Selasa, 27 Januari 2015

Jodoh Hadits 40

Syarah Hadits ke-40
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: إِنّ اللَّهَ يُحِبّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ

Sesungguhnya Allāh mencintai jika seorang diantara kalian melakukan suatu amalan agar memperbaguskannya.

Hadist ini adalah hadits yang tsabit dari Rasulullah Shallahu’alaihi wassalam, yang diriwayatkan oleh Al Imam Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman dan dihasankan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam Shahīh Al-Jāmi' AshShghīr.

Hadits yang agung ini menunjukkan bahwasanya Allāh cinta ketika seseorang melakukan amalan maka dia menyempurnakannya, dia memperbaguskannya, dia menjadikan baik dari perbuatannya dan menjadi sempurna.

Yang Allāh Subhānahu wa Ta'ālā mencintai kesungguhan didalam beramal dan ini menunjukkan bahwa kemahiran atau seorang berusaha untuk sempurna di dalam amalannya termasuk perkara yang dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Dan para ulama menyebutkan bahwa maksud di dalam amalan ini (menyempurnakan amalan) adalah bagaimana menjadikan amalan tersebut amalan yang shalih, amal yang baik yaitu amal yang ikhlash karena Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dan menjadikan amalan tersebut sesuai mencontoh (benar sesuai dengan petunjuk) Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan hadits yang agung ini ada sabab wurudnya (ada sebab Rasūlullāh mengucapkannya), sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Abu Ya’la dan yang lainnya bahwa ada sebagian shahabat yaitu Qulaib AlJarni bersama bapaknya Syi’ab menghadiri jenazah, yang waktu itu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menghadirinya. Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda ketika itu:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ مِنَ الْعَامِلِ إِذَا عَمِلَ أَنْ يُحْسِنَ

Sesungguhnya Allāh menyukai dari seseorang yang berbuat amalan agar dia memperbagus dari amalan tersebut.

Kemudian ketika itu jenazah dikuburkan dan tidak sesuai tempatnya atau ada yang kurang pas, maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan pada orang yang lain, tutuplah bagian ini sampai kemudian orang-orang mengatakan dalam sunnah kemudian Rasūlullāh menoleh pada mereka dengan mengatakan: “Ini tidak bermanfaat bagi mayyit akan tetapi tidak memudharatkan, akan tetapi sesungguhnya Allāh jika melihat seorang hamba melakukan amalan maka dia mencintaiNya kalau dia sempurnakan dari amalan tersebut".

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, hadits yang agung ini menunjukkan tentang keutamaan seseorang yang berupaya untuk menyempurnakan amalannya.

Dan juga dalam keterangan para ulama bahwa ini mencakup amalan ukhrawi (ibadah) dan juga amalan yang berhubungan dengan dunia. Yang Allāh mencintai jika seorang melakukan sesuatu agar memperbagus dan menyempurnakan dari amalan tersebut yang ini jelas perkara yang sangat diharapkan dari seorang yang beramal.

Allāh mencintai amalan yang sempurna seperti manusia juga mencintai amalan yang sempurna. Maka ketika seorang berupaya menyempurnakan suatu amalannya dan dia termasuk orang yang mengharapkan dari kecintaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, dengan seorang menyempurnakan amalan maka akan bisa menjadikan seorang akan mendapat cinta Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, semoga Allāh Subhānahu wa Ta'ālā selalu memberikan taufik kepada kita agar bisa menyempurnakan seluruh amalan kita dengan berupaya sekuat tenaga, memperbagus seluruh amalan kita, mengikhlashkannya semata kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, memurnikan ittiba' kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, berusaha untuk muhasabah dalam semua amalan kita agar menjadi sempurna.

Kemudian juga berupaya untuk melaksanakan tugas dengan baik karena itu termasuk yang dicintai Allāh ketika seorang melaksanakan tugas dengan sempurna, sekuat tenaga, ini yang termasuk yang dicintai Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

بارك الله فيكم.

الله وإياكم من المحبين المتبعين لرسوله صلى الله عليه وآله وسلم

و السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Jodoh Hadits 39

Syarah Hadits ke-39
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: إن أفضل عباد الله يوم القيامة الحمادون

“Sesungguhnya hamba Allāh yang paling mulia pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Mu’jamnya, dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam AshShahīh Al-Jamī' AshShaghīr.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, hadits yang agung ini, Rasūlullāh menyatakan sesungguhnya orang (para hamba Allāh) yang paling mulia di hari kiamat adalah yang banyak memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

الحمادون للّه أي الذين يكثرون حمد اللّه

Alhāmmadūn yaitu yang banyak memuji Allāh yaitu mensifati Allāh dengan sifat yang indah, yang Allāh layak menerima seluruh kesempurnaan dari pujian. Dan dia memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā di dalam kondisi apapun, di dalam kondisi senang, dalam kondisi sempit dia selalu memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Dan inilah yang dicontoh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang mana 'alayhish shalātu wassalam ketika datang perkara yang menyenangkan maka beliau memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā seraya mengatakan:

الحمد لله الذي تتم بنعمته الصلهات

Segala puji bagi Allāh yang dengan Allāh-lah sempurna dengan nikmatNya perkara-perkara yang baik.

Dan ketika menjadi perkara yang tidak menyenangkan, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mencontohkan pada umatnya dengan mengucapkan:

الحمد لله على كل حال

Segala puji bagi Allāh di dalam seluruh keadaan.

Ini menunjukkan bahwa di dalam segala kondisi yang terbaik adalah memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, baik dalam kondisi sempit maupun dalam kondisi yang lapang, dalam kondisi susah maupun kondisi gembira, yang semuanya adalah memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā di dalam segala kondisi.

Dan orang yang paling banyak memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, dihadapan makhlukNya merekalah orang-orang yang paling mulia pada hari kiamat di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, hadits yang agung ini menunjukkan tentang perkara yang agung, yang menjadikan seorang mulia disisi Allāh Subhānahu wa Ta'ālā yaitu ketika mereka selalu memuji Allāh dalam segala kondisi, dalam kondisi senang memuji Allāh. Dalam kondisi sempit dan susah memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā karena semuanya adalah nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, dengan kehendak Allāh, dengan hikmahNya. Yang semuanya adalah baik bagi seorang hamba. Setiap takdir Allāh adalah baik, tidak ada satu pun takdir Allāh yang tidak baik, baik dalam kondisi menyenangkan, kalau dia bersyukur Allāh akan memberikan pahala yang besar bagi dirinya.

Kalau dia dalam kondisi sempit kemudian dia bersabar maka akan mendapat pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta'ālā sekaligus akan dihapus dari kesalahannya dan diangkat derajatnya.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, demikian juga bahwa diantara sifat orang-orang yang memuji Allāh ini, keutamaan mereka adalah mereka yang pertama kali dipanggil pada hari kiamat ke surga, sebagaimana hadits yang shahih dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

أَوَّلُ مَنْ يُدْعَى إِلَى الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يَحْمَدُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ         ّ

Sesungguhnya orang-orang yang pertama kali dipanggil ke surga adalah orang yang banyak memuji Allāh, yaitu orang-orang yang memuji Allāh dalam kondisi sempit maupun kondisi lapang.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, maka juga diantara sifat umat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, bahwa mereka adalah alhammādūn yaitu yang banyak memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, yang diriwayatkan bahwa ini terdapat di dalam kitab-kitab terdahulu, yang diriwayatkan bahwa umat Rasūlullāh sifat mereka adalah alhammādūn yaitu pemuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, maka marilah kita selalu memuji pada Allāh, meyakini dan juga berupaya untuk mengembalikan semua pada Allāh, mengimani seluruh sifat Allāh yang mulia, bahwa seluruh takdirnya adalah baik bagi kita semua. Sehingga kita memuji Allāh dalam segala kondisi, yang kondisi lapang kita bersyukur pada Allāh. Kondisi sempit kita bersabar, yaitu semua baik bagi kita. Sebagaimana sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

عَجَبًا لأمرِ المؤمنِ إِنَّ أمْرَه كُلَّهُ لهُ خَيرٌ وليسَ ذلكَ لأحَدٍ إلا للمُؤْمنِ إِنْ أصَابتهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فكانتْ خَيرًا لهُ وإنْ أصَابتهُ ضَرَّاءُ صَبرَ فكانتْ خَيرًا لهُ

Sungguh menakjubkan perkara seorang mu’min sesungguhnya seluruh perkara adalah kebaikan. Jika dia mendapat kebaikan dia bersyukur, itulah baik bagi dia, jika menimpa padanya perkara yang tidak menyenangkan maka dia bersabar maka ini adalah baik bagi dirinya.

Maka setiap mu’min adalah baik dalam segala kondisi dan mereka selalu memuji Allāh Subhānahu wa Ta'ālā sebagaimana dinyatakan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang memuji Allāh ketika dalam kondisi kebaikan, kondisi yang senang mengucapkan:

الحمد لله الذي تتم بنعمته الصلهات

Dan ketika kondisi tidak menyenangkan beliau mengatakan:

الحمد لله على كل حال

Dan semoga selalu memberikan taufik pada kita, untuk mengikuti petunjuk Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan mengamalkan dalam kehidupan kita.

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه أجمعين.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته


Jodoh Hadits 38

Syarah Hadits ke-38
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحْسَنُكُمْ خُلُقًا

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Yang terdekat dari kalian kepada diriku pada hari kiamat majlisnya adalah yang paling bagus dari kalian akhlaqnya.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Najjar dan Tirmidzi dan yang lainnya dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam Shahih Al-Jāmi' Ash-Shaghīr.

Hadist yang agung ini menunjukkan kepada kita tentang perkara yang penting sekali. Yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyatakan keutamaannya yaitu barang siapa yang menghendaki dekatnya tempatnya (majlisnya) pada hari kiamat dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam maka hendaknya dia membaguskan dari akhlaqnya.

Karena sesungguhnya seorang akan dikumpulkan dengan orang yang paling dia dicintai. Dan sesungguhnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mencintai orang-orang yang berakhlaq mulia. Yang makārim akhlāq (akhlaq yang mulia) adalah sifat dari sifat para nabi, para shiddiqīn dan juga orang-orang yang shalih. Yang dengan akhlaq yang mulia inilah maka didapatkan derajat yang tinggi dan kedudukan yang mulia.

Yang mana Allāh 'Azza wa Jalla telah mengkhususkan nabiNya dengan suatu ayat yang menggabungkan seluruh akhlaq yang mulia, yang mana Allāh 'Azza wa Jalla berfirman dalam kitabNya:

و انك لعلى خلق عظيم

“Sesungguhnya engkau (Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam) diatas akhlaq yang agung.”

Kemudian juga dengan husnul khulūq (akhlaq yang mulia/baik) akan mewajibkan membawa kepada saling mencintai dan saling menyayangi, kemudian juga saling membantu. Sebaliknya, dengan akhlaq yang jelek akan menimbulkan saling membenci, saling dengki dan saling memusuhi

Oleh karena itulah maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam begitu banyak didalam hadits-haditsnya menghasung kita semua kaum muslimin agar berakhlaq yang mulia.

'Alayhish shalātu was salām bersabda:

أكثر ما يدخل الناس الجنة التقوى وحسن الخلق

Kebanyakan yang memasukkan manusia ke surga adalah taqwa kepada Allāh dan akhlaq yang mulia.

Kemudian juga dalam hadits yang lain Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ

Sesungguhnya orang dengan akhlaq yang baiknya bisa mencapai derajat orang yang banyak berpuasa dan banyak qiyamul lail.

Kemudian juga manusia yang paling dicintai Allāh adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. Dan diantara amalan yang mulia yang dicintai Allāh Subhānahu wa Ta'ālā adalah kesenangan yang dimasukkan ke dalam diri seorang muslim, yaitu ketika dia memberikan sikap yang baik yang menyenangkannya, ini merupakan perkara dicintai Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Dan masih banyak lagi dari arahan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam agar setiap muslim berakhlaq yang mulia menahan diri dari hal yang tidak baik.

Dan juga sirah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah contoh yang terbaik di dalam akhlaq yang mulia. Bagaimana beliau bermualamah, bergaul dengan dirinya bersama istri-istrinya, tetangganya, kaum muslimin yang lemah dan yang jahil (yang bodoh) dari mereka. Bahkan bagaimanakah beliau 'alayhish shalātu was salām bersama orang kafir, yang Allāh berfirman dalam kitabNya:

ولا يجر منكم شنئان قوم على ألا تعدلوا اعدلو هو أقرب للتقوى

Janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum menjadikan kalian tidak adil. Dan berbuat adilah karena adil lebih dekat kepada takwa.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, hadits yang agung ini menunjukkan kepada kita tentang cara bagaimana kita menjadi orang yang terdekat dengan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pada hari kiamat yaitu dengan membaguskan, memuliakan dari akhlaq kita semua.

Dan pokok (landasan) dari akhlaq yang mulia adalah hendaknya seseorang dia memberikan kebaikan yang dimiliki, yang dia mampu kepada kaum muslimin kepada saudaranya. Kemudian menahan diri dari mengganggu mereka dan juga berupaya menyikapi mereka dengan akhlaq yang baik dengan sikap yang menyenangkan mereka.

Sebaliknya akhlaq yang tercela adalah ketika seseorang memberikan sikap yang jelek dan juga mengganggu dan juga tidak menyikapi dan tidak menghadapi saudaranya dengan sikap yang baik.

Ini adalah akhlaq yang tercela yang selayaknya dijauhi oleh setiap muslim agar dia termasuk orang-orang yang berakhlaq mulia yang dekat dengan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pada hari kiamat.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, maka marilah kita semua berupaya untuk menjadi orang yang terdekat dengan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pada hari kiamat dengan membaguskan dari akhlaq-akhlaq kita, agar termasuk orang-orang yang terdekat dengan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'ālā selalu memberikan taufiq pada kita agar bisa mengikuti petunjuk Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bahkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyatakan bahwa kesempurnaan iman dari seorang mu’min diukur dengan kebagusan dari akhlaqnya.

Yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ أَخْلَاقًا،

Orang-orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaqnya.

Maka hendaknya setiap mu’min beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dengan akhlaqnya dan dengan bagaimana baiknya dia bergaulnya bersama seluruh manusia karena Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Bukan karena mengharapkan dukungan mereka, atau mengharapkan kedudukan atau harta ataupun pujian dari mereka atau ingin meminjam harta dari mereka.

Tapi bergaullah dengan manusia dengan baik agar dicintai Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Dan agar dia dicintai oleh manusia dengan dia dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Maka jadilah seorang mu’min menjadikan husnul khuluq sebagai ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Yang dia berupaya bergaul dengan manusia dengan kemahirannya dalam pergaulan dengan mereka dengan baik, dengan orang yang kaya, dengan orang yang miskin, dengan seorang direktur dan juga tukang sapu. Dan seorang yang miskin dengan seorang yang kaya, dia mempergauli mereka dengan baik, sesuai yang dipetunjukkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, marilah kita memperbagus akhlaq kita agar termasuk orang yang dekat dengan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pada hari kiamat.

جعلنا الله وإياكم من الفائزين من المحبين المتبعين لرسوله صلى الله عليه وآله وسلم.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

Jodoh Hadits 37

Syarah Hadits ke-37
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: إِذَا كَانَ اثْنَانِ يَتَنَاجَيَانِ فَلا تَدْخُلْ بَيْنَهُمَا

Jika ada 2 orang yang saling berbisik maka janganlah kamu masuk diantara keduanya.

Ini adalah hadits yang shahih yang diriwayatkan Al-Hakim dalam Mustadrāk, yang diriwayatkan oleh Imam Ahmd dalam Musnadnya, dan Imam Asakir dalam kitab Tarikh Dimasyq. Dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani didalam Shahīh Al-Jami' AshShaghīr. Kemudian juga didalam Silsilah Hadīts AshShahīhah.

Hadits ini menunjukkan adab yang penting yang selayaknya diikuti oleh setiap muslim, yaitu jika ada 2 orang yang saling berbisik dengan bisikan yang merupakan rahasia antara keduanya, maka janganlah kamu masuk diantara keduanya, jangan kamu ikut-ikutan ke dalam perkara yang dirahasiakan keduanya atau kamu mendengarkan, yang ini akan menyakiti keduanya. Dan Allah membenci 2 orang yang menyakiti mu'min yang lainnya.

Hadits ini menujukkan adab yang agung yang selayaknya diikuti setiap muslim yaitu bahwasanya hendaknya dia meninggalkan hal yang bukan urusannya dan ini juga masuk dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه

Termasuk baiknya keIslaman seseorang, dia meninggalkan apa yang merupakan bukan urusannya.

Yang tidak berhubungan dengan dunia dan akhiratnya. Yang hadits ini menunjukkan tentang adab bahwa seseorang dilarang untuk nimbrung atau masuk di dalam pembicaraan 2 orang yang mereka tidak suka ketika ada orang lain yang mendengarkan, makanya ketika ada yang masuk mereka keduanya tidak suka, ini dilarang oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan ini termasuk dari peringatan (larangan) dari hal yang akan membuat ketidaksukaan dan membuat permasalah diantara sesama mu’min yaitu ketika mereka merasa diganggu dengan didengarkan rahasia dari keduanya. Yang ini jelas akan menimbulkan perasaan tidak enak, menimbulkan perasaan yang tidak senang yang akan membuat hubungan tidak baik diantara sesama kaum mu’minin.

Maka selayaknya ada 2 orang yang saling berbisik maka kita tidak masuk dalam pembicaraan keduanya agar kita tidak menyakiti keduanya. Yang Allah membenci orang yang menyakiti mu’min yang lainnya.

Kemudian juga ada faidah hadits ini bahwa ini termasuk larangan dari mencari-cari rahasia orang lain. Yang ini juga otomatis merupakan larangan dari mencari-cari atau berupaya melihat dari rahasia orang lain yang ini merupakan adab yang jelek ketika orang mencari-cari rahasia dari seorang mu’min yang lainnya.

Kemudian juga ada adab yang lain bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang ketika hanya bertiga, kemudian dua orang berbisik, ini juga dilarang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam karena akan menyedihkan, membuat sedih orang yang ketiga ini. Dia merasa tidak di-orang-kan dan dia merasa bahwa keduanya mengucilkan dia. Ini juga termasuk dari perkara yang dilarang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Makanya yang pertama dilarang yaitu ketika ada 2 orang yang berbisik Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang orang yang ke-3 masuk dalam ke-2nya.

Demikian juga ketika hanya bertiga, maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam juga melarang 2 orang kemudian berbicara sendiri dengan pembicaraan yang tidak didengar oleh orang yang ketiga.
Dan dua-duanya adalah perkara yang dilarang oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Maka selayaknya setiap mu’min menjauhi dua hal ini yaitu:
⑴ Masuk dalam pembicaraan 2 orang sedang merahasiakan sesuatu.
⑵ Demikian juga jangan sampai ketika ada 3 orang kemudian yang 2 orang berbicara berbisik-bisik dengan tanpa mempedulikan pada orang ke-4.

Kaum mu’minin yang dirahmati Allāh 'Azza wa Jalla, semoga Allāh Subhānahu wa Ta'ālā memberikan kebaikan pada kita semua, memberikan kepada kita taufiq bisa mengikuti adab-adab yang islami, adab-adab yang ditunjukkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan menjauhkan kita dari adab-adab yang tercela yang akan membuat kejelekan diri kita dan juga kepada setiap mu’min yang lainnya.

والله أعلم بالصواب

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه أجمعين.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

PENGARUH ISTRI TERHADAP PEKERJAAN SUAMI

Dari Kholid bin Yazid, ia berkata : Hasan al-Bashri رحمه الله تعالى berkata:

"Aku datang kepada seorang pedagang kain di Makkah untuk membeli baju, lalu si pedagang mulai memuji-muji dagangannya dan bersumpah, lalu akupun meninggalkannya dan aku katakan, "Tidaklah layak beli dari orang semacam itu", lalu aku pun beli baju dari pedagang yang lain.

Dua tahun setelah itu aku (pergi untuk menunaikan ibadah) haji, dan aku bertemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah. lalu aku bertanya kepadanya : "Bukankah engkau orang yang dulu pernah berjumpa denganku beberapa tahun lalu?"

Ia menjawab : "Ya benar!"

Aku bertanya lagi : "Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang?! Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji dagangan mu dan (mengumbar) sumpah!"

Lantas ia pun bercerita : "Dahulu aku mempunyai istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rejeki, maka ia meremehkannya, dan jika aku datang kepadanya dengan rejeki yang banyak maka ia (akan) menganggapnya sedikit. Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita. Yang jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata :

Wahai suamiku, bertakwalah kepada Allah, jangan engkau beri makan aku melainkan dengan yang thoyyib (halal), dan jika engkau datang kepadaku dengan sedikit rejeki, aku akan menganggapnya banyak. Dan jika engkau tidak dapat apa-apa, (maka) aku akan membantumu memintal (kain). 

* Al-Mujaalasah wa Jawaahirul ‘Ilm (V/252) karya Abu Bakr Ahmad bin Marwan bin Muhammad ad-Dainuri al-Qodhi al-Maliki *


Semoga dari kisah ini dapat diambil pelajaran bagi kita dalam mengarungi hidup berumahtangga.
Sebarkan, mudah2an anda mendapatkan bagian dari pahalanya..

-------------------------------
WA Dakwah Jalyat Unaiza_Indo
Ikuti di no : +966509273346