhnya Allāh Maha Mendengar dan Maha Melihat.

Pembicaraan kita sekarang ini adalah hal yang paling agung, suci dan besar dipermukaan bumi yaitu tentang tauhīdullāh Tabāraka wa Ta'āla , bagaimana kita bisa mengEsakan Allāh.

Ketahuilah,
★ Tauhīdullāh ini adalah orientasi dan maksud penciptaan langit, bumi dan seluruh makhluq Allāh, agar semua makhluq untuk mempraktekkan tauhid dalam kehidupan mereka.

Allāh berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (Adz-Dzāriyāt 56)

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

"Allāh yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allāh Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allāh benar-benar meliputi segala sesuatu." (Ath-Thalāq 12)

★ Karena tauhid ini juga, Allāh mengutus para Rasul yang mulia dan menurunkan kitabNya yang agung.

Firman Allāh:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allāh (saja), dan jauhilah Thaghut itu." (An-Nahl 36)

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku'." (Al-Anbiyaa Ayat: 25)

Ketahuilah,
★ Tidak ada manfaat dan faidah keta'atan kecuali dibangun di atas tauhīdullāh dan bahwa permisalan kalimat tauhid sebagai pondasi agama Allāh adalah dengan permisalan akar-akar pada pohon.

Amalan keta'atan didalam agama tidak bermanfaat apabila tidak ada akar tauhid.

Firman Allāh :

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allāh telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (kalimat tauhid) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit." (Ibrahim 24)

تُؤتى أُكُلَها كُلَّ حينٍ بِإِذنِ رَبِّها ۗ وَيَضرِبُ اللَّهُ الأَمثالَ لِلنّاسِ لَعَلَّهُم يَتَذَكَّرونَ

"(Pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allāh membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat." (Ibrāhīm 25)

Didalam ayat ini Allāh menyuruh kita melihat dan memperhatikan bahwa permisalan tauhid untuk amalan adalah bagai permisalan akar untuk pohon.

★ Tauhid adalah sebenarnya agama yang sesuai fithrah manusia.

Firman Allāh :

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allāh; (tetaplah atas) fitrah Allāh yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allāh. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Ar-Rūm:30)

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadits yang shahih :

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ ، كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ » . ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – ( فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ) الآيَةَ

"Tidaklah seorang anak dilahirkan melainkan di atas fithroh. Ayahnya-lah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi. Sebagaimana binatang ternak melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna, apakah kamu melihat ada yang cacat padanya?". Lantas Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- membacakan ayat (yang artinya), "Fitrah Allāh yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu." (HR. Bukhari no. 1358 dan Muslim no. 2658).

Hadits Qudsi :

وَإِنِّى خَلَقْتُ عِبَادِى حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِى مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا

"Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan hunafa' (islam) semuanya, kemudian syetan memalingkan mereka dari agama mereka, dan mengharamkan atas mereka apa yang Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak Aku turunkan keterangannya." (HR. Muslim no. 2865).

Yang dimaksud hunafā' adalah dalam keadaan Islam (bertauhid), sebagaimana keterangan dari Imam Nawawi rahimahullāh (Syarh Shahih Muslim, 17: 197).

★ Diantara perkara tauhid yang menunjukkan agungnya kedudukan tauhid dalam agama Islam, bahwasanya seluruh amal manusia terhenti dan tidak akan diterima oleh Allāh kecuali amalan tersebut berdiri diatas pondasi tauhid.

Allāh Tabāraka wa Ta'āla berfirman:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. 'Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi'." (Az-Zumār 65)

بَلِ ٱللَّهَ فَٱعْبُدْ وَكُن مِّنَ ٱلشَّٰكِرِينَ

"Karena itu, maka hendaklah Allāh saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." (Az-Zumar 66)

... وَمَن يَكْفُرْ بِٱلْإِيمَٰنِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُۥ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

... "Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.
(Al-Maidah:5)

وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ

"Dan yang menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah karena mereka kafir (ingkar) kepada Allāh dan Rasul-Nya." (At-Taubah 54)

★ Amalan yang tidak diatas tauhid maka tidak akan diterima oleh Allāh karena syarat amalan diterima adalah harus dibangun diatas keikhlashan kepada Allāh dan mengEsakan Allāh. Allāh satu-satunya tujuan amal.

Dalil :

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allāh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus." (Al-Bayyinah 5)

أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلْخَالِصُ ۚ

"Ingatlah, hanya kepunyaan Allāh-lah agama yang bersih (dari syirik)." (Az-Zumār 3)

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

"Sembahlah Allāh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun." (An-Nisā 36)

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia." (Al-Isra 23)

★ Tauhid merupakan hak Allāh atas seluruh hamba.

Dan yang menunaikan hak Allāh ini akan menjadi orang yang sangat beruntung dengan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan yang menyepelekan tauhid akan menjadi orang yang merugi di dunia dan akhirat.

Didalam hadits yang shahih:

كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ قَالَ لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا

"Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diatas seekor keledai yang diberi nama 'Uqoir lalu Beliau bertanya: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allāh atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allāh?". Aku jawab: "Allāh dan Rasul-Nya yang lebih tahu". Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak Allāh atas para hamba-Nya adalah hendankah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allāh adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun". Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?." Beliau menjawab: "Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja." (HR. Al-Bukhari no. 2644 dan Muslim no. 44)

Ini menunjukkan akan keagungan tauhid dimana itu adalah hak Allāh yang wajib ditunaikan oleh para hambaNya.

√ Hamba yang menunaikan hak Allāh yaitu tauhid maka dia akan menjadi :
① mulia di permukaan bumi
② mulia di akhirat
③ selamat dari murka/amarah Allāh di akhirat

Barangsiapa menyia-nyiakan tauhid maka dia akan menjadi orang yang merugi di dunia dan di akhirat.

★ Perhatian kepada tauhid adalah lebih penting daripada sekedar makan, minum dan pakaian setiap harinya karena kehidupan manusia yang sebenarnya adalah kehidupan di atas tauhid.

Allāh berfirman :

أَوَمَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَٰهُ َ

"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan..." (Al-An'am 122)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allāh dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu." (Al-Anfal 24)

★ Barangsiapa yang tidak mentauhidkan Allāh maka seluruh perkaranya akan tercerai berai, hatinya galau dan tidak pernah tenang.

أَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ ٱللَّهُ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّارُ

"Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allāh Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?" (Yusuf 39)

★ Tauhid adalah agama, yang Allāh Tabāraka wa Ta'āla telah turunkan melalui wahyu-wahyuNya. Aqidah tauhid turun ke bumi dari langit.

√ Ketahuilah, aqidah yang ada dipermukaan bumi ada 2 :

① 'Aqīdah nāzilah bi wahyillāh.
Aqidah yang turun dengan wahyu Allāh.

② Aqidah yang tumbuh dipermukaan bumi, manusia yang membuatnya dengan perasaan dan logika manusia. Allāh tidak akan menerima aqidah ini.
Ingatlah saat Nabi Yūsuf berdakwah kepada sahabatnya dipenjara :

يَٰصَىٰحِبَىِ ٱلسِّجْنِ ءَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ ٱللَّهُ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّارُ

"Apakah Rabb-rabb yang sangat banyak lebih baik dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang Maha Esa dan Maha Perkasa ?" (Yūsuf 39)

مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِۦٓ إِلَّآ أَسْمَآءً سَمَّيْتُمُوهَآ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُم مَّآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بِهَا مِن سُلْطَٰنٍ ۚ

"Kamu tidak menyembah yang selain Allāh kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allāh tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu." (Yūsuf 40)

أَفَرَأَيْتُمُ اللاتَ وَالْعُزَّى (١٩) وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الأخْرَى (٢٠) أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الأنْثَى (٢١) تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى (٢٢) إِنْ هِيَ إِلا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الأنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى (٢٣)

19. Maka apakah patut kamu (orang-orang musyrik) menganggap (berhala) Al Lata dan Al Uzza,

20. dan Manat, yang ketiga yang paling kemudian (sebagai anak perempuan Allāh)?

21. Apakah (pantas) untuk kamu yang laki-laki dan untuk-Nya yang perempuan?

22. Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.

23. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu mengada-adakannya; Allāh tidak menurunkan suatu keterangan apa pun untuk (menyembah)nya. Mereka hanya mengikuti dugaan, dan apa yang diingini oleh keinginannya. Padahal sungguh, telah datang petunjuk dari Tuhan mereka.

(An-Najm 19-23)

★ Tauhid adalah agama yang sangat sesuai dengan akal sehat.

Akal sehat akan membawanya bahwa dia tidak akan ridha untuk menjadikan tandingan-tandingan untuk Allāh berupa kuburan, bebatuan, pepohonan.

Allāh berikan taufiq melalui akal sehat manusia, contoh: seorang bernama Zaid bin Amr bin Nufail :

√ Orang yang hidup di masa jahiliyyah
√ Wafat sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi Nabi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla
√ Seorang muwahhidul jahiliyyah (seorang yang bertauhid dari kaum jahiliyyah)
√ Dia mencela perbuatan jahiliyyah terhadap ibadah kepada berhala.

Dalam shahih Bukhari disebutkan bahwa Zaid bin Amr bin Nufail berkata kepada orang-orang jahiliyyah:

"Kambing diciptakan oleh Allāh dan Allāh turunkan air dari langit untuk kambing, bagaimana mungkin kalian menyembelih kambing itu dengan nama selain Allāh?"

Dan dia tidak mau makan daging kambing persembahan orang jahiliyyah untuk berhala mereka.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ditanya oleh para shahabat tentang Zaid bin Amr bin Nufail, Nabi berkata:

"Dia akan dibangkitkan oleh Allāh bagaikan 1 ummat."

Aqidah tauhidnya membuatnya menjadi 1 ummat sehingga menjadi besar di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

★ Tauhid akan membuat orang merasa aman.

Dalil :

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-An'am : 82)

Zhulm (kezhaliman) dalam ayat ini maksudnya adalah kesyirikan.

Saat ayat ini turun, para shahabat merasa berat dan bertanya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

"Wahai Nabi, siapa diantara kami yang tidak pernah menzhalimi dirinya?".

Para shahabat mengira "zhulm" disini adalah kezhaliman.

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

"Tidakkah kalian mendengar perkataan hamba Allāh yang shalih yaitu Luqman kepada anaknya:

يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

"Wahai anakku, janganlah engkau sekutukan Allāh, sesungguhnya menyekutukan Allāh adalah kezhaliman yang paling besar." (Luqman 13)

Didalam hadits ini Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan barangsiapa yang tidak mencampur iman dengan kesyirikan maka dia akaa merasa aman dan mendapat petunjuk di dunia dan di akhirat.

Allah juga mengatakan yang semakna dalam ayat lain:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
(An-Nuur 55)

Keamanan hanya didapatkan oleh orang-orang yang mengikhlashkan ibadah hanya kepada Allāh semata.

★ Tauhid adalah kebaikan yang paling baik, kemuliaan yang paling utama secara mutlaq. Dan sebaliknya, syirik adalah keburukan yang paling buruk.

★ Tauhid adalah kunci pintu surga, tidak akan terbuka pintu surg kecuali hamba datang dengan membawa tauhid. Orang yang tidak membawa tauhid maka tidak dapat masuk surga.

Dalil :

... لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَٰبُ ٱلسَّمَآءِ وَلَا يَدْخُلُونَ ٱلْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ ٱلْجَمَلُ فِى سَمِّ ٱلْخِيَاطِ ۚ َ

"... Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka (orang-orang kafir) pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum..." (Al-A'raf 40)

★ Tauhid secara makna menunjukkan "al-ifrād" (mengEsakan Allāh)

Kekhususan Allāh, Dialah satu-satunya yang:menciptakan, memberi rizqi, menghidupkan, mematikan, memuliakan & menghinakan seseorang, mengatur alam semesta, menjaga, mengangkat dan menurunkan.

Dalil :

قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلْمُلْكِ تُؤْتِى ٱلْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلْمُلْكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ ۖ بِيَدِكَ ٱلْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

"Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Ali Imran 26)

Barangsiapa yang syirik kepada Allāh dalam hak kekhusususannya maka dia telah menyekutukan Allāh dalam hal keRubbubiyyahannya dan telah menghapus tauhidnya.

★ Allāh memiliki kekhususan dalam Asmāul husna dan sifat-sifat yang mulia.

Dalil:

هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ۖ هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ

"Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." (Al-Hasyr 22)

هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْمَلِكُ ٱلْقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلْمُؤْمِنُ ٱلْمُهَيْمِنُ ٱلْعَزِيزُ ٱلْجَبَّارُ ٱلْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ

"Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (Al-Hasyr 23)

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚيُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖوَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

"Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Al-Hasyr 24)

وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَٰٓئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (Al-A'raf 180)

قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى

"Katakanlah (Muhammad), "Berdo'alah kepada Allah atau berdo'alah kepada Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat berdo'a, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asma’ul Husna)." (Al-Isrā' 110)

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat." (Asy-Syūrā 11)

هَلْ تَعْلَمُ لَهُۥ سَمِيًّا

"Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?" (Maryam 65)

فَلَا تَضْرِبُوا۟ لِلَّهِ ٱلْأَمْثَالَ ۚ

"Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah." (An-Nahl 74)

★ Hendaknya kita menetapkan nama-nama dan shifat-shifat Allāh sebagaimana Dia menetapkan untuk diriNya, sebagaimana Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menetapkan untuk Allāh Ta'āla.

Dan hendaknya seorang mu'min selalu berkata:

آمَنَّا بِاللهِ وَبِمَا جَاءَ عَنِ اللهِ عَلَى مُرَادِ اللّه وَ آمَنَّا بِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وبِما جَاءَ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَلَى مُرَادِ رَسُول اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Kami beriman kepada Allāh dan kepada seluruh yang datang dari Allāh sesuai dengan maksud Allāh tersebut. Dan kamu beriman kepada Rasulullāh dan seluruh yang datang dari Rasulullāh, sesuai dengan maksud Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam." (perkataan Imam Syafi'i rahimahullāh)

Dan hendaknya iman kita tidak melampaui batas dari keterangan Allāh dalam kitabNya dan diterangkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam sunnahnya.

★ Hak yang paling agung dari seluruh hak Allāh adalah agar manusia hanya beribadah kepadaNya saja dan tidak menyekutukan dengan apapun.

Dalil:

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus." (Al-Bayyinah 5)

قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

"Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (Al-An'am Ayat 162)

لَا شَرِيكَ لَهُۥ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُسْلِمِينَ

"Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Al-An'am 163)

Seseorang tidak boleh berdo'a, minta pertolongan, menyembelih, bernadzar kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla karena itu semua adalah ibadah. Dan hendaknya mengikhlskan niat dalam ibadah itu hanya untuk meraih ridha Allāh.

Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُوْ مِنْ دُوْنِ اللهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ.

"Barangsiapa yang mati sedang dia menyeru atau berdo’a kepada tandingan selain Allah, pasti dia masuk neraka." (hadits shohih riwayat Bukhari)

★ Tauhid adalah makna dari kata "Lā ilāha illa Allāh" yang berdiri di atas 2 rukun;

❶ An-Nafiy, dalam kata لَا إِلَهَ
Menafikkan seluruh peribadatan kepada selain Allāh.
❷ Al-Itsbāt إِلاَّ اللَّهَ
Penetapan bahwasanya ini adalah hanya untuk Allāh.

Tidak sempurna tauhid seseorang jika hanya ada salah satu dari 2 rukun tersebut. Dan akan sempurna tauhid seseorang jika menyatukan kedua rukun itu.

Dalam dzikir-dzikir Nabi banyak yang bisa menuntun kepada makna kalimat tauhid.

Contoh:

Setiap selesai shalat mengucapkan 3 dzikir tahlil yang diiringi dzikir lain setelahnya.

⑴ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

√ Kalimat وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ (kalimat nafiy) memperkuat dan memperjelas kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (kalimat itsbat)
ُ
⑵ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّين لَهُ النِّعْمَةُ، وَلَهُ الفَضْلُ

"Kami tidak beribadah kecuali hanya kepadaNya."

⑶ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّين وَ لَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ

Kita ikhlashkan tauhid kita walaupun  orang-orang kafir membencinya

Ketahuilah bahwa dengan tahlil-tahlil ini kita dituntut untuk memperbaharui tauhid kita disetiap akhir shalat.

Firman Allāh:

أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلْخَالِصُ ۚ

"Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)." (Az-Zumār 3)

★ Tauhid berdiri diatas 3 pondasi, yaitu:

① Tauhid Rubbubiyyah (mengEsakan Allāh di dalam RubbubiyyahNya).
Dengan cara meyakini bahwa Dialah satu-satunya Pencipta, Pemberi Rizqi, Menghidupkan dan Mematikan.

② Tauhid Asmā' wa Shifāt
Dengan cara menetapkan bahwa Dia memiliki nama-nama yang indah dan shifat-shifat yang mulia yang ada dalam Kitabullāh dan Sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

③ Tauhid Uluhiyyah (tauhid dalam beribadah)
Dengan cara kita beribadah hanya untuk Allāh satu-satunya.

Kalau kita sudah memahami makna 3 tauhid ini maka harus menafikkan hal yang bertolak belakang dengan 3 tauhid itu.

√ Lawan dari Tauhid Asmā' wa shifāt ada 2 perkara, yaitu:

❶ Mengingkari nama-nama dan shifat-shifat untuk Allāh yang telah ada di Kitabullāh dan Hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

❷ Menyamakan antara Allāh dengan makhluq-mahkluqNya, ini terlarang dalam AlQurān.

Firman Allāh :

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat." (Asy-Syūrā 11)

★ Hendaknya kita benar-benar serius, memperhatikan dan menjaga perkara tauhid kita dengan cara mengaplikasikan dalam amalan kita sehari-hari karena merupakan derajat dan martabat yang paling tinggi dalam agama Islam.

Dan yang telah sempurna dan menyempurnakan tauhidnya maka Allāh akan masukkan ke dalam surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla tanpa dihisab dan tanpa diadzab.

Disinilah letak pentingnya tauhid karena akan dapat memasukkan kita ke dalam surga tanpa hisab dan adzab.

Sebagaimana hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

هُمْ الَّذِينَ لَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

"Mereka itu tidak melakukan thiyārah (beranggapan sial), tidak meminta untuk diruqyah, dan tidak menggunakan kay (pengobatan dengan besi panas), dan hanya kepada Rabb merekalah, mereka bertawakkal." (HR. Bukhari no. 5752)

★ Cara untuk menyempurnakan tauhid dalam kehidupan adalah menjauh dari 3 perkara yang akan menghancurkan tauhid itu, yaitu:
❶ syirik
❷ bid'ah
❸ maksiat

★ Sesuatu yang merusak tauhid ada 2 :
❶ merusak/menghancurkan/membatalkan tauhid sampai tidak tersisa
❷ mengurangi tauhid tapi tidak sampai menghancurkan atau membatalkan/menghapuskannya

★ Ulama mengatakan :
√ Tauhid itu memiliki sesuatu yang memusnahkan/membatalkan (an-nawāqidh) dan mengurangi kesempurnaannya (an-nawāqish)
√ Tiga perkara diatas disebut sebagai 'awāiqut tauhīd (عَوَائِقُ التَّوْحِيْدِ) : penghalang-penghalang tauhid.

• 'āiqusy syirk (عَائِقُ الشِّرْكِ): penghalang syirik, dengan mengikhlashkan seluruh ibadah dan keta'atan hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

• 'āiqul bid'ah (عَائِقُ الْبِدْعَةِ):  penghalang bid'ah dengan mulāzamatus sunnah (ikut dan melazimi kepada sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam)

• 'āiqul ma'shiyah (عَائِقُ الْمَعْصِيَّةِ): penghalang maksiat dengan cara mujāhadatun nafs (berusaha sekuat tenaga untuk menjaga diri dan menjauh dari maksiat).

Tapi boleh jadi ada orang yang kalah oleh maksiat, kalau itu terjadi maka segera bertaubat kepada Allāh.

Ketahuilah,
★ Ketika kita berbicara tentang nawāqidh (pembatal) dan nawāqish (pengurang) tauhid, maka:

√ Nawāqidhut tauhīd, ada 3:

❶ syirkul akbar (syirik besar)

Maksudnya adalah menyamakan selain Allāh sama dengan Allāh di dalam perkara-perkara yang khusus hak Allāh, sehingga tauhid bisa batal dan terhapus.

Penduduk neraka menjerit dan menyesal karena telah membatalkan tauhid mereka

تَاللّهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

"Demi Allah, sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata." (Asy-Syuarā 97)

إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ

"Karena kita mempersamakan kalian dengan Tuhan semesta alam." (Asy-Syuarā 98)

...ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ

..."Kemudian orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka." (Al-An'am 1)

❷ kufurul akbar

Terdapat pada perkara:
⑴ takdzib (mendustakan)
Baik mendustakan Allāh atau sesuatu yang datang dari Allāh atau mendustakan para Rasul Allāh atau yang datang dari para Rasul.

Firman Allāh:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ

"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?" (Al-'Ankabūt:68)

⑵ kesombongan

Firman Allāh:

وَ إِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوْا لِآدَمَ فَسَجَدُوْا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَ كَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ

"Dan (ingatlah) tatkala Kami berkata kepada Malaikat : Sujudlah kamu kepada Adam! Maka sujudlah mereka,kecuali iblis enggan dia dan menyombong, karena adalah dia dari golongan makhluk yang kafir." (Al-Baqarah 34)

⑶ berpaling

وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ

"Namun orang-orang yang kafir berpaling dari peringatan yang diberikan kepada mereka." (Al-Ahqāf 3)

⑷ ragu terhadap apa yang Allāh turunkan kepada kita

❸ nifāqul akbar (nifaq besar)

Yaitu kemunafiqan yang khālish (yang sebenarnya) yaitu kemunafiqannya orang-orang munafiq. Kemunafiqan ini adalah kekufuran.

Dalil :

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا  

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka." (An-Nisā' 145)

Kemunafiqan besar adalah jika menampakkan keimanan tapi bathinnya menyimpan kekufuran.


وَ إِذَا لَقُوْا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قَالُوْا آمَنَّا وَ إِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِيْنِهِمْ قَالُوْا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِؤُوْنَ

"Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang ber­iman, mereka berkata : "Kami ini telah beriman", dan apabila mereka telah bersendirian dengan setan-setan mereka,mereka katakan : "Sesungguh­nya kami adalah (tetap) bersama kamu, kami ini hanyalah mengolok-olokkan mereka itu."

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ

"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, "Kami mengakui, bahwa engkau adalah rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta."

*berdusta: yang diucapkan lisan tidak sesuai dengan apa yang diyakini dalam hati

★ Syirik kecil, kufur kecil dan nifaq kecil adalah hal-hal yang akan mengurangi tauhid tapi tidak sampai membatalkan tauhid.

⑴ Syirik kecil
Ada beberapa nash yang menyebutkan kata "syirik" tapi tidak semua bermakna syirik besar.

Contoh:
₁ bersumpah dengan nama selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla

Sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَك

"Barangsiapa bersumpah dengan namn selain Allāh maka dia telah berbuat syirik."

Atau perkataan مَا شَآءَ اللَّهُ وَ شِأْتَ (Allāh telah berkehendak dan engkau juga berkehendak)

Atau perkataan:
"Kalaulah bukan karena itik/bebek, niscaya maling akan masuk ke rumah kita."

"Kalau bukan karena pelaut, niscaya kita akan tenggelam."

Ini kalimat syirik yang harus dijauhi, walau tidak sampai syirik besar tapi bisa mengurangi tauhid.

₂ apa yang disampaikan dalam hadits Nabi.

• Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Ada dua hal di dalam diri manusia yang dapat mengakibatkan kufur, yaitu menghina nasab dan meratapi orang yang meninggal dunia." (HR Muslim)

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

"Tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu; apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia mengingkari & apabila dipercaya dia mengkhianati." (HR. Nasai No.4935).

★ Hendaknya kita memperhatikan Kitabullāh karena didalamnya terdapat keterangan-keterangan yang sempurna didalam menyampaikan tauhid dan sebagai hujjah Allāh kepada hamba-hambaNya.

Ayat kursi merupakan ayat yang paling agung dalam AlQurān karena didalamnya terdapat tauhid yang penuh dengan keikhlashan.

Juga dengan surat Al-Ikhlash, dia adalah sepertiga AlQurān, karena didalamnya terdapat keterangan yang sempurna tentang tauhid.

Juga dengan surat Al-Baqarah dan surat Al-Fātihah (surat dalam AlQurān yang paling afdhal karena mengadung 3 jenis tauhid).

★ AlQurān adalah intisari seluruh kitab yang telah diturunkan Allāh dan intisari dakwah para Nabi dan para Rasul yang telah diutus oleh Allāh.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:

نَحْنُ الْأَنْبِيَاء إِخْوَةٌ لِعَلَّات دِيننَا وَاحِد وأمهات شتى

"Kami para Nabi bagaikan saudara satu ayah, agama kami satu, namun ibu-ibu kami berbeda."

*ibu-ibu disini adalah syari'at

Allāh berfirman:

جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ

"Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan (syari'at) dan jalan yang terang." (Al-Maidah 48)

Dan akhirnya say memohon kepada Allāh Yang Maha Agung dan Maha Mulia, dengan seluruh nama-namaNya yang indah dan seluruh shifat-shifatNya yang mulia, untuk menjadikan kita yang perkaranya selalu lebih baik dan agar Allāh memberikan hidayah kepaka kita ke jalan yang lurus.

Semoga Allāh memperbaiki kita dan agama kita, dunia kita dan akhirat kita, menjadikan kehidupan kita untuk menambah kebaikan dan menjadikan kematian kita untuk berhenti dari seluruh keburukan.

Semoga Allāh mengampuni kita dan kedua orangtua kita, seluruh kaum muslimīn dan muslimāt yang hidup maupun yang sudah meninggal dunia.
Ya Allāh, berikanlah kepada kami taqwa dan kesucian.

Ya Allāh, kami memohon kepadamu agar menetapkan kami selalu diatas hidayah dan menjadikan kami orang-orang yang selalu bersyukur atas nikmatmu.

Ya Allāh, berikanlah kepada kami hati yang suci, lisan yang jujur, rasa takut kepadaMu yang bisa menghalangi kami dari berbuat maksiat kepadaMu, rasa keta'atan kepadaMu yang menjauhkan dari perbuatan maksiat kepadaMu dan memasukkan kami ke dalam surgaMu dan memberikan keyakinan kepada kami sehingga musibah dunia terasa ringan bagi kami.

Ya Allāh, berikan kepada kami kesempatan untuk menikmati pendengaran, penglihatan, kekuatan kami selama Engkau hidupkan kami.

Ya Allāh, jadikanlah kami orang-orang yang Engkau tolong, berikan kami kemenangan atas musuh kami dan jadikan kami musibah diatas agama kami dan jangan jadikan dunia menjadi kehinaan kami yang paling besar.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

الحمد للّه رب العلمين

Pertanyaan ❶

Dalam ujung hadits Muadz bin Jabbal bertanya kepada Rasulullāh, apakah hadits ini boleh disampaikan maka Rasulullāh melarangnya, apakah faidah dari pelarangan ini? kenapa hadits ini tetap disampaikan didalam kajian-kajian, mohon penjelasannya. Jazākumullāhu khayran.

Jawaban ❶ :

Mu'adz bin Jabbal radhiyallāhu Ta'āla 'anhu ketika bertanya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, apakah boleh saya memberikan kabar gembira ini kepada manusia? Maka sesungguhnya jawabannya adalah ada didalam hadits itu sendiri.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan kepada Mu'adz bin Jabbal radhiyallāhu 'anhu: "Jangan engkau berikan kabar kepada manusia sehingga manusia dengannya bertelekan/bersandar dengan kabar gembira ini dan meninggalkan amal."

Jadi Nabi di dalam hadits ini mengatakan kepada Muadz: Jangan engkau berikan kabar sehingga manusia melupakan amal dan bersandar hanya kepada kabar gembira tersebut.

Oleh karena itu, ketika seseorang mengetahui keutamaan ini dan tidak bertelekan/bersandar hanya kepada kabar gembira ini dan tidak melupakan amal maka diizinkan untuk disampaikan.

Kemudian Mu'adz diberitakan dalam riwayat menyampaikan hadits ini sudah di akhir-akhir hayatnya, takut berbuat dosa, dosa apa? Yaitu dosa menyembunyikan sesuatu yang dia dengan dari Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam dan tidak disampaikan kepada umat.

Dan kita katakan bahwa: Allāh Tabāraka wa Ta'āla lah yang telah mentaqdirkan semua ini, mentaqdirkan kita semua untuk mengetahui keutamaan "lā ilāha illa Allāh" dengan cara seperti ini". Di dalamnya ada hikmah, dimana Mu'adz bin Jabbal menyampaikan di akhir hayatnya, ketika manusia tidak lagi bertelekan dengan kabar gembira dan hanya bersandar kepada kabar gembira itu dan melupakan amal.

Oleh karena itu, yang harus kita lakukan adalah ketika kita membaca hadits ini benar-benar mengetahui 2 hal yang harus kita lakukan dan pelajari, jangan dilupakan salah satunya.

① Dengan hadits ini kita ketahui keutamaan tauhid.

Bagaimana posisi tauhid didalam agama Islam dan bagaimana mulianya tauhid di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

② Kita harus mengetahui bahwa kita tidak boleh bersandar/bertelekan dengan hadits ini dan melupakan amal.

Kita harus tetap untuk beramal dengan hadits tersebut.

Wallaahu Ta'āla a'lam.

--------------------

Pertanyaan ❷

Saya memiliki orangtua yang sudah lanjut usia dan saat ini sedang sakit, hanya terbaring di tempat tidur, bagaimana menjaga ketauhidan beliau agar tetap bersabar dalam keadaan seperti sekarang ini dan istiqamah dalam berobat yang syar'i. Mohon do'anya Syaikh, untuk kesembuhan beliau. Bārakallāhu fīk.

Jawaban ❷ :

Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sangat penting dan pertanyaan ini menunjukkan bahwa saudara kita yang bertanya adalah orang yang sangat tamak untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya dan ingin sekali berbakti kepada orangtuanya.

Dan ketahuilah tidak ada bakti kepada kedua orangtua yang lebih hebat daripada kita memperhatikan tauhid orangtua kita dan hendaklah saudara kita melakukan amalan-amalan 3 perkara yang harus dia selalu seimbangkan dalam merawat orangtuanya yang sakit.

⑴ Dia menyempurnakan baktinya kepada orangtuanya dan dia berusaha mengurus orangtuanya sebaik-baiknya dan selalu berada ketika orangtuanya membutuhkannya.

⑵ Menanamkan rasa tawakal ke dalam hati orangtua dan memberikan pemahaman kepada orangtua bahwa seluruh perkara ada ditangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan hendaklah kita mengajarkan orangtua dan selalu menyampaikan kepada orangtua kita agar menyerahkan seluruh urusan kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla sehingga dengannya tawakal dan tauhid orangtuanya tetap bertahan.

⑶ Memutus seluruh jalan-jalan/pintu-pintu yang dengannya banyak sekali orang yang sakit, terutama orangtua yang sakit di zaman kita sekarang mendapatkan ib'tilā' (bala dan bencana) didalam sakit di akhir hayatnya.

Yaitu pintu yang dimaksud adalah menutup pintu orangtua berhubungan dengan para tukang sihir, para dukun dan perkara-perkara syirik lainnya, dari penangkal-penangkal dan jimat.

Hal-hal yang merupakan kesyirikan itu telah membawa banyak orang ke dalam kesyirikan di akhir hayatnya di saat-saat tuanya, wal iyyādzubillāh.

Dan hendaklah saudara kita itu menjauhkan orangtuanya dari hal-hal tersebut dan berusaha jangan sampai orangtuanya didekati oleh para tukang sihir dan orang-orang yang berdusta, para dukun dan seluruh perkara-perkara syirik.

Dengan 3 hal/perkara ini maka dia telah melakukan hal yang sangat berbakti kepada orangtuanya;

₁ Dia tingkatkan baktinya dan seluruh keta'atannya dan perawatannya kepada orangtuanya.

₂ Dia selalu menyampaikan kepada orangtuanya tauhid kepada Allāh dan selalu menyerahkan urusan kepada Allāh.

₃ Dia tutup pintu-pintu yang bisa membawa orangtuanya kepada kesyirikan di akhir hayatnya.

--------------------

Pertanyaan ❸

Apakah seseorang yang bermaksiat kepada Allāh karena mengikuti perintah atasan atau teman, apakah tauhidnya rusak?

Jawaban ❸ :

Jawaban kita untuk saudara kita ini adalah perkataan (sabda) Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

لا طاعةَ لمَخلوقٍ في مَعصيةِ الخالِقِ

"Tidak boleh ta'at kepada makhluq dalam perkara maksiat kepada Allāh, Sang Khāliq."

Adapun pertanyaan "apakah tauhidnya rusak? "

Maka jawaban kita adalah tergantung apa yang anda ta'ati. Apabila keta'atan kepada orang yang anda ta'ati itu adalah perkara-perkara yang sudah sampai kepada kufur akbar maka telah hancur/musnah/batal tauhid anda.

Namun apabila keta'atan anda kepada mereka tidak sampai kepada kufur-kufur besar maka itu tidak membatalkan tauhid anda, namun hanya mengurangi kesempurnaan tauhid.

--------------------

Pertanyaan ❹

Banyak pertanyaan dan kerancuan tentang fitnah ISIS di Indonesia, apa nashihat Syaikh tentang hal ini?

Jawaban ❹ :

Setiap muslim wajib baginya menjauhi seluruh fitnah dan wajib baginya untuk menjauhi orang-orang yang mengajak kepada fitnah dan wajib baginya untuk berhubungan dengan para ulama kibar (ulama besar) dan jangan dia serahkan dirinya kepada orang-orang yang mendatangkan fitnah dan kepada da'i-da'i yang mengajak kepada fitnah.

Jauhnya manusia dari ulama-ulama besar akan membuat mereka masuk kedalam kebinasaan yang sangat banyak dan keburukan yang beraneka ragam. Dan hendaknya hal-hal seperti ini datang, kita kembali kepada ahli ilmu/ulama-ulama besar yang mampu untuk melihat perkara ini dan memberikan keputusan ini sebagaimana firman Allāh :

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ...

Apabila datang kepada mereka perkara keamanan atau perkara yang menakutkan, mereka selalu sebarkan kemana-mana. Seandainya mereka kembalikan perkara itu kepada Allāh, kepada Rasul, kepada Ulil Amri (para ulama) niscaya para ulama itu akan mampu mengambil intisari/makna/hukum yang sebenarnya dari perkara yang menimpa mereka." (An-Nisā 83)

Oleh karena itu, hendaklah kita senantiasa berusaha untuk menjauhi fitnah-fitnah seperti ini dan berani mengatakan "Orang yang beruntung dan orang yang bahagia adalah orang-orang yang menjauhi fitnah."

Dan manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selagi mereka berpegang teguh dan memiliki hubungan yang erat dengan ulama-ulama besar mereka.

Adapun mereka yang tidak dikenal dengan ilmu, tidak dikenal dengan kemampuan ilmu mereka atau disebut dengan ulama-ulama besar maka tidaklah boleh kita untuk mengambil sesuatu dari mereka.

Dan keselamatan kita adalah menjauhi hubungan kita dengan mereka.

--------------------

Pertanyaan ❺

Tolong dijelaskan kedudukan hadits  كل بدعة ضلالة dan من سن سنة حسنة ?

Jawaban ❺ :

Kedua hadits yang ditanyakan adalah hadits yang telah shahih berasal dari Nabi kita shallallāhu 'alayhi wa sallam dan tidak ada pertentangan diantara 2 hadits ini.

Perkataan Nabi كل بدعة ضلالة (setiap bid'ah adalah sesat) maksudnya adalah setiap perkara yang baru yang dibuat-buat oleh manusia dalam agama Allāh yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Dan barangsiapa yang melakukan hal seperti ini maka amalannya akan ditolak oleh Allāh karena Nabi telah mengatakan :

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلِيْهِ أَمْرُنَا فَهوَ رَدٌّ

"Barangsiapa mengamalkan amalan yang tidak kami ajarkan maka itu akan ditolak oleh Allāh."

Maka setiap pelaku bid'ah yang membuat perkara-perkara baru yang kami tidak ajarkan maka amalannya akan ditolak oleh Allāh dan tidak akan diterima.

Dan perkataan Nabi من سن سنة حسنة bukanlah bid'ah (perkara-perkara baru yang dibuat) akan tetapi maksudnya adalah menghidupkan sunnah dari sunnah-sunnah Nabi yang ada dalam agama Islam, sunnah yang telah tetap dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bukan membuat perkara baru, namun sunnah yang sudah ada dia hidupkan, dia marakkan, sebagaimana keterangannya ada dalam hadits itu sendiri.

Didalam hadits itu ketika Nabi mengatakan hadits itu ceritanya adalah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam didatangi oleh para shahabat yang faqir, lalu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam memotivasi para shahabat untuk shadaqah.

Seorang shahabat bangkit dan pergi kerumahnya lalu datang membawa shadaqah yang besar, melihat shahabat ini melakukan itu maka yang lainnya terpancing melakukan hal yang sama dan yang lainny pergi ke rumah mereka dan datang dengan membawa shadaqah-shadaqah mereka yang banyak dan besar yang membuat Nabi bahagia.

Lihat didalam cerita ini, shahabat ini tidak melakukan bid'ah tetapi dia melakukan sebuah sunnah Nabi yaitu berinfaq yang banyak. Ketika yang lainnya terpancing dan ikut termotivasi untuk melakukan hal yang sama maka orang ini telah melakukan sunnah daripada sunnah hasanah.

Maka makna sunnah hasanah disini bukanlah bid'ah akan tetapi menghidupkan sunnah yang telah ada dari sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

--------------------

Pertanyaan ❻

Ya Syaikh, mohon nashihatnya jika waktu sempit, hati ini bersemangat dalam beribadah kepada Allāh. Tapi bila waktu lapang, hati ini kurang bersemangat dalam beribadah kepada Allāh. Apakah hati ini kurang bertauhid kepada Allāh? Bagaimana membangun aqidah tauhid yang kuat, kokoh dan tetap dalam segala hal?

Jawaban ❻ :

Obat dari apa yang ditanyakan adalah 2 perkara, yang 2 perkara itu dikumpulkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam sebuah hadits.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan dalam hadits beliau yang mulia :

اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ, وَاسْتَعِنْ بِاَللَّهِ, وَلَا تَعْجَزْ

"Berusahalah engkau untuk senantiasa rakus terhadap apa yang memberikan manfaat kepadamu. Tamaklah kepada sesuatu yang memberikan manfaat kepadamu dan bersandarlah (minta pertolongan) kepada Allāh dan jangan melemah."

Didalam hadits ini adalah obat dari apa yang tadi ditanyakan.

⑴ mujāhadatun nafs
Hendaklah saudara kita ini selalu memerangi nafsunya dan dirinya yang mengajaknya kepada bermalas-malasan, mengajaknya kepada sesuatu yang membuatnya selalu melemah, hendaklah dia lawan rasa malas itu dan dia berusaha untuk segera kembali mempelajari ilmu, segera bangkit dan kembali beramal. Dan dengannya dia berusaha untuk menolak sejauh-jauhnya rasa malas yang timbul.

⑵ isti'ānatu billāh
Didalam usahanya untuk melawan rasa malas, dia berdo'a/mohon/minta bantuan kepada Allāh, dan dia berusaha untuk mengharapkan taufiq dari Allāh untuk membuatnya berhasil melawan apa yang telah menimpanya.

Dan ini disampaikan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam kepada Mu'adz bin Jabbal, do'a yang bermanfaat. Nabi berkata kepada Mu'adz bin Jabbal:

 مُعَاذُ ، وَاللَّهِ إِنِّي لأُحِبُّكَ ...

"Wahai Ma'adz, aku cinta kepadamu... "

لا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاةٍ "اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ "

"Janganlah engkau meninggalkan perkataan setiap selesai shalat 'Ya, Allāh, bantulah aku untuk senantiasa berdzikir kepadamu, bersyukur kepadamu dan selalu beribadah dengan ibadah yang baik kepadamu'."

Maka selalulah ucapkan do'a ini dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kepada kita jalan keluarnya.

--------------------

Pertanyaan ❼

Bagaimana supaya kita menjadi orang yang kuat tauhidnya seperti "Bahwa rizqi ini pasti datang" tanpa khawatir akan rizqi tersebut. Terima kasih. Jazākumullāhu khairan.

Jawaban ❼ :

Jalan yang paling baik/bagus untuk mengokohkan tauhid kita:
₁ Senantiasa serius mempelajari kitabullah 'Azza wa Jalla, karena didalamnya kita akan senantiasa diajarkan sesuatu yang akan mengokohkan iman kita.

كِتَـــابٌ أَنزَلنَـــاهُ إِلَيكَ مُبَــــارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَـــاتِهِ وَ لِيَتذَّكَّرَ أُولُوا الأَلبَابِ } ( سورة ص : 29 ).

"Kitab AlQurān telah diturunkan oleh Allāh kepada engkau yang penuh dengan berkah agar mereka mentadabburi isi dari kitab tersebut." (Shād 29)

"إِنَّ هَذَا القُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ

"Sesungguhnya AlQurān ini akan menunjukkan kepada manusia jalan yang paling baik/sempurna." (Al-Isra 9)

Oleh karena itu, hendaklah seorang muslim untuk mengokohkan keimanannya selalu kembali kepada kitabullāh 'Azza wa Jalla, membacanya, memahami isi kandungannya dan mengamalkan isi kandungannya tersebut.

₂ Hendaklah seseorang selalu berusaha untuk memperhatikan dan membaca kitab-kitabnya para 'ulama, yang telah mereka tulis tentang keterangan-keterangan tauhid.

Sesungguhnya para 'ulama kita telah menulis kitab-kitab yang sangat banyak, yang berhubungan dengan tauhid, yang mereka ambil istinbatnya tentunya dari AlQuraœn dan Hadīts-hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan hendaknya kita memiliki buku tersebut dan membaca serta memahaminya.

₃ Sentiasa berdzikir dan berdo'a kepada Allāh dengan do'a-do'a yang disyari'atkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, karena sesungguhnsa do'a memiliki sebab yang sangat hebat didalam mengokohkan tauhid.

Apalagi orang yang berdo'a tersebut tidak hanya sekedar menyebut lafazh-lafazhnya, akan tetapi dia berdo'a kepada Allāh dengan memperhatikan kandungan dari do'a tersebut dan dia berusaha untuk mempraktekkan kandungan-kandungan makna dari do'a tersebut.
--------------------

Pertanyaan ❽

Apakah syirik kecil masuk ke dalam AlQurān surat An-Nisā 116 yaitu:

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ

Jawaban ❽ :

Diantara ahli ilmu ada yang mengatakan bahwa syirik kecil masuk ke dalam ayat ini karena ayat itu lafazhnya adalah umum. Dan mereka mengatakan bahwasanya didalam lafazh itu lafazh syirik maka syirik kecil termasuk didalamnya.

Akan tetapi, bersamaan dengan pendapat mereka tersebut, mereka tidak mengatakan bahwa syirik kecil ini akan membuat orang kekal di neraka.

Yang mengatakan bahwa syirik kecil termasuk dalam ayat itu karena lafazhnya umum namun mereka tidak sedikitpun berpendapat orang yang berbuat syirik kecil akan kekal di neraka.

Tapi yang mereka inginkan adalah dosa itu tidak diampuni oleh Allāh artinya pelaku dosa syirik kecil akan diadzab terlebih dahulu dan tidak akan kekal di neraka.

Namun diantara ahli ilmu ada yang mengatakan bahwa ayat ini khusus untuk makna syirik besar dan tidak masuk ke dalamnya syirik kecil. Adapun syirik kecil, dia masuk ke dalam dosa-dosa yang lainnya yang masih mendapatkan pengampunan dari Allāh dan kemudian pelakunya berada dibawah masyi'atullāh (kehendak Allāh), apakah akan diadzab atau diampuni.

--------------------