Rabu, 28 Januari 2015

Jodoh Hadits 46

Syarah Hadits ke-46
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: أفضل العبادة الدعاء

Ibadah yang paling afdhāl (yang paling utama) adalah do'a.

Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Mustadrak dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam Shahih Al-Jāmi' AshShaghīr.

Hadits yang agung ini menunjukkan bahwa ibadah paling utama adalah do'a karena do'a ini Allāh perintahkan di dalam kitabNya. Allāh berfirman di dalam kitabNya:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِين

Dan berkata Rabb (Tuhan)  kalian: Berdoalah kalian padaKu, niscaya Aku akan mengabulkan bagi kalian. Sesungguhnya orang yang sombong dari ibadah padaKu (tidak mau padaKu) maka akan masuk neraka dalam keadaan hina. (Ghāfīr 60)

Ayat ini menunjukkan bahwa do'a adalah perintah Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, bahkan Allāh menyatakan bahwa orang yang tidak mau berdo'a maka dia orang yang sombong, akan masuk neraka dalam keadaan hina.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, hadits yang agung ini merupakan berita gembira bagi kita semua karena kita semua sangat butuh kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, kita selalu ingin berdo'a dikabulkan dari doa kita, dari apa yang kita inginkan dan (tidak bisa) mengabulkan sebagian kita dari Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Dan tentunya Allāh memerintahkan kita untuk berdo'a yakni kita melaksanakan maka keutamaan ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Maka hendaknya kita tidak merasa lelah, atau bosan dalam berdoa meskipun Allāh belum mengabulkan karena dengan sekedar kita berdo'a saja sudah ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Bagaimana kita menyesal dalam beribadah, makanya kalau kita berdo'a dan Allāh belum mengabulkan maka terus kita berdo'a, karena itu merupakan ibadah kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Bahkan Rasūlullāh menyatakan adalah ibadah yang paling utama.

Hadits yang agung ini menunjukkan tentang keutamaan dari do'a yang merupakan pernyataan ketundukan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, kebutuhan seorang hamba kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, yang ini sangat dicintai Allāh. Tidak ada seorang yang paling suka diminta dari pada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kalau manusia diminta tidak suka, kalau Allāh tidak diminta justru Dia tidak suka. Bahkan menyatakan bahwa orang yang tidak meminta kepada Allāh tidak berdo'a pada Allāh, dia adalah orang yang sombong, dia akan masuk neraka dalam keadaan hina.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka hadits yang agung ini menyebutkan pentingnya, agungnya do'a, karena sesungguhnya Allāh cinta seorang minta padaNya. Dan bahkan ketika seorang terus meminta, memohon pada Allāh, Allāh lebih mencintainya lebih menyukainya.

Karena itulah maka wajib atas kita semua agar senantiasa berdo'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, karena do'a adalah kebaikan bahkan ibadah yang paling utama. Apalagi ketika Allāh mengabulkan dari do'a tersebut, mengabulkan di dunia dengan segera ataupun Allāh mengabulkan di akhirat, memberikan pahala yang sebanding dengan do'a tersebut atau menepis kecurigaan hati kita, dengan sebab do'a kita.

Ini semua adalah kebaikan bagi kita semua, maka tidak ada rugi sedikit pun bagi seorang yang berdo'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Dan berkata Marwah bin 'Ijli: “Aku berdo'a kepada Allah dalam suatu kebutuhan, duapuluh tahun, ternyata Allāh belum mengabulkan, aku tidak putus asa dari do'a selama duapuluh tahun tersebut.“

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, karena inilah maka banyak dari para salaf ashsholeh yang mereka selalu terus menerus (mudawamah) dalam suatu do'a sebagaimana mereka terus menerus membaca bagian dari Al-qurān.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka marilah kita semua selalu berdo'a pada Allāh, berharap kebaikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dan juga jangan sampai kita putus asa dari berdo'a, karena berdo'a itu ibadah yang paling afdhāl (paling utama). Dan bahkan banyak sekali kebaikan pada kita dan menjadikan kita hamba yang dicintai Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

بارك الله فيكم

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه أجمعين.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركات

Jodoh Hadits 45

Syarah Hadits ke-45
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ

Dzikir yang paling utama adalah لا إله إلا الله dan do'a yang paling utama adalah الحمد لله.

Hadits ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi di dalam Jami’nya, Imam Nasā’i dalam Sunannya, Al-Imam Majid dalam Sunannya dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam Shahih Al-Jāmi' AshShaghīr.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh 'Azza wa Jalla, hadits yang agung ini menunjukkan kepada kita tentang 2 perkara yang paling utama;

Yang pertama adalah tentang dzikir yang paling utama adalah dzikir لا إله إلا الله.

Karena لا إله إلا الله adalah suatu kalimat yang agung, yang kalimat ini  mengandung penolakan kepada seluruh peribadatan kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, sekaligus menetapkan ibadah semata-mata kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Inilah yang merupakan tujuan manusia diciptakan di dunia, karena Allāh berfirman dalam kitabNya:

وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون

Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali mereka beribadah kepadaKu. (AdzDzariyāt 56)

Dan dalam tafsirnya لِوَحِّدُوْن (mentauhidkanKu), beribadah semata kepadaKu dan tidak menyekutukanKu dengan apapun selainKu.

Kemudian juga لا إله إلا الله adalah kalimat yang agung, yang dalam kalimat inilah maka seorang masuk dalam lingkup Islam. Di kalimat inilah maka dia selamat dari kekalnya di neraka karena ketika seseorang telah mengucapkan kalimat لا إله إلا الله  telah dinyatakan masuk dalam Islam yang akan menjadikan dia selamat dari kekalnya neraka dan kekafiran.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyatakan bahwa لا إله إلا الله adalah hal yang merupakan pembuka pintu surga. Karena surga dibuka oleh orang yang beriman ketika Allāh menyebutkan ketika dibuka pintu surga, kemudian yang masuk adalah orang yang beriman, yaitu yang beriman dan bertauhid, yang mereka melaksanakan dari makna لا إله إلا الله beribadah semata kepada Allāh dan menafikkan segala peribadahan kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Ini adalah kalimat yang agung yang tidak ada yang bisa membandinginya bahkan paling berat timbangannya pada kiamat.

Yang mana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadits yang mahsyur dalam haditsul bithāqah bahwa pada hari kiamat didatangkan pada seorang yang didatangkan pada dia 100 catatan amalannya yang jelek. Yang dia merasa sudah binasa. Kemudian Allāh mengeluarkan sebuah kartu yang bertulis لا إله إلا الله, kemudian ditimbang ternyata kalimat لا إله إلا الله lebih berat dari seluruh amalan kejelekannya. Dan dia selamat dengan kalimat لا إله إلا الله ini.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka kalimat tauhid لا إله إلا الله adalah kalimat yang disebutkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagai afdhālul dzikri (dzikir yang paling utama), yang paling afdhol.

Kemudian juga Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, bagian kedua dari hadits ini adalah menjelaskan tentang do'a yang paling afdhāl, do'a yang paling utama. Rasulullāh bersabda:

و أفضل الدعاء الحمد لله

Do'a yang paling utama adalah الحمد لله.

Karena doa adalah dzikrullāh dan meminta hajat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dan الحمد (pujian) kepada Allāh ini meliputi semuanya. Karena orang memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā adalah memuji atas nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Dan orang yang memuji pada nikmat, bersyukur pada nikmat ini berarti dia minta ditambah nikmat tersebut dari Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Karena Allāh berfirman dalam kitabNya:

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ


Sungguh jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan tambah nikmatKu atas kalian. (Ibrahim 7)

Kemudian berkata Athibiy rahimahullāhu Ta'ālā, beliau menyatakan barangkali menjadikan do'a yang paling afdhol kalimat  الحمد لله karena doa ini, yaitu الحمد لله do'a yang lembut, yang sangat bisa untuk dikabulkan do'a tersebut.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, hadits yang agung ini menunjukkan bahwa dua kalimat ini afdhāl dari jenisnya. Dzikir yang paling afdhāl adalah kalimat لا إله إلا الله dan doa yang paling afdhāl adalah kalimat الحمد لله.

Kemudian berkata Albattar Ad-Damamimi beliau mengatakan: “Tidaklah terhalang bahwa dzikir ini akan bisa mengalahkan amalan lain yang berat dari jihad yang lainnya.”

Meskipun datang dari riwayat lainnya bahwa amalan yang paling afdhāl yang paling berat karena keikhlasan dalam berdzikir adalah berat apalagi di dalam الحمد لله yang ketika dia dalam kondisi yang sempit, tidak mudah bagi orang untuk mengucap الحمد لله. Ketika dia mengucapkan الحمد لله memuji Allāh dalam segala kondisi, berarti dia telah melakukan amalan yang sangat agung, doa yang paling agung yaitu الحمد لله karena itu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mencontohkan Beliau selalu mengucapkan memuji Allāh (الحمد لله) dalam segala keadaan.

Ketika mendapatkan kebaikan, beliau mengucapkan:

 الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات

Segala puji bagi Allāh yang dengan Allāh-lah sempurna kebaikan-kebaikan.

Ketika menjadi perkara yang tidak menyenangkan bagi maka Beliau mengucapkan:

الله الحمد على كل حال

Segala puji bagi Allāh atas semua keadaan.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka marilah kita semua memperbanyak dzikir لا إله إلا الله, memperbanyak do'a الحمد لله  yang akan bisa mendapatkan keutamaan di dalam dua perkara itu, yaitu keutamaan yang paling utama dalam dzikir dan keutamaan yang utama dalam do'a karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan bahwa dzikir yang paling utama adalahلا إله إلا الله  dan do'a yang paling utama adalah الحمد لله.

Semoga kita termasuk orang-orang yang banyak bertahlil (mengucapkan لا إله إلا الله), banyak bertahmid (mengucapkan الحمد لله) yang akan mendapatkan keutamaan yang disebutkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

بارك الله فيكم

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه أجمعين.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركات

Jodoh Hadits 44

Syarah Hadits ke-44
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: لاَ تُكْثِرِ الضَّحِكَ ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ.

Janganlah engkau banyak tertawa karena sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam Shahih Al-Jāmi' AshShaghīr.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, hadits ini merupakan peringatan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dari banyak tertawa yang akan bisa mematikan hati, yang menjadikan hati ini kesat, tidak hidup sama sekali, tidak tergerak dengan nashihat, seperti hati yang mati, yang juga akan menjadikan hati ini lalai dari dzikrullāh, dari tujuan hidup di dunia.

Dan ketika seorang banyak tertawa ini menunjukkan kelalaian dia dari tugas yang utama di dalam menjalankan ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka hidupnya hati adalah ketika seorang banyak dzikrullāh, dia banyak mendengarkan Kitabullāh dan Sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, mengingatkan dia pada tujuannya di dunia dari beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Adapun ketika seorang lalai, banyak tertawa merasa senang dengan dunia, maka jelas ini akan melupakan dari tujuan utamanya di dunia, akan membuat lalai dia dari tujuan utamanya di dunia.

Yang ketika hati sudah dimatikan dengan banyak tertawa ini maka akan menjadi di dalam kegelapan seperti mayit yang tidak bisa mendatangkan manfaat bagi dirinya ataupun menepis dari bahaya yang akan datang padanya.

Karena hati yang mati dia tidak bisa memberikan manfaat, tidak bisa menghalangi dari perkara-perkara kejelekan atau mendatangkan kebaikan. Yang ini jelas akan meluputkan kebaikan yang banyak dari pemiliknya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadits ini melarang kita untuk banyak tertawa yang akan melalaikan kita dari Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dan dzikrullāh, melalaikan kita dari akhirat, dari surga Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Dan berkata 'Umar 'Abdirrahīm rahimahullāh Ta'ālā bahwa orang yang terbiasa tertawa bergurau akan sibuk dengan hal tersebut dari perkara-perkara yang penting. Yang juga akan menghilangkan pikiran dari perkara-perkara yang wajib untuk dilaksanakan.

Demikian juga orang yang banyak tertawa akan hilang kewibawaannya, akan hilang dari kemuliaannya. Karena itulah maka banyak dari para ulama yang menyatakan bahwa di antara penyakit atau racun yang bisa merasuk ke dalam hati adalah banyak tertawa terhadapa kegembiraan dunia yang akan bisa menghilangkan dari hati itu rasa takut itu kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Menghilangkan dari hati mengingat kematian dan hari kiamat yang ini jelas sangat berbahaya sekali.

Padahal Allāh Subhānahu wa Ta'ālā berfirman dalam kitabNya:
وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ

Dan mereka bergembira dengan kehidupan dunia, dan tidaklah kehidupan dunia dibandingkan dengan kehidupan akhirat juga hanya sekedar perhiasan saja. (Ar-Ra'd 26)

Kemudian didalam banyak tertawa akan merusak hati. Dan jika hati sudah rusak maka rusaklah jasad semuanya. Karena dalam tubuh manusia ada segumpal daging (hati) itu, yang kalau baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Kalau jelek, akan jelek seluruh tubuhnya.

Ini menunjukkan pentingnya manusia menjaga hatinya dari perkara-perkara yang akan membuat sakit atau bahkan mematikannya, Rasulullāh menjelaskan di antara perkara yang bisa mematikan hati adalah banyak tertawa, yang akan bisa mematikan hati akan menjadi kesat dan tidak menerima petunjuk dan tidak akan ingat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka marilah kita semua berusaha untuk menghidupkan hati kita dengan banyak tadabbur Kitabullāh, membaca, memahami, mengamalkan sunnah-sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan menjauhi hal-hal yang bisa melalaikan kita, yang bisa mematikan kita dari banyak tertawa dan bahkan ketika seorang terbiasa dengan bergurau maka akan sulit baginya untuk menerima nasihat.

Dan bahkan juga akan ada ancaman yang keras dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bagi orang yang berdusta untuk membuat orang tertawa. Beliau 'alayhish shalātu was sallam bersabda:

وَيْلٌ لِمَنْ يَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ النَّاسَ، وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

Celakalah bagi orang yang dia berdusta untuk membuat manusia tertawa celakalah bagi dia, celakalah bagi dia, celakalah bagi dia.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka marilah kita menjauhi hal-hal bisa mematikan hati kita dari banyak tertawa dan bergurau yang meskipun manusia terbiasa tapi perkara yang tidak baik di dalam pandangan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam kita wajib menjauhinya. Meskipun dengan alasan refreshing dan lain sebagainya tapi tetap seorang tidak boleh berlebihan dalam tertawa yang akan bisa mematikan hatinya.

والله أعلم بالصواب

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه أجمعين.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته


Jodoh Hadits 43

Syarah Hadits ke-43
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: لا تدخل الملائكة بيتاً فيه كلب و لا صورة

Para malaikat tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya ada anjing dan gambar.

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim didalam kedua Shahihnya.

Yang menunjukkan perkara yang penting sekali, yang wajib diketahui oleh setiap muslim, yaitu bahwasanya para malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada anjing dan ada gambar.

Dan maksud malaikat disini adalah malaikat rahmah, malaikat barakah, malaikat yang membawa rahmah dan malaikat yang membawa berkah, atau malaikat yang memiliki tugas yang mulia.

Adapun para malaikat yang mencabut nyawa ataupun yang menulis dari amalan-amalan setiap manusia, maka mereka tidak pernah berpisah dari seorang mukallaf.

Maka maksud lafazh hadits ini adalah umum meliputi seluruh malaikat kecuali para malaikat yang khusus dimasukkan dalam kekhususan. Jadi meskipun lafazhnya umum tapi ada yang dikhususan dari keumuman ini yaitu para malaikat yang mereka mencatat amalan setiap manusia kemudian mencabut nyawa, maka mereka tetap masuk karena catatan amal tidak akan pernah lepas satu pun dicatatan malaikat.

Kemudian juga tentang ajal malaikat maut. Ketika ajal seorang sudah waktunya, maka dia akan mencabutnya, dia tidak peduli apakah ada gambar ataupun tidak di rumahnya, tapi akan datang mencabut nyawa orang yang sudah sampai ajalnya ini.

Hadits ini menunjukkan tentang bahaya dari orang yang memasukkan ke dalam rumahnya anjing ataupun gambar-gambar bernyawa.

Dan anjing disini adalah anjing semuanya secara umum, sebagaimana di rajihkan Imam Nawawi.

Meskipun anjing ini dibolehkan untuk dipelihara, seperti anjing yang menjaga tanaman atau anjing untuk berburu, jadi meskipun ini dibolehkan tapi tetap dalam masalah bahayanya ketika masuk dalam rumah tetap dia akan menjadikan malaikat rahmat tidak akan masuk ke dalam rumah tersebut. Meskipun anjing tersebut dibolehkan untuk dipelihara secara syara'.

Ini adalah dirajihkan Imam Nawawi bahwa anjing adalah umum sifatnya, meskipun anjing ini dibolehkan sebagai anjing peliharaan untuk menjaga tanaman atau berburu yang dibolehkan secara syar’i tetap masuk didalam hadits ini, yaitu rumah yang ada anjing tersebut tidak akan dimasuki oleh malaikat rahmah.

Kemudian juga hadits ini  menunjukkan bahaya memasukkan gambar yang bernyawa ke dalam rumah yaitu gambar dimaksud bernyawa itu adalah manusia ataupun binatang.

Adapun yang tidak bernyawa seperti tumbuh-tumbuhan kemudian bebatuan maka tidak masuk didalam larangan hadits ini.

Tidak masuk didalam hadits ini yaitu yang malaikat tidak masuk ke dalam rumah tersebut.

Termasuk gambar yang bernyawa yang menjadikan malaikat tidak masuk sebagaimana yang dijelaskan para ulama adalah gambar yang dipajang, yang nampak jelas. Bukan gambar yang tersembuny (tidak tersembunyi), ini tidak masuk di dalam hadits ini.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, hadits ini menunjukkan tentang bahaya rumah yang ada di dalamnya perkara-perkara yang membuat malaikat rahmat tidak masuk. Tentunya ini sangat berbahaya sekali. Karena ketika malaikat rahmat tidak masuk maka syaithan akan masuk kemudian akan menggoda dan mengajak kepada kejelekan yang ini jelas akan merugikan kepada penghuni rumah tersebut.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka wajib atas setiap muslim untuk mengetahui tentang hadits ini dan menjauhkan rumahnya dari gambar yang bernyawa kemudian anjing agar tidak menjadikan malaikat lari darinya.
Dan berusaha untuk menjadikan rumah tersebut rumah yang berkah, dibacakan ayat Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, dibacakan hadits-hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam kemudian juga dilakukan keta'atan ibadah didalamnya. Dilaksanakan ibadah yang sunnah dari shalat, dari tilawatil qurān dan yang lainnya, yang ini semua akan menjadikan berkah di dalam rumah tersebut.

Maka rumah seorang muslim bukan sekedar sebagai tempat untuk tidur bermalam saja, tapi sekaligus sebagai tarbiyah bagi penghuni rumah tersebut. Yang dengan tarbiyah ini jelas harus dihilangkan perkara-perkara yang membahayakan dari pembinaan tarbiyah, pendidikan kepada penghuni rumah dan dimasukkan hal-hal yang bisa mendidik, yang bisa mengarahkan kepada kebaikan. Jadi kitabullah, kitab-kitab hadits, kemudian juga dari ceramah-ceramah yang bermanfaat yang terekam dalam audio maupun visual.

Adapun hal-hal yang justru memberikan kejelekan seperti anjing ataupun gambar bernyawa ataupun audio yang berisi seruling syaithan, nyanyian-nyanyian syaithan, ini semua jelas wajib dijauhkan dari rumah seorang muslim.

Maka rumah seorang muslim adalah bagaimana rumah tersebut bisa membawa berkah keridhaan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Bukan yang dipikirkan bagaimana rumah tersebut adalah mewah atau rumah yang secara fisik indah atau megah. Akan tetapi secara ruh dia kosong dari kebaikan, maka ini jelas tidak pantas bagi rumah seorang muslim.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, hadits ini memiliki sabab wurud (sebab datang) nya sebagai hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu 'Umar radhiyallāhu 'anhumā: bahwa suatu saat jibril lambat memberikan wahyu kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Maka ternyata di dalam rumahnya ada anjing yang kemudian Jibril menyatakan bahwa malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang ada anjing dan gambar yang bernyawa di dalamnya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, dan juga datang dari hadits yang shahih bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyatakan bahwa ketika ada anjing di dalam rumah, maka pahala orang yang berada didalam rumah tersebut akan berkurang satu qirath setiap harinya.

Ini jelas sangat merugikan sekali.

Kemudian juga memasukkan gambar bernyawa di dalam rumah, ini adalah perkara menjauhkan malaikat masuk ke dalamnya, sekaligus perbuatannya dosa besar, yang gambarnya termasuk dzunub (dosa besar) yang dilarang oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bahkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan dalam hadits yang shahih bahwa: Di antara orang yang paling jelek pada hari kiamat adalah orang yang menggambar yang bernyawa, yang kemudian Allāh menyuruhnya untuk menghidupkannya.

Dan pasti dia tidak akan mungkin menghidupkannya.

Dan menggambar yang bernyawa adalah termasuk dosa besar karena ada laknat dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam

لعن الله المصورين

Semoga Allāh melaknat orang-orang yang menggambar.

Kemudian juga Rasulullāh memerintahkan agar setiap gambar ini dihilangkan, yang bernyawa dihilangkan. Dan gambar disini yang dimaksud gambar dimensi, gambar dua dimensi, atau juga masuk di dalamnya patung, yaitu 3 dimensi yang semuanya dilarang oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan Rasulullāh pernah melihat di tirai 'Aisyah radhiyallāhu ’anhā ada gambar bernyawa maka beliau tidak mau masuk ke rumahnya kemudian aisyah menjadikannya menjadi dua, dijadikan dihinakan dibawah bantalnya, dipotong dari kepalanya. Ini yang kemudian Rasūlullāh baru masuk ke dalam rumahnya.

Ini menunjukkan bahwasanya gambar yang bernyawa ketika sudah dihilangkan bentuknya yang bernyawa yaitu dihilangkan kepalanya maka dibolehkan dipasang karena dihinakan, tidak dipajang.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā , maka marilah kita bertakwa kepada Allāh, marilah kita bertaubat kepada Allāh dari seluruh kesalahan kita, menghilangkan segala hal yang menjauhkan malaikat rahmat masuk ke dalam rumah kita.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'ālā memberikan kebaikan pada kita semua dan mendatangkan rahmat dan berkah pada rumah kita dengan dibacakan Kitabullāh, sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, dilakukan ibadah di dalamnya, dijauhkan dari perkara kemaksiatan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

بارك الله فيكم

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه أجمعين.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Jodoh Hadits 42

Syarah Hadits ke-42
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Senyummu di wajah saudaramu adalah shadaqah bagimu.”

Hadits ini hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrad, Imam Tirmidzi dalam Jami’nya dan Ibnu Hibban di dalam Shahihnya dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam Shahih Al-Jāmi' AshShaghīr.

Hadits yang agung ini menunjukkan kepada kita tentang pentingnya berwajah yang berseri, tersenyum di wajah saudara kita kaum mukminin, yaitu menampakkan perasaan yang senang, ketika menghadap wajahnya, yang ini merupakan sadaqoh dari kita kepada saudara kita. Sebagaimana hadits yang datang dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang shahih ini, maka ketika kita bertemu dengan saudara kita dengan wajah yang berseri dengan tersenyum maka akan diberi pahala sebagaimana pahala atas sadaqah, yang kita lakukan karena Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Berkata sebagian ulama bahwa tersenyum dan wajah berseri, wajah yang berseri-seri adalah atsar (tanda) dari kecerahan hati, yang Allāh berfirman dalam kitabnya:

وجوه يومئذ مسفرة. ضاحكة مستبشرة

Wajah-wajah pada hari itu bercahaya, yang mereka tertawa, bergembira, berseri.

Berkata Ibnu 'Uyainah rahimahullāhu Ta'ālā: “Wajah yang berseri, keceriaan akan mendatangkan kepada perasaan yang disayang, kebajikan.”

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā,  hadits yang agung ini menunjukkan pada kita diantara jalan-jalan kebaikan, jalan untuk bershadaqah yaitu bahwa islam memberikan kelapangan dan pintu yang banyak bagi setiap mu'min untuk bersadaqoh.

Ketika dia tidak mampu melakukan shadaqah dengan hartanya maka dia bisa dan mampu bershadaqah dengan sikap yang baik, dengan senyumnya dihadapan saudaranya, yang ini tidak membutuhkan biaya yang besar, tidak membutuhkan tenaga yang banyak, yang ini merupakan perkara yang mudah, jika dia mengingatkan ini semata-mata pada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, maka akan mendapatkan pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, arti تبسم (tersenyum) sebagaimana dijelaskan oleh para ulama yaitu menampakkan gigi, atau tersenyum dengan tanpa suara.

Yang ini bukan merupakan perkara yang sulit bagi kita semua untuk melakukannya. Yang ketika seorang meniatkan ini semata karena Allāh Subhānahu wa Ta'ālā maka akan dinilai sebagai shadaqah kita kepadanya, yang shadaqah akan bisa menghapus dari kesalahan. Sebagaimana air akan bisa memadamkan api, sebagaimana hadits yang shahih dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka marilah kita semua berupaya untuk melaksanakan petunjuk Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan sesungguhnya ketika kita berniat kebaikan maka ajaran kebaikan banyak sekali. Dengan kita sekedar menampakkan wajah yang berseri dan senyum kepada saudara kita dihitung shadaqah oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Apalagi kita mampu melakukan lebih dari itu jelas lebih besar pahalanya di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Bahwasanya meremehkan dari kebaikan walaupun sekedar menampakkan wajah yang berseri yang menyenangkan hati saudara kita, itu dinilai shadaqah oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Semoga Allāh selalu memberikan taufik kepada kita untuk bisa melakukan kebaikan, untuk melakukan sikap yang baik dan wajah yang berseri dihadapan saudara kita sehingga dinilai shadaqah oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه أجمعين.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته


Jodoh Hadits 41

Syarah Hadits ke-41
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: Seorang mu’min dengan mu’min yang lain seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan sebagiannya atas sebagian yang lainnya.

Hadits ini dinyatakan shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di dalam kedua shahihnya.

Hadits ini menunjukkan tentang sebuah pemisalan yang agung dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, membuat pemisalan yang menunjukkan dan menjelaskan bagaimana seharusnya sikap dan perilaku antara kaum mu’minin (antara seorang mu’min dengan mu’min lainnya). Y

Yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyatakan bahwa seorang mu’min dengan saudara seimannya seorang mu’min yang lain seperti sebuah bangunan, yang bangunan ini tidak akan mungkin bisa kuat kecuali ketika bagian-bagian penyusun dari bangunan ini saling menguatkan satu dengan yang lainnya.

Yang ini menunjukkan bahwa ketika seorang mu’min dengan mu’min yang lain, saling membantu diantara mereka, saling menguatkan, maka akan kuatlah dari bangunan iman.

Yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ibaratkan bagaimana eratnya dan bagaimana hubungan yang sangat kuat antara kaum mu’minin sebagai sebuah bangunan yang ketika mereka saling menguatkan maka akan kuatlah dari bangunan mereka dan ketika hubungan mereka lemah maka lemah juga bangunan mereka.

Bahwa hadits ini menunjukkan bahwasanya dengan saling ta'awun (membantu) di antara kaum mu’minin akan menguatkan dari bangunan iman, dari bangunan agama.

Ketika setiap mu’min mereka membantu pada mu’min yang lainnya. Maka setiap mu’min tidak akan mungkin bisa kuat kecuali bantuan mu’min yang lain di dalam perkara agama dan perkara dunia. Yang ini menunjukkan tentang pentingnya kerja sama yang baik antara setiap mu’min dengan mu’min yang lainnya.

Yang Allāh Subhānahu wa Ta'ālā menyatakan tentang bahwa kaum mu’minin dengan kaum mu’minin yang lain adalah seperti sebuah shof (بُنْیانٌ مَرْصُوصٌ). Sebuah bangunan yang tertata, yang saling menguatkan bagian satu dengan yang lain, yang ini menunjukkan tentang pentingnya  kerja sama (ta'awun) yang baik antara kaum mu’minin.

Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam juga menyatakan:

الله في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه‏،

Dan Allāh akan selalu menolong seorang hamba selama hambaNya ini menolong saudaranya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, Allāh menyatakan sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu Hajar dan dari Ibnu Bathahal dan yang lainnya bahwa mu'awanah (saling membantu) diantara kaum mu’minin ini dalam perkara akhirat dan demikian juga dalam perkara dunia. Yang ini semua perkara yang disunahkan, yang dianjurkan agar kaum mu’minin saling membantu diantara sesama mereka.

Dan berkata Imam Nawawi rahimahullāh Ta'ālā di dalam syarah hadits ini bahwa hadist ini adalah jelas di dalam wajibnya mengagungkan hak kaum muslimin sebagian mereka dengan sebagian yang lain.

Dan hasungan agar kaum mu’minin senantiasa saling merahmati diantara mereka, saling membantu, saling menolong diantara mereka di dalam perkara-perkara yang dibolehkan secara syara' atau perkara-perkara yang dianjurkan bukan dalam perkara-perkara yang dosa atau perkara yang dibenci syariat Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, hadits yang agung ini menunjukkan agar kaum mu’minin senantiasa saling merahmati, saling mencintai di antara mereka, masing-masing mencintai saudaranya yang lain sebagaimana dia mencintai pada dirinya sendiri.

Dan berupaya untuk membawa kebaikan pada saudaranya sebagaimana mengupayakan kepada dirinya sendiri.

Maka bangunan tidak akan mungkin kuat ketika bagian-bagiannya tidak semua bersatu dengan yang lain. Demikian juga tidak mungkin kuat dari kaum mu’minin secara keseluruhan sampai mereka menjadi bangunan yang satu, yang lain saling menguatkan satu dengan yang lain, saling menolong, saling membantu di dalam segala hal yang dibutuhkan oleb saudaranya, baik dalam masalah agama maupun masalah dunia dan inilah maka akan didapatkan kebahagian.

Kemudian juga Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menggambarkan dengan gambaran yang lain bahwa antara mu’min yang satu dengan mu’min yang lain seperti tubuh yang satu, yang ketika salah satu merasakan sakit, maka seluruhnya juga merasakan sakitnya.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'ālā selalu memberikan taufiq pada kita untuk bisa saling membantu di antara kaum mu’minin, di antara kita semua kaum mu’minin dan juga saling menolong sehingga akan mendapatkan kebaikan. Kita mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat kita dan juga akan mendapatkan keridhoan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

الحمد للّه رب العلمين.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Selasa, 27 Januari 2015

Jodoh Hadits 40

Syarah Hadits ke-40
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: إِنّ اللَّهَ يُحِبّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ

Sesungguhnya Allāh mencintai jika seorang diantara kalian melakukan suatu amalan agar memperbaguskannya.

Hadist ini adalah hadits yang tsabit dari Rasulullah Shallahu’alaihi wassalam, yang diriwayatkan oleh Al Imam Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman dan dihasankan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam Shahīh Al-Jāmi' AshShghīr.

Hadits yang agung ini menunjukkan bahwasanya Allāh cinta ketika seseorang melakukan amalan maka dia menyempurnakannya, dia memperbaguskannya, dia menjadikan baik dari perbuatannya dan menjadi sempurna.

Yang Allāh Subhānahu wa Ta'ālā mencintai kesungguhan didalam beramal dan ini menunjukkan bahwa kemahiran atau seorang berusaha untuk sempurna di dalam amalannya termasuk perkara yang dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Dan para ulama menyebutkan bahwa maksud di dalam amalan ini (menyempurnakan amalan) adalah bagaimana menjadikan amalan tersebut amalan yang shalih, amal yang baik yaitu amal yang ikhlash karena Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dan menjadikan amalan tersebut sesuai mencontoh (benar sesuai dengan petunjuk) Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan hadits yang agung ini ada sabab wurudnya (ada sebab Rasūlullāh mengucapkannya), sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Abu Ya’la dan yang lainnya bahwa ada sebagian shahabat yaitu Qulaib AlJarni bersama bapaknya Syi’ab menghadiri jenazah, yang waktu itu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menghadirinya. Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda ketika itu:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ مِنَ الْعَامِلِ إِذَا عَمِلَ أَنْ يُحْسِنَ

Sesungguhnya Allāh menyukai dari seseorang yang berbuat amalan agar dia memperbagus dari amalan tersebut.

Kemudian ketika itu jenazah dikuburkan dan tidak sesuai tempatnya atau ada yang kurang pas, maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan pada orang yang lain, tutuplah bagian ini sampai kemudian orang-orang mengatakan dalam sunnah kemudian Rasūlullāh menoleh pada mereka dengan mengatakan: “Ini tidak bermanfaat bagi mayyit akan tetapi tidak memudharatkan, akan tetapi sesungguhnya Allāh jika melihat seorang hamba melakukan amalan maka dia mencintaiNya kalau dia sempurnakan dari amalan tersebut".

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, hadits yang agung ini menunjukkan tentang keutamaan seseorang yang berupaya untuk menyempurnakan amalannya.

Dan juga dalam keterangan para ulama bahwa ini mencakup amalan ukhrawi (ibadah) dan juga amalan yang berhubungan dengan dunia. Yang Allāh mencintai jika seorang melakukan sesuatu agar memperbagus dan menyempurnakan dari amalan tersebut yang ini jelas perkara yang sangat diharapkan dari seorang yang beramal.

Allāh mencintai amalan yang sempurna seperti manusia juga mencintai amalan yang sempurna. Maka ketika seorang berupaya menyempurnakan suatu amalannya dan dia termasuk orang yang mengharapkan dari kecintaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, dengan seorang menyempurnakan amalan maka akan bisa menjadikan seorang akan mendapat cinta Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, semoga Allāh Subhānahu wa Ta'ālā selalu memberikan taufik kepada kita agar bisa menyempurnakan seluruh amalan kita dengan berupaya sekuat tenaga, memperbagus seluruh amalan kita, mengikhlashkannya semata kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, memurnikan ittiba' kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, berusaha untuk muhasabah dalam semua amalan kita agar menjadi sempurna.

Kemudian juga berupaya untuk melaksanakan tugas dengan baik karena itu termasuk yang dicintai Allāh ketika seorang melaksanakan tugas dengan sempurna, sekuat tenaga, ini yang termasuk yang dicintai Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

بارك الله فيكم.

الله وإياكم من المحبين المتبعين لرسوله صلى الله عليه وآله وسلم

و السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Jodoh Hadits 39

Syarah Hadits ke-39
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: إن أفضل عباد الله يوم القيامة الحمادون

“Sesungguhnya hamba Allāh yang paling mulia pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Mu’jamnya, dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam AshShahīh Al-Jamī' AshShaghīr.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, hadits yang agung ini, Rasūlullāh menyatakan sesungguhnya orang (para hamba Allāh) yang paling mulia di hari kiamat adalah yang banyak memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

الحمادون للّه أي الذين يكثرون حمد اللّه

Alhāmmadūn yaitu yang banyak memuji Allāh yaitu mensifati Allāh dengan sifat yang indah, yang Allāh layak menerima seluruh kesempurnaan dari pujian. Dan dia memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā di dalam kondisi apapun, di dalam kondisi senang, dalam kondisi sempit dia selalu memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Dan inilah yang dicontoh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang mana 'alayhish shalātu wassalam ketika datang perkara yang menyenangkan maka beliau memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā seraya mengatakan:

الحمد لله الذي تتم بنعمته الصلهات

Segala puji bagi Allāh yang dengan Allāh-lah sempurna dengan nikmatNya perkara-perkara yang baik.

Dan ketika menjadi perkara yang tidak menyenangkan, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mencontohkan pada umatnya dengan mengucapkan:

الحمد لله على كل حال

Segala puji bagi Allāh di dalam seluruh keadaan.

Ini menunjukkan bahwa di dalam segala kondisi yang terbaik adalah memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, baik dalam kondisi sempit maupun dalam kondisi yang lapang, dalam kondisi susah maupun kondisi gembira, yang semuanya adalah memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā di dalam segala kondisi.

Dan orang yang paling banyak memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, dihadapan makhlukNya merekalah orang-orang yang paling mulia pada hari kiamat di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, hadits yang agung ini menunjukkan tentang perkara yang agung, yang menjadikan seorang mulia disisi Allāh Subhānahu wa Ta'ālā yaitu ketika mereka selalu memuji Allāh dalam segala kondisi, dalam kondisi senang memuji Allāh. Dalam kondisi sempit dan susah memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā karena semuanya adalah nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, dengan kehendak Allāh, dengan hikmahNya. Yang semuanya adalah baik bagi seorang hamba. Setiap takdir Allāh adalah baik, tidak ada satu pun takdir Allāh yang tidak baik, baik dalam kondisi menyenangkan, kalau dia bersyukur Allāh akan memberikan pahala yang besar bagi dirinya.

Kalau dia dalam kondisi sempit kemudian dia bersabar maka akan mendapat pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta'ālā sekaligus akan dihapus dari kesalahannya dan diangkat derajatnya.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, demikian juga bahwa diantara sifat orang-orang yang memuji Allāh ini, keutamaan mereka adalah mereka yang pertama kali dipanggil pada hari kiamat ke surga, sebagaimana hadits yang shahih dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

أَوَّلُ مَنْ يُدْعَى إِلَى الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يَحْمَدُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ         ّ

Sesungguhnya orang-orang yang pertama kali dipanggil ke surga adalah orang yang banyak memuji Allāh, yaitu orang-orang yang memuji Allāh dalam kondisi sempit maupun kondisi lapang.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, maka juga diantara sifat umat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, bahwa mereka adalah alhammādūn yaitu yang banyak memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, yang diriwayatkan bahwa ini terdapat di dalam kitab-kitab terdahulu, yang diriwayatkan bahwa umat Rasūlullāh sifat mereka adalah alhammādūn yaitu pemuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, maka marilah kita selalu memuji pada Allāh, meyakini dan juga berupaya untuk mengembalikan semua pada Allāh, mengimani seluruh sifat Allāh yang mulia, bahwa seluruh takdirnya adalah baik bagi kita semua. Sehingga kita memuji Allāh dalam segala kondisi, yang kondisi lapang kita bersyukur pada Allāh. Kondisi sempit kita bersabar, yaitu semua baik bagi kita. Sebagaimana sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

عَجَبًا لأمرِ المؤمنِ إِنَّ أمْرَه كُلَّهُ لهُ خَيرٌ وليسَ ذلكَ لأحَدٍ إلا للمُؤْمنِ إِنْ أصَابتهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فكانتْ خَيرًا لهُ وإنْ أصَابتهُ ضَرَّاءُ صَبرَ فكانتْ خَيرًا لهُ

Sungguh menakjubkan perkara seorang mu’min sesungguhnya seluruh perkara adalah kebaikan. Jika dia mendapat kebaikan dia bersyukur, itulah baik bagi dia, jika menimpa padanya perkara yang tidak menyenangkan maka dia bersabar maka ini adalah baik bagi dirinya.

Maka setiap mu’min adalah baik dalam segala kondisi dan mereka selalu memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā sebagaimana dinyatakan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang memuji Allāh ketika dalam kondisi kebaikan, kondisi yang senang mengucapkan:

الحمد لله الذي تتم بنعمته الصلهات

Dan ketika kondisi tidak menyenangkan beliau mengatakan:

الحمد لله على كل حال

Dan semoga selalu memberikan taufik pada kita, untuk mengikuti petunjuk Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan mengamalkan dalam kehidupan kita.

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه أجمعين.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته


Jodoh Hadits 38

Syarah Hadits ke-38
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحْسَنُكُمْ خُلُقًا

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Yang terdekat dari kalian kepada diriku pada hari kiamat majlisnya adalah yang paling bagus dari kalian akhlaqnya.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Najjar dan Tirmidzi dan yang lainnya dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam Shahih Al-Jāmi' Ash-Shaghīr.

Hadist yang agung ini menunjukkan kepada kita tentang perkara yang penting sekali. Yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyatakan keutamaannya yaitu barang siapa yang menghendaki dekatnya tempatnya (majlisnya) pada hari kiamat dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam maka hendaknya dia membaguskan dari akhlaqnya.

Karena sesungguhnya seorang akan dikumpulkan dengan orang yang paling dia dicintai. Dan sesungguhnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mencintai orang-orang yang berakhlaq mulia. Yang makārim akhlāq (akhlaq yang mulia) adalah sifat dari sifat para nabi, para shiddiqīn dan juga orang-orang yang shalih. Yang dengan akhlaq yang mulia inilah maka didapatkan derajat yang tinggi dan kedudukan yang mulia.

Yang mana Allāh 'Azza wa Jalla telah mengkhususkan nabiNya dengan suatu ayat yang menggabungkan seluruh akhlaq yang mulia, yang mana Allāh 'Azza wa Jalla berfirman dalam kitabNya:

و انك لعلى خلق عظيم

“Sesungguhnya engkau (Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam) diatas akhlaq yang agung.”

Kemudian juga dengan husnul khulūq (akhlaq yang mulia/baik) akan mewajibkan membawa kepada saling mencintai dan saling menyayangi, kemudian juga saling membantu. Sebaliknya, dengan akhlaq yang jelek akan menimbulkan saling membenci, saling dengki dan saling memusuhi

Oleh karena itulah maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam begitu banyak didalam hadits-haditsnya menghasung kita semua kaum muslimin agar berakhlaq yang mulia.

'Alayhish shalātu was salām bersabda:

أكثر ما يدخل الناس الجنة التقوى وحسن الخلق

Kebanyakan yang memasukkan manusia ke surga adalah taqwa kepada Allāh dan akhlaq yang mulia.

Kemudian juga dalam hadits yang lain Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ

Sesungguhnya orang dengan akhlaq yang baiknya bisa mencapai derajat orang yang banyak berpuasa dan banyak qiyamul lail.

Kemudian juga manusia yang paling dicintai Allāh adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. Dan diantara amalan yang mulia yang dicintai Allāh Subhānahu wa Ta'ālā adalah kesenangan yang dimasukkan ke dalam diri seorang muslim, yaitu ketika dia memberikan sikap yang baik yang menyenangkannya, ini merupakan perkara dicintai Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Dan masih banyak lagi dari arahan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam agar setiap muslim berakhlaq yang mulia menahan diri dari hal yang tidak baik.

Dan juga sirah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah contoh yang terbaik di dalam akhlaq yang mulia. Bagaimana beliau bermualamah, bergaul dengan dirinya bersama istri-istrinya, tetangganya, kaum muslimin yang lemah dan yang jahil (yang bodoh) dari mereka. Bahkan bagaimanakah beliau 'alayhish shalātu was salām bersama orang kafir, yang Allāh berfirman dalam kitabNya:

ولا يجر منكم شنئان قوم على ألا تعدلوا اعدلو هو أقرب للتقوى

Janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum menjadikan kalian tidak adil. Dan berbuat adilah karena adil lebih dekat kepada takwa.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, hadits yang agung ini menunjukkan kepada kita tentang cara bagaimana kita menjadi orang yang terdekat dengan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pada hari kiamat yaitu dengan membaguskan, memuliakan dari akhlaq kita semua.

Dan pokok (landasan) dari akhlaq yang mulia adalah hendaknya seseorang dia memberikan kebaikan yang dimiliki, yang dia mampu kepada kaum muslimin kepada saudaranya. Kemudian menahan diri dari mengganggu mereka dan juga berupaya menyikapi mereka dengan akhlaq yang baik dengan sikap yang menyenangkan mereka.

Sebaliknya akhlaq yang tercela adalah ketika seseorang memberikan sikap yang jelek dan juga mengganggu dan juga tidak menyikapi dan tidak menghadapi saudaranya dengan sikap yang baik.

Ini adalah akhlaq yang tercela yang selayaknya dijauhi oleh setiap muslim agar dia termasuk orang-orang yang berakhlaq mulia yang dekat dengan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pada hari kiamat.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, maka marilah kita semua berupaya untuk menjadi orang yang terdekat dengan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pada hari kiamat dengan membaguskan dari akhlaq-akhlaq kita, agar termasuk orang-orang yang terdekat dengan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'ālā selalu memberikan taufiq pada kita agar bisa mengikuti petunjuk Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bahkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyatakan bahwa kesempurnaan iman dari seorang mu’min diukur dengan kebagusan dari akhlaqnya.

Yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ أَخْلَاقًا،

Orang-orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaqnya.

Maka hendaknya setiap mu’min beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dengan akhlaqnya dan dengan bagaimana baiknya dia bergaulnya bersama seluruh manusia karena Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Bukan karena mengharapkan dukungan mereka, atau mengharapkan kedudukan atau harta ataupun pujian dari mereka atau ingin meminjam harta dari mereka.

Tapi bergaullah dengan manusia dengan baik agar dicintai Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Dan agar dia dicintai oleh manusia dengan dia dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Maka jadilah seorang mu’min menjadikan husnul khuluq sebagai ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Yang dia berupaya bergaul dengan manusia dengan kemahirannya dalam pergaulan dengan mereka dengan baik, dengan orang yang kaya, dengan orang yang miskin, dengan seorang direktur dan juga tukang sapu. Dan seorang yang miskin dengan seorang yang kaya, dia mempergauli mereka dengan baik, sesuai yang dipetunjukkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, marilah kita memperbagus akhlaq kita agar termasuk orang yang dekat dengan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pada hari kiamat.

جعلنا الله وإياكم من الفائزين من المحبين المتبعين لرسوله صلى الله عليه وآله وسلم.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

Jodoh Hadits 37

Syarah Hadits ke-37
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: إِذَا كَانَ اثْنَانِ يَتَنَاجَيَانِ فَلا تَدْخُلْ بَيْنَهُمَا

Jika ada 2 orang yang saling berbisik maka janganlah kamu masuk diantara keduanya.

Ini adalah hadits yang shahih yang diriwayatkan Al-Hakim dalam Mustadrāk, yang diriwayatkan oleh Imam Ahmd dalam Musnadnya, dan Imam Asakir dalam kitab Tarikh Dimasyq. Dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani didalam Shahīh Al-Jami' AshShaghīr. Kemudian juga didalam Silsilah Hadīts AshShahīhah.

Hadits ini menunjukkan adab yang penting yang selayaknya diikuti oleh setiap muslim, yaitu jika ada 2 orang yang saling berbisik dengan bisikan yang merupakan rahasia antara keduanya, maka janganlah kamu masuk diantara keduanya, jangan kamu ikut-ikutan ke dalam perkara yang dirahasiakan keduanya atau kamu mendengarkan, yang ini akan menyakiti keduanya. Dan Allah membenci 2 orang yang menyakiti mu'min yang lainnya.

Hadits ini menujukkan adab yang agung yang selayaknya diikuti setiap muslim yaitu bahwasanya hendaknya dia meninggalkan hal yang bukan urusannya dan ini juga masuk dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه

Termasuk baiknya keIslaman seseorang, dia meninggalkan apa yang merupakan bukan urusannya.

Yang tidak berhubungan dengan dunia dan akhiratnya. Yang hadits ini menunjukkan tentang adab bahwa seseorang dilarang untuk nimbrung atau masuk di dalam pembicaraan 2 orang yang mereka tidak suka ketika ada orang lain yang mendengarkan, makanya ketika ada yang masuk mereka keduanya tidak suka, ini dilarang oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan ini termasuk dari peringatan (larangan) dari hal yang akan membuat ketidaksukaan dan membuat permasalah diantara sesama mu’min yaitu ketika mereka merasa diganggu dengan didengarkan rahasia dari keduanya. Yang ini jelas akan menimbulkan perasaan tidak enak, menimbulkan perasaan yang tidak senang yang akan membuat hubungan tidak baik diantara sesama kaum mu’minin.

Maka selayaknya ada 2 orang yang saling berbisik maka kita tidak masuk dalam pembicaraan keduanya agar kita tidak menyakiti keduanya. Yang Allah membenci orang yang menyakiti mu’min yang lainnya.

Kemudian juga ada faidah hadits ini bahwa ini termasuk larangan dari mencari-cari rahasia orang lain. Yang ini juga otomatis merupakan larangan dari mencari-cari atau berupaya melihat dari rahasia orang lain yang ini merupakan adab yang jelek ketika orang mencari-cari rahasia dari seorang mu’min yang lainnya.

Kemudian juga ada adab yang lain bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang ketika hanya bertiga, kemudian dua orang berbisik, ini juga dilarang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam karena akan menyedihkan, membuat sedih orang yang ketiga ini. Dia merasa tidak di-orang-kan dan dia merasa bahwa keduanya mengucilkan dia. Ini juga termasuk dari perkara yang dilarang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Makanya yang pertama dilarang yaitu ketika ada 2 orang yang berbisik Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang orang yang ke-3 masuk dalam ke-2nya.

Demikian juga ketika hanya bertiga, maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam juga melarang 2 orang kemudian berbicara sendiri dengan pembicaraan yang tidak didengar oleh orang yang ketiga.
Dan dua-duanya adalah perkara yang dilarang oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Maka selayaknya setiap mu’min menjauhi dua hal ini yaitu:
⑴ Masuk dalam pembicaraan 2 orang sedang merahasiakan sesuatu.
⑵ Demikian juga jangan sampai ketika ada 3 orang kemudian yang 2 orang berbicara berbisik-bisik dengan tanpa mempedulikan pada orang ke-4.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh 'Azza wa Jalla, semoga Allāh Subhānahu wa Ta'ālā memberikan kebaikan pada kita semua, memberikan kepada kita taufiq bisa mengikuti adab-adab yang islami, adab-adab yang ditunjukkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan menjauhkan kita dari adab-adab yang tercela yang akan membuat kejelekan diri kita dan juga kepada setiap mu’min yang lainnya.

والله أعلم بالصواب

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه أجمعين.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

PENGARUH ISTRI TERHADAP PEKERJAAN SUAMI

Dari Kholid bin Yazid, ia berkata : Hasan al-Bashri رحمه الله تعالى berkata:

"Aku datang kepada seorang pedagang kain di Makkah untuk membeli baju, lalu si pedagang mulai memuji-muji dagangannya dan bersumpah, lalu akupun meninggalkannya dan aku katakan, "Tidaklah layak beli dari orang semacam itu", lalu aku pun beli baju dari pedagang yang lain.

Dua tahun setelah itu aku (pergi untuk menunaikan ibadah) haji, dan aku bertemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah. lalu aku bertanya kepadanya : "Bukankah engkau orang yang dulu pernah berjumpa denganku beberapa tahun lalu?"

Ia menjawab : "Ya benar!"

Aku bertanya lagi : "Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang?! Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji dagangan mu dan (mengumbar) sumpah!"

Lantas ia pun bercerita : "Dahulu aku mempunyai istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rejeki, maka ia meremehkannya, dan jika aku datang kepadanya dengan rejeki yang banyak maka ia (akan) menganggapnya sedikit. Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita. Yang jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata :

Wahai suamiku, bertakwalah kepada Allah, jangan engkau beri makan aku melainkan dengan yang thoyyib (halal), dan jika engkau datang kepadaku dengan sedikit rejeki, aku akan menganggapnya banyak. Dan jika engkau tidak dapat apa-apa, (maka) aku akan membantumu memintal (kain). 

* Al-Mujaalasah wa Jawaahirul ‘Ilm (V/252) karya Abu Bakr Ahmad bin Marwan bin Muhammad ad-Dainuri al-Qodhi al-Maliki *


Semoga dari kisah ini dapat diambil pelajaran bagi kita dalam mengarungi hidup berumahtangga.
Sebarkan, mudah2an anda mendapatkan bagian dari pahalanya..

-------------------------------
WA Dakwah Jalyat Unaiza_Indo
Ikuti di no : +966509273346

Senin, 26 Januari 2015

✏ MENGHINDARI PUJIAN & POPULARITAS ✏

Written By Nuruddin Abu Faynan on Senin, 26 Januari 2015 | 07.36

       Di antara kebiasaan orang-orang shalih adalah : mereka berusaha untuk lari dari pujian manusia & pengagungan mereka, serta memberci popularitas di kalangan manusia.

       Ini menunjukan keikhlasan mereka kepada Allah, dimana mereka mencukupkan diri dengan pengetahuan Allah sajalah tentang keadaan mereka, dan hanya berharap pahala dari Allah terhadap amalan mereka.

       Engkau melihat orang-orang seperti mereka tidak butuh pujian serta tidak butuh popularitas di antara manusia. mereka tidak mendambakan pujian & popularitas itu, bahkan mereka membencinya.

      Mereka berharap menjadi orang yang tidak diperhitungkan di antara manusia, serta tiada yang memperhatikan amalan mereka selain Allah, namun  Allah tidak berkehendak demikian, bahkan Allah berkehendak agar mereka terkenal, Allah meninggikan kedudukan mereka, mereka banyak disebut di kalangan manusia, dan Allah meletakkan di hati para hamba-Nya kecintaan terhadap mereka.

       Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertaqwa yang kaya lagi tidak menampakan dirinya" HR:Muslim (2965).

KEBIASAAN SALAFUS SHALIH

       ✏ Kisah Uwais Al-Qarni (bisa dilihat kisahnya dalam Shahih Muslim no. 2542):
Apabila kafilah dari Yaman datang, 'Umar bin Khaththab bertanya kepada mereka: "Adakah di antara kalian Uwais bin 'Amir?" Sehingga suatu saat 'Umar mendatangi Uwais dan minta agar Uwais memintakan ampun untuknya, karena Uwais adalah seorang tabi'in yang sangat berbakti kepada ibunya, dan rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan bahwa  jika Uwais berdo'a, do'anya pasti dikabulkan, maka Uwaispun melakukan apa yang diminta 'Umar.
Kemudian Umar bertanya kepada Uwais: "Anda mau pergi kemana?"
Uwais menjawab: "Kuufah",
Umar bertanya: "Perlukah saya tulis untukmu sebuah memo kepada pegawai saya di Kufah (agar dia memenuhi kebutuhanmu -pen)?
Ia menjawab: Aku lebih senang menjadi manusia yang tidak diperhitungkan."

       ✏ Imam Syafi'i rahimahullah berkata: "Aku ingin jika manusia mempelajari ilmu ini, mereka tidak menisbatkan sedikitpun ilmu ini kepadaku"
Hilyatul  Aulia (9/118).

       ✏ Sufyan Ats-Tsauri berpesan kepada saudaranya: "Waspadalah, janganlah engkau  mencintai kedudukan, karena zuhud pada kedudukan itu lebih sulit dari pada zuhud pada dunia"
Hilyatul Aulia (6/387).

       ✏ Ibrahim bin Adham berkata: "Tidaklah tulus kepada Allah, orang yang mencintai ketenaran"  Hilyatul Aulia ( 8/19).

PELAJARAN YANG BISA DIAMBIL :

       ♥ Pesan di atas menunjukan keutamaan "menghindari pujian", serta tercelanya "cinta popularitas".

       ♥ Ketenaran yang tercela adalah "minta untuk terkenal",  jika ketenaran itu datang dari sisi Allah tanpa diminta, maka tidak tercela, hanya saja adanya ketenaran itu merupakan ujian bagi yang lemah imannya.
Lihat: Mukhtasar Minhaj Al Qaasidin (hal 210).


       Demikian, semoga bermanfa'at
--------------

Makkah 06/4/ 1436 H.
By: Nuruddin Abu Faynan
Editor: Arfah Ummu Faynan

http://abufaynan.blogspot.com/2015/01/menghindari-pujian-popularitas.html

SEPENGGAL KISAH DI BAWAH LANGIT TURKY

Di dalam buku hariannya Sultan Murad IV mengisahkan, bahwa suatu malam dia merasakan kekalutan yang sangat, ia ingin tahu apa penyebabnya. Maka ia memanggil kepala pengawalnya dan memberitahu apa yang dirasakannya.

Sultan berkata kepada kepada kepala pengawal: "Mari kita keluar sejenak.

Diantara kebiasaan sang Sultan adalah melakukan blusukan dimalam hari dengan cara  menyamar.

Mereka pun pergi, hingga tibalah mereka disebuah lorong yang sempit. Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak di atas tanah. Sang Sultan menggerak-gerakkan lelaki itu, ternyata ia telah meninggal. Namun orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya tak sedikitpun mempedulikannya.

Sultanpun memanggil mereka, mereka tak menyadari kalau orang tersebut adalah Sultan. Mereka bertanya: "Apa yang kau inginkan?.
Sultan menjawab: "Mengapa orang ini meningal tapi tidak ada satu pun diantara kalian yang mau mengangkat jenazahnya? Siapa dia? Dimana keluarganya?"

Mereka berkata: "Orang ini Zindiq, suka menenggak minuman keras dan berzina".

Sultan menimpali: "Tapi . . bukankah ia termasuk umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam? Ayo angkat jenazahnya, kita bawa ke rumahnya".

Mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya.

Melihat suaminya meninggal, sang istripun pun menangis. Orang-orang yang membawa jenazahnya langsung pergi, tinggallah sang Sultan dan kepala pengawalnya.

Dalam tangisnya sang istri berucap: Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah.. Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang sholeh"
Mendengar ucapan itu Sultan Murad kaget.. Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang mengatakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya".

Sang istri menjawab: "Sudah kuduga pasti akan begini...

Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko-toko minuman keras, dia membeli minuman keras dari dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu di bawah ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata: "Aku telah meringankan dosa kaum muslimin".

Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka uang dan berkata: "Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi".

Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: "Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam".

Orang-orangpun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir.

Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: "Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, mensholatimu dan menguburkan jenazahmu".

Ia hanya tertawa, dan berkata: "Jangan takut, bila aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, para Ulama dan para Auliya".

Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: "Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad, dan besok pagi kita akan memandikannya, mensholatkannya dan menguburkannya".

Demikianlah, akhirnya prosesi penyelenggaraan jenazah laki-laki itu dihadiri oleh Sultan, para ulama, para masyaikh dan seluruh masyarakat.
(Kisah ini diceritakan kembali oleh Syaikh Al Musnid Hamid Akram Al Bukhory dari Mudzakkiraat Sultan Murad IV)

Wallahu a'lam
 
📝 Catatan:

Jangan suka menilai orang lain dari sisi lahiriahnya saja.
Atau menilainya berdasarkan ucapan orang lain.
Terlalu banyak yang tidak kita ketahui..
Apalagi soal yang tersimpan di tepian paling jauh di hatinya.
Kedepankan prasangka baik terhadap saudaramu.
Boleh jadi orang yang selama ini kita anggap sebagai penduduk Jahannam, ternyata penghuni Firdaus yang masih melangkah di bumi.

Ingat...
Diantara hal yang paling banyak membuat orang diseret masuk kedalam neraka adalah karena ulah lisannya...

___________________
Madinah 02/04/1436 H
ACT EL Gharantaly

---------------------------------------
Dicopas dari FB Aan Chandra Thalib
Repost: WA Dakwah Jalyat Unaiza_Indo
Ikuti di no: +966509273346

Minggu, 25 Januari 2015

♥ POM BENSIN CINTA ♥

Written By Nuruddin Abu Faynan on Minggu, 25 Januari 2015 | 02.21

♥ Di pagi hari, suami berangkat ke tempat kerjanya, sedangkan istri tinggal di rumah untuk mengerjakan tugasnya, atau adakalanya sepasang suami istri berangkat ke tempat pekerjaan masing-masing, lalu keduanya bertemu setelah zhuhur di kamar tidur untuk istirahat, kemudian keduanya kembali kepada  kegiatan dan pekerjaannya masing-masing:  adakalanya suami keluar untuk melanjutkan pekerjaannya atau untuk keperluan lain, dan begitu pula seorang istri melanjutkan kegiatannya dengan  mengajari anak-anak dan lain sebagainya, pada malam hari sepasang suami istri bertemu kembali di kamar tidur untuk istirahat.

♥ Setelah melihat kegiatan di atas, kita perhatikan bahwa di sana ada titik kebersamaan antara sepasang suami istri yang mereka mesti bertemu padanya, walaupun  banyak pekerjaan, dan kadang berubahnya suatu hal yang telah direncanakan, namun pada akhirnya ... keduanya mesti bertemu di kamar tidur ... seolah-olah kamar ini bagaikan "pom bensin"  bagi sepasang suami istri, agar mengisi "bahan bakar"  untuk keesokan harinya mereka berangkat kepada pekerjaan masing-masing.

♥ Oleh karena itu, sarana istirahat di kamar tidur mesti terpenuhi, sehingga sepasang suami istri berangkat darinya dengan diri yang tenang dan jiwa yang nyaman.

♥ Peran Kamar Tidur :

Di sini kita bertanya-bertanya tentang beberapa sarana yang membuat ketenangan antara suami istri di kamar tidur, dan sarana-sarana itu :

Sebagian berkaitan dengan penataan & isi kamar tidur: ranjang, aroma wangi, cahaya lampu, warna dan bunga.

Sebagian yang lain berhubungan dengan sisi-sisi antara keduanya sebelum tidur, berupa sentuhan yang lembut, kata-kata romantis, dan hak ranjang.

Kemudian yang utama: "sarana keimanan" antara sepasang suami istri: wudhu sebelum tidur, shalat witir, bacaan surat al-falaq dan surat an-nas (Muawwidzatain), ayat kursi, dzikir do'a sebelum tidur, kemudian bangun untuk shalat pada sepertiga malam yang terakhir, dilanjutkan dengan shalat shubuh dan berdzikir kepada Allah ta'ala.

Sangat Penting :
Sesungguhnya tiga sarana ini penting sekali untuk merealisasikan istirahatnya badan dan jiwa bagi sepasang suamu istri,  dan  di antara sarana untuk merealisasikannya :

✏ Ada yang terletak di pundak seorang istri.
✏ Ada yang terletak di pundak suami.
✏ Ada yang tidak akan terealisasikan kecuali dengan kerjasama keduanya untuk merealisasikannya.

♥ Oleh karenanya sepasang suami istri akan merasakan kenyaman yang tiada bandingannya, kamar tidur merupakan hal yang penting dalam kehidupan keduanya, serta mempunyai suasana yang khusus dan kegiatannya yang khusus pula.

♥ Jika salah seorang dari pasangan suami istri tersebut bepergian sedangkan yang lainnya menetap, pasti kamar tidur itu terasa lain, masing-masing suami istri akan merindukan pasangannya, hal ini karena keduanya merasakan kenyamanan berada bersama pasangannya.

# Perbedaan antara pasangan ini dan pasangan itu :

Jika demikian mesti ada perhatian dengan kamar tidur, karena :
- Berapa banyak perceraian terjadi dengan sebab kamar tidur?
- Berapa banyak pertengkaran terjadi di kamar tidur?
- Berapa banyak penghinaan dan saling meremehkan terjadi di kamar tidur?
- Berapa banyak pukulan dan kekasaran keduanya disaksikan di kamar tidur?

Dan sebaliknya ;
♥ Berapa banyak dari pasangan suami istri dalam keadaan bahagia di kamar tidurnya?

Perbedaan antara pasangan ini dan pasangan itu adalah perbedaan mereka dalam hal kesadaran untuk "kerjasama" yang tulus, serta kesungguhan untuk merealiasasikan sarana-sarana kenyamanan.

Sesungguhnya perbedaan antara "kamar tidur yang bahagia" dengan "kamar tidur yang sengsara" -setelah taufiq dari Allah- adalah perbedaan USAHA pasangan suami istri untuk merealisasikan sarana kenyamanan atau  tidak adanya usaha mereka ke arah tersebut.

♥ Demikian, semoga bermanfa'at.


*Diambil dari artikel tanggal 24/7/2008 via "Muntada Al-Mahabbah" dengan tema: "Mahaththahh Al-Benzin Sya-iun Jadzdzab"

-------------------
Makkah  05/04/1436 H
Dialih bahasakan secara bebas oleh: Nuruddin Abu Faynan
Editor: Arfah Ummu Faynan

http://abufaynan.blogspot.com/2015/01/pom-bensin-cinta.html

PENOPANG DA'WAH, PERTAMA: ✏ "ILMU" ✏

Written By Nuruddin Abu Faynan on Jumat, 23 Januari 2015 | 23.51

Tulisan ini merupakan serial ✏EMPAT BELAS KAIDAH DALAM BERDA'WAH ✏ , yang kali ini masih membahas MUQADDIMAH, Alhamdulillah kita sampai pada pembahasan PENOPANG DA'WAH.

Pada pertemuan ini akan saya sebutkan 7 point yang menopang keberhasilan da'wah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Saudaraku ...
Da'wah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā itu memiliki banyak penopang, yang menjadikan  tujuan yang diinginkan bisa terealisasikan.

Di antara penopang da'wah yang paling penting  adalah:
⑴ ILMU
⑵ IKHLASH
⑶ PANDANGAN & TUJUAN YANG JELAS
⑷ SARANA YANG SELAMAT DARI PENYIMPANGAN
⑸ DIMULAI DARI YANG PALING PENTING, KEMUDIAN YANG PENTING
⑹ STRATEGI YANG SELAMAT DALAM BERDA'WAH
⑺ INTROSPEKSI & EVALUASI

Saudaraku ...
PENOPANG PERTAMA adalah "ILMU"
.
Ilmu syar'i merupakan salah satu penopang tercapainya tujuan yang diinginkan dalam berda'wah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā,  mengetahui kitab Allāh dan mengetahui sunnah Nabi shallallāhu 'alahi wa sallam.

Yang dimaksud dengan "ILMU" di sini adalah mengilmui ketauhidan kepada Allāh dalam ke-Rububiyyah-anNya, ke-Uluhiyyah-annya, juga Asma Allāh dan Shifat Allāh, mengilmui hukum-hukum halal dan haram, mengilmui perkara-perkara yang wajib dan lainnya.

Nampak sekali pentingnya ilmu syar'i, wahyu yang pertama kali  Allah turunkan dalam Al-Qur'an Al-Karim adalah perintah untuk belajar, perintah untuk membaca, perintah untuk menulis,

Allāh Tabāraka Wa Ta'ālā berfirman dalam surat Al'Alaq ayat 1-5:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (١) خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ  (٣) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (٤) عَلَّمَ الإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (٥)

  Memiliki kapasitas ilmu syar'i yang memadai merupakan tuntutan yang amat penting serta penopang yang paling pokok dalam beramal di medan da'wah.

?Mengapa

♥ Karena "ILMU" bisa membimbing kepada agama yang shahih ;  dalam aqidah , ibadah, akhlaq dan semua amalan yang shalih.

♥ Kebodohan dalam agama mengakibatkan nampaknya penyimpangan dan kontradiksi dalam aqidah dan ibadah.

♥ Oleh karena itu Allāh menyanjung kepada ahlul 'ilmu didalam surat AzZumār ayat 9,

Allāh berfirman:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ. إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ

"Katakanlah "Apakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? ". Sesungguhnya orang yang ingat itu adalah yang berakal"

Dalam ayat yang lain Allāh menyanjung ahli ilmu:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

"Hanyalah saja yang takut kepada Allāh diantara para hambaNya itu adalah para 'ulama" (Fāthir 28)

Demikian
Semoga bermanfaat.

Makkah 04/4/1436 H.
----------------

 By: Ustadz Nuruddin Abu Faynan, pada Grup WhatsApp "Kajian Audio Muslim & Muslimah*
*Dicatat oleh Ukhti Maria Ulfah Ummu Abdirrahman
*Editor: Arfah Ummu Faynan

http://abufaynan.blogspot.com/2015/01/penopang-dawah-pertama-ilmu.html