Senin, 02 Februari 2015

Bahagianya Orang Yang Ikhlas

BimbinganIslam.co
Rabu, 30 Rabi'ul Awwal 1436 H / 21 Januari 2015 M
Ustadz Firanda Andirja, MA
Materi Tematik
Bahagianya Orang Yang Ikhlas
Video Source https://www.youtube.com/watch?v=ghrxdWK2eqs
Download Audio
https://www.dropbox.com/s/5p71or7abmnppy5/AUD-20150121-WA0031.mp3?dl=0
----------------------------

BAHAGIANYA ORANG YANG IKHLASH

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Alhamdulillāh washshalātu wassalāmu ’ala Rasūlillāh.

Sesungguhnya orang yang paling berbahagia adalah orang yang paling ikhlash. Semakin dia meningkatkan keikhlasannya maka dia akan semakin berbahagia.

Bagaimana dia tidak berbahagia?

Allāh Subhānahu wa Ta'ālā mengetahui kebaikannya, Allah mengetahui amalannya dan dia menyerahkan ibadahnya semata-mata hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Seseorang di atas muka bumi ini bahagia kalau dia bisa dikenal oleh orang yang mulia, dikenal oleh pejabat. Apalagi dia dikenal oleh misalnya bupati, apalagi dikenal oleh presiden misalnya. Dia bahagia, presiden mengenalnya.

Lantas bagaimana jika yang mengenalnya adalah Rabbul ‘ālamīn, Pencipta dan Penguasa alam semesta ini? Yang jika menghendaki sesuatu hanya mengatakan, “Kun, fayakun”.

Orang yang ikhlash adalah orang yang paling bahagia .

Suatu saat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah berkata kepada Ubay bin Ka’ab, Abu Mundzir radhiallāhu ‘anhu, kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

يَا أُبَيٍّ إِنَّ الله أَمَرَنِي أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ القرآن

"Wahai Ubay, sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'ālā memerintahkan aku untuk membacakan Al Qur’an kepadamu.”

Maka Ubay berkata:

هَلْ سَمَّانِي لك

“Rasūlullāh, apakah Allah menyebutkan namaku kepadamu?”

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

سَمَّاكَ لي

“Ya, Allāh Subhānahu wa Ta'ālā telah menyebut namamu dihadapanku.”

فَجَعَلَ أُبَيٌّ يَبْكِي

Maka Ubay bin Ka’ab pun menangis.

Kenapa? Ubay menangis karena sangat gembira.

Allāh Subhānahu wa Ta'ālā mengenalnya, Allah menyebut namanya.

Orang yang ikhlash, dia tahu bahwasannya Allāh mengetahui amal ibadahnya. Meskipun mungkin orang lain tidak ada yang melihatnya.

Mungkin orang lain tidak mempedulikannya, mungkin orang lain merendahkannya, tapi dia tahu dan yakin, bahwasannya apa yang dia lakukan, kebaikan yang dia lakukan diketahui oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Oleh karena itu, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullāh dalam kitabnya “Al Wasaail Al Mufidah Lil Hayati Sa’iidah” (Kiat-kiat Untuk Meraih Kabahagiaan), beliau menyebutkan:

“Di antara hal yang bisa mendatangkan kebahagian yaitu seseorang tatkala sedang berbuat baik kepada orang lain, jangan dia menganggap sedang bermuamalah dengan orang tersebut, tetapi sedang bermuamalah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā”.

Tatkala dia memberikan sumbangan kepada orang lain, tatkala dia memberikan bantuan uang kepada orang lain, dia ingat bahwasannya sekarang ini sedang bermuamalah dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, Allāh sedang melihat dia memberi sumbangan.

Muamalah dia bukan dengan orang yang dia bantu, tapi muamalah dia dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.
Sehingga jika perkaranya demikian, yang dia harapkan hanyalah pujian Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, yang dia harapkan Allāh mengetahui siapa dirinya.

Semakin dia ikhlash, semakin tidak ada orang yang mengetahui amalannya, Allāh akan semakin mengetahui dia, Allāh akan semakin mengenalnya, Allāh akan semakin mencintainya.

Oleh karenanya dia tidak peduli dengan komentar orang-orang yang dia bantu, dia tidak perlu dengan komentar orang lain.

Dan syi'arnya sebagaimana orang-orang yang bertakwa yang Allāh sebutkan dalam Al Qur’an:

 إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

“Kami memberi makan kepada kalian karena Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, muamalah kami dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, bukan dengan kalian. Kami tidak butuh dari kalian terima kasih dan kami tidak butuh dari kalian balasan.” (QS: Al-Insaan: 9)

Inilah orang yang paling ikhlash, orang yang paling bahagia.

Adapun orang yang tidak ikhlash, dia senantiasa sibuk mendengar komentar orang lain tentang bagaimana amalan dia. Apakah dia dipuji, apakah dia dicela.

Tapi orang ikhlash, dia tidak peduli dengan perkataan orang lain, yang penting dia baik di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Dia tahu bahwasanya pujian manusia tidak akan meninggikan derajatnya dan dia tahu bahwa celaan manusia pun tidak akan merendahkan derajatnya, yang penting dia baik di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Benar-benar konsentrasi dia, bawasannya dia bermuamalah dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Karenanya, para pemirsa yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, diantara 7 golongan yang akan Allāh naungi pada dihari kiamat kelak, ada dua orang yang ikhlas yang Allāh menyebutkan atau Rasulullah shallallāhu 'alayhi wa sallam sebutkan tentang ciri khusus mereka itu ikhlas.

1. Yang pertama, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

رَجُلٌ تَصَدَّقَ بِ يَمِينِهِ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ

"Seseorang yang dia berinfaq dengan tangan kanannya kemudian dia sembunyikan sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan olah tangan kanannya".

Dia bahagia tatkala dia tahu bahwasanya hanya Allāh yang mengetahui amalan dia. Dia tidak perdulikan komentar orang lain, bahkan dia sengaja menyembunyikan amalannya, agar yang mengetahui hanyalah Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Dia tidak butuh pujian orang lain.

2. Yang kedua, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diantaranya.

رَجُلٌ ذَكَرَ الله خَلَاءٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

"Seseorang yang tatkala dia mengingat Allāh dalam bersendirian, maka kemudian matanya mengalirkan air mata"

Orang ini, dia bersendirian dan dia begitu merasakan kelezatan tatkala mengingat Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, tatkala mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Dia seakan-akan sedang berbicara langsung dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, sehingga diapun menangis meskipun tidak ada yang melihat dia, mengeluarkan air mata kebahagiaan.

Kenapa?

Allāh mengetahui tangisan dia, Allāh mengetahui dia mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Bahkan diantara tafsiran para ulama: "Demikian pula seseorang yang tatkala dihadapan orang banyak, namun saking ikhlasnya, dia bisa mengkondisikan dirinya seakan-akan dia sedang sendirian.

Kenapa? Karena dia tidak mempedulikan komentar orang lain.

Sehingga dia tetap menangis meskipun dihadapan banyak orang. Dia yakin sedang bermuamalah dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Sehingga meskipun dihadapan banyak orang, dia tetap menangis karena mengagungkan keagungan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Para pamirsa yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, anda akan bahagia jika anda mengikhlashkan amalan ibadah anda hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Adapun jika anda kemudian sibuk dengan komentar orang lain, sibuk dengan pujian orang lain atau sibuk dengan cercaan orang lain terhadap anda, maka anda tidak akan pernah bahagia.

Karena tidak mungkin ada seorangpun yang akan dipuji oleh semua orang, tidak mungkin, mustahil.

Betapapun baiknya anda, pasti ada yang memuji dan pasti ada yang mencela.

Kalau Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, Rabbul 'ālamīn, Pencipta alam semesta ini tidak selamat dari celaan ciptaan-Nya, ciptaan makhluknya, seperti orang-orang yahudi mengatakan bahwasanya,

يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ

“Tangan Allāh terbelenggu,”

Mereka mengatakan:

إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ

“Sesungguhnya Allāh miskin dan kamilah yang kaya.”

Allāh Subhānahu wa Ta'ālā tidak selamat dari cercaan makhluknya.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang memiliki akhlak super mulia pun tidak selamat dari cercaan kaumnya.

Bagaimana dengan kita?
Bagaimana dengan anda?

Tentunya mengharapkan keridhaan seluruh manusia adalah sesuatu yang mustahil, sebagaimana perkataan Imam Syāfi’iy rahimahullāh:

رضا الناس غاية لا تدرك

“Bahwasanya mencari keridhaan manusia adalah suatu hal yang mustahil (tujuan yang mustahil) untuk diraih”.

Karenanya, ikatkan hati anda hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Yakinlah bahwasanya anda sedang bermuamalah dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, maka anda akan bahagia karena Allāh yang akan membahagiakan anda dan anda tidak akan memperdulikan komentar manusia.

Wallāhu Ta'ālā A’lam bish-shawāb.

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّه وَبَرَكَاتُه


Anda Adalah Orang Yang Bodoh, Jika...

BimbinganIslam.com
Senin, 28 Rabi'ul Awwal 1436 H / 19 Januari 2015 M
Ustadz Firanda Andirja, MA
Materi Tematik
Anda Adalah Orang Yang Bodoh, Jika...
Download Audio
https://www.dropbox.com/s/4bo1rhxi76zv7xj/tematik%20.mp3?dl=0
Video Source
https://www.youtube.com/watch?v=ZlFxb828B-U
_____________________________________

ANDA ADALAH ORANG YANG BODOH, JIKA...

Anda adalah orang yang bodoh!
Anda adalah orang yang jahil!

Meskipun anda menghafal AlQur'an...
Meskipun anda shalat berjama'ah di masjid...
Meskipun anda sering menghadiri pengajian...
Bahkan meskipun anda seorang ustadz!

Anda adalah seorang yang bodoh dan jahil. Kapan?

Jika anda bermaksiat kepada Allāh.

Allāh menegaskan sampai dalam 3 ayat menyatakan kebodohan anda.

1. Allāh Subhānahu wa Ta'ālā berfirman:

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ

Allāh menamakan orang-orang yang mengerjakan keburukan bahwasanya mereka mengerjakannya dengan kebodohan/dengan kejahilan. (AnNisaa 17)

2. Dalam ayat lain kata Allāh Subhānahu wa Ta'ālā:

مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوءًا بِجَهَالَةٍ

Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian yang melakukan keburukan dengan kejahilan. (Al-An'am 54)

3. Dalam kalimat yang lain Allāh Subhānahu wa Ta'ālā:

ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ عَمِلُوا السُّوءَ بِجَهَالَةٍ

Kemudian Rabb engkau terhadap orang-orang yang melakukan kemaksiatan dengan kejahilan. (AnNahl 119)

Dalam 3 ayat ini Allāh menyatakan anda adalah orang yang jahil, kapan?

Sekali lagi, tatkala anda bermaksiat.

Jangan terpedaya dengan apa yang anda hafalkan...
Jangan terpedaya dengan amalan shalih yang anda lakukan...

Jika anda terjerumus ke maksiat, sesungguhnya anda benar-benar dalam kejahilan, dalam kedunguan dan dalam kebodohan.

Kenapa anda dikatakan bodoh?

Anda bodoh bahwasanya tatkala anda sedang bermaksiat, Allah sedang melihat apa yang anda lakukan.

Anda bodoh dan dungu, sesungguhnya malaikat sedang mencatat apa yang sedang anda lakukan.

Anda bodoh dan dungu, sesungguhnya kaki anda, tangan anda, bumi akan menjadi saksi atas apa yang anda lakukan.

Anda adalah orang yang bodoh tatkala sedang bermaksiat. Kenapa?

Karena maksiat tersebut bisa menghalangi rizki anda,

Maksiat tersebut bisa mengurangi keimanan anda,

Maksiat tersebut bisa memberi dampak yang buruk bagi keluarga dan anak-anak anda.

Sungguh bodoh orang yang bermaksiat.

Sekali lagi...

Anda adalah orang yang jahil, yang bodoh dan dungu, tatkala sedang bermaksiat. Kenapa?

Tatkala anda sedang bermaksiat, anda telah begitu dungu mengutamakan kelezatan yang sementara dengan mengorbankan kelezatan yang abadi.

Kelezatan yang sedikit, kelezatan dunia, kelezatan maksiat yang hanya sebentar sehingga akhirnya anda mengorbankan kelezatan surga yang sempurna dan abadi.

Hanya orang bodoh yang seperti ini.

Anda belum mengaku sebagai orang yang bodoh??

Tidakkah anda tahu bahwasanya kelezatan sedikit dari maksiat yang anda lakukan bisa menjerumuskan anda dalam neraka Jahannam?

Anda masih mengaku pintar ??

Anda benar-benar bodoh !

Tidakkah anda tahu bisa jadi tatkala anda bermaksiat, Allāh mencabut nyawa anda sehingga andapun meninggal dalam keadaan su'ul khatimah.

Oleh karenanya anda adalah orang yang bodoh !

Tidak ada jalan keluar dari kebodohan anda kecuali bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, kembali kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.


Seorang Muslim Mulia Akhlaqnya

BimbinganIslam.com
Rabu, 7 Rabi'ul Akhir 1436 H / 28 Januari 2015 M
Ustadz Firanda Andirja, MA
Materi Tematik
Seorang Muslim Mulia Akhlaqnya
Download Audio
https://www.dropbox.com/s/178i8wg809esbxb/AUD-20150128-WA0010.mp3?dl=0
Video Source
https://www.youtube.com/watch?v=O9yz96HUnUc
---------------

SEORANG MUSLIM MULIA AKHLAQNYA

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Seorang yang cerdas adalah seorang yang berusaha mencari amalan-amalan yang pahalanya besar.

Karena kita sadar bahwasanya umur kita tidak lama, kemampuan kita beramalpun tidak selamanya kuat.

Oleh karenanya para shahabat terdahulu selalu bertanya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟

"Amalan mana yang paling afdhal, ya Rasūlullāh?"

Diantara amalan yang afdhal yang hendaknya kita lakukan adalah berakhlaq mulia.

Berakhlaq mulia adalah amalan yang sangat luar biasa.

Dalam hadits, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

لَيْسَ شيْءٌ أَثْقَلُ في مِيزَانِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ

"Tidak ada amalan yang paling berat timbangannya di akhirat kelak seperti akhlaq yang mulia."

Ini menunjukkan bahwasanya akhlaq yang mulia jika diletakkan ditimbangan di akhirat kelak sangat berat.

Kemudian juga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam haditsnya pernah berkata:

إنَّ الرَّجُلَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ

"Sesunguhnya seseorang dengan akhlaqnya yang mulia bisa meraih derajat orang yang senantiasa puasa sunnah dan senantiasa shalat malam."

• Orang ini, mungkin jarang shalat malam
• Orang ini, mungkin bahkan tidak shalat malam
• Orang ini, mungkin tidak puasa sunnah.

Akan tetapi, karena akhlaqnya mulia maka dia bisa mencapai derajat orang-orang yang senantiasa shalat malam dan senantiasa puasa sunnah.

Karenanya, kita berusaha menghiasi diri kita dengan akhlaq yang mulia.

Dalam hadits, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

أنا زَعِيمٌ ببيتٍ في أعْلَى الجنَّةِ لمنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

"Aku menjamin istana di atas surga bagi orang yang memperindah akhlaqnya."

Akhlaq bisa diperindah.

Rasūlullāh mengatakan bahwa beliau menjamin istana di surga yang paling tinggi bagi orang yang memperindah akhlaqnya.

Contoh nyata dari praktek akhlaq yang mulia sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Perhatikan!

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أَقْرَبَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاقًا      

"Orang yang paling dekat dengan aku pada hari kiamat kelak (tentunya disurga) yaitu orang yang paling baik akhlaqnya."

Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan, siapa orang yang paling baik akhlaqnya.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

الْمُوَطَّئُونَ أَكْنَافًا ، الَّذِينَ يَأْلَفُونَ وَيُؤْلَفُونَ ،

"Yaitu orang-orang yang membentangkan tangan-tangan mereka yaitu orang-orang yang mudah untuk bergaul dan mudah untuk diajak bergaul."

Ternyata di antara akhlaq yang mulia adalah mudah untuk bergaul dan mudah untuk diajak bergaul.

َلا خَيْرَ فِيمَنْ لا يَأْلَفُ وَلا يُؤْلَفُ

"Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bisa bergaul dan tidak bisa diajak bergaul."

Lantas bagaimana kita bisa mudah bergaul?

Tentunya jika kita:
• murah senyum
• ramah tamah
• tidak sombong
• tidak angkuh
• menghargai oranglain

Ini agar kita bisa mudah bergaul, agar orang tertarik dengan kita.

Terutama tatkala kita ingin berdakwah. Kita ingin masyrakat menerima dakwah kita.

Bagaimana caranya agar mereka mau bergaul dengan kita?

Agar kita mudah bergaul dengan mereka?

Maka janganlah kita menjadikan kita seakan-akan eksklusif yang membuat orang seakan-akan enggan untuk dekat dengan kita.

Maka nashihat saya kepada para ikhwan sekalian...

Bagi anda yang berpenampilan islami, dengan jenggot yang panjang...

Jadilah anda lebih manis dengan jenggot anda...

Murah senyum...

Orang akan semakin tertarik tatkala melihat anda manis dengan jenggot anda...

Bukan sebaliknya,

Semakin sangar...
Semakin dijauhi orang...
Semakin ditakuti oleh orang...

Ini cara yang keliru.

Demikian juga ukhti muslimah, saudariku...

Tatkala anda memakai jilbab...

Tatkala anda memakai cadar...

Jadilah anda sebagai seorang wanita yang ramah...

Jika melewati oranglain maka tegur...

Jika melewati ibu-ibu yang tidak berjilbab maka salami... tegurlah dia...

Tunjukkanlah bahwasanya wanita yang berjilbab dan bercadar adalah seorang wanita yang rahmat...

Seorang wanita yang mudah untuk beramah tamah dengan oranglain...

Bukan tampilan seorang yang eksklusif, yang jika melewati oranglain cuek, tidak menegur, sehingga terkesan seakan-akan merendahkan, seakan-akan menghinakan.

Dan saya ingatkan, hati-hati jangan sampai seorang menjadi sebaliknya!

Yaitu orang yang paling hina di hadapan Allāh pada hari kiamat kelak.

Siapakah orang tersebut?

Orang tersebut adalah orang yang dijauhi oleh masyarakat, tidak ingin didekati oleh masyarakat.

Kenapa?

Karena:
• lisannya yang kotor
• tidak menghargai orang lain
• suka menghina orang lain

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْْ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ

"Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya dihari kiamat kelak adalah orang yang ditinggalkan oleh manusia (masyarakat) karena mereka tidak ingin disakiti oleh lisannya yang kotor."

Dalam riwayat lain اتِّقَاءَ شَرِّهِ.

Karena manusia ingin menjauh dari keburukannya.

Karenanya, manislah anda dengan jenggot anda, dan indahlah anda dengan jilbab dan cadar anda dihadapan masyarakat.

والحمد للّه رب العلمين

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته.

Adab dan Etika dalam Bercanda

BimbinganIslam.com
Senin, 5 Rabi'ul Akhir 1436 H / 26 Januari 2015 M
Ustadz Firanda Andirja, MA
Materi Tematik
Adab dan Etika dalam Bercanda
Download Audio
https://www.dropbox.com/s/u305wm18ewst1go/AUD-20150126-WA0017.mp3?dl=0
Video Source
https://www.youtube.com/watch?v=wMs_gcSZ6MI
--------------------

ADAB DAN ETIKA BERCANDA


السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Seorang muslim boleh bercanda sebagaimana Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam juga terkadang bercanda.

Bahkan seorang shahabat berkata kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

يَا رَسُولَ اللهِ ، إِنَّكَ تُدَاعِبُنَا

"Wahai Rasūlullāh, sesungguhnya engkau mencandai kami."

Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:

نَعَمْ، وَ لاَ أَقُوْلُ إِلاَّ حَقًّا

"Benar, akan tetapi aku tidak pernah berkata kecuali yang benar."

(HR. Ahmad dari Abu Hurairah)

Oleh karenanya diriwayatkan bagaimana Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam terkadang mencandai para shahabatnya.

Suatu saat ada seorang shahabat mendatangi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, kemudian berkata:

يَا رَسُوْلَ اللَّهِ احْمِلْنِى

"Ya Rasūlullāh, naikkan aku di atas tunggangan."

Maka, kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

 إِنَّا حَامِلُوكَ عَلَى وَلَدِ نَاقَةٍ

"Kami akan mengangkat engkau (menunggangkan engkau) di atas anak unta."

Shahabat ini, tatkala mendengar akan dinaikkan di atas anak unta terbayang akan naik di atas unta yang kecil kemudian melakukan perjalanan di atas unta yang kecil.

Maka dia protes kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

“Wahai Rasūlullāh, apa yang harus aku lakukan dengan anak unta ini? Bagaimana dia bisa membawaku?”

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan dan Beliau ternyata sedang bercanda, Beliau mengatakan:

 وهل تلد الإبل إلا النوق

"Bukankah setiap unta itu dilahirkan, setiap unta walau sudah besarpun masih jadi anak ibunya."

(HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi dari Anas)

Jadi, (begitulah) canda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian juga suatu hari ada seorang wanita mendatangi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam kemudian dia berkata:

يَا رَسُوْلُ الله، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُدْخِلَنِي الْجَنَّةَ

"Ya Rasūlullāh, do'akanlah agar aku dimasukkan ke dalam surga oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā."

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:

يَا أُمَّ فُلاَنٍ، إِنَّ الْجَنَّةَ لاَ تَدْخُلُهَا عَجُوزٌ

"Wahai ummu fulanah, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh orang yang sudah tua."

Wanita tua inipun berbalik dan bersedih.

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan:

Sesungguhnya surga itu dimasuki oleh orang yang muda. Kalau sudah tua akan dijadikan muda oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, tidak ada orang tua di surga."

(HR. At Tirmidzi)

Ini termasuk canda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dari sini kita mengetahui bahwasanya ada adab-adab dalam bercanda.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bukanlah seorang yang selalu serius, tetapi Beliau juga orang yang mudah bergaul, mudah tersenyum.

Oleh karenanya Jarir bin 'Abdillah radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu pernah berkata:

ما رآني رسول الله إلا تبسم في وجهي

'Tidaklah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melihatku kecuali dia tersenyum dihadapan wajahku."

(Muttafaq 'alaihi)

Dalam riwayat lain:

إلا ضحك

"Kecuali Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tertawa."

(HR. Bukhari)

Ini menunjukkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam orangnya periang, suka tersenyum dihadapan para shahabatnya dan terkadang Beliau bercanda.

Namun di sana ada adab-adab dalam bercanda, yaitu:

① Jangan jadikan candaan itu adalah kegiatan kita sehari-hari, ini adalah hukum asal.

Seseorang tidaklah kita ketemu dia kecuali sedang bercanda, ini tidak benar.

Hukum asalnya seorang muslim harus serius dalam pekerjaannya, aktivitasnya, agar dia meraih keberhasilan.
Namun bukan berarti dia harus serius terus-menerus.

Dia juga butuh bercanda untuk:

* meregangkan otot-ototnya.
* menghilangkan kepenatan yang dirasakan.
* menghilangkan kebosanan
* mengembalikan lagi semangat beraktivitas.

Akan tetapi bukanlah kemudian bercanda terus menerus.

Karena bercanda terus menerus dan berlebih-lebihan (dan semua yang berlebih-lebihan) itu tidak baik.

Maka seorang terkadang akan keras hatinya karena terlalu sering tertawa (bercanda) dan seriusnya kurang.

② Seorang tidak boleh berdusta (berbohong).

Sebagaimana tadi candaan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bahkan ada larangan keras dalam hal ini.

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam suatu hadits:

ويلٌ للذي يحدِّثُ بالحديثِ ليُضحكَ بهِ القومَ فيكذِبُ ويلٌ لهُ ثُمَّ ويلٌ لهُ

"Celaka bagi orang yang menyampaikan suatu pembicaraan agar membuat suatu kaum tertawa dengan dia berdusta, celaka dia dan celaka dia."

(HR. Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi dan Hakim)

Lihatlah dalam hadits ini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan "celaka" sebanyak 3x kepada orang yang sengaja berdusta dalam rangka untuk membuat orang-orang tertawa.

Ini tidak boleh.

Memang terkadang menggelikan tapi kalau itu adalah dusta maka ini tercela disisi Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Sebaliknya, syari'at memberi semangat bagi orang-orang agar tatkala bercanda tidak berdusta.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا

"Aku menjamin surga di tengah (aku menjamin istana ditengah surga) bagi seorang yang meninggalkan dusta meskipun dalam kondisi bercanda."

(HR. Abu Dawud)

Maka tidak boleh seorang bercanda dengan dusta.

③ Seorang tidak boleh bercanda dengan menakuti-nakuti saudaranya.

Dalam suatu hadits Rasūlullāh mengatakan:

لا يَأْخُذْ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ صَاحِبِهِ لاعِبًا وَلا جَادًّا

"Tidak boleh salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya dalam kondisi bercanda atau serius."
(HR. At Tirmidzi)

Misalnya, ada orang yang kita ambil "hape"nya atau barangnya kemudian dia akhirnya bingung cari sana-sini, kemudian kita tertawa melihat dia kebingungan.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang akan hal ini.

Dalam candaan tidak boleh kita menyakiti hati oranglain apalagi sampai menakut-nakuti.

Dalam suatu hadits juga disebutkan tatkala para shahabat sedang berjalan bersama dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Kemudian ada seorang shahabat yang tidur tatkala itu, kemudian datanglah seorang shahabat yang lain mengambil tali yang dimiliki oleh shahabat yang sedang tidur tersebut, maka diapun mengambil tali tersebut dengan ditarik yang membuatnya kaget.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menegur shahabat tadi dengan mengatakan:

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain."

(HR. Ath Thabrani)

Shahabat ini sedang bercanda, dengan menarik tali temannya yang sedang tidur sehingga seakan-akan dia sedang kecurian, maka diapun kaget dan terjaga. Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pun melarang.

Oleh karenanya seseorang tatkala bercanda tidak boleh dengan menakut-nakuti saudaranya  seperti dia seakan-akan ingin mendorong ke kolam renang, kemudian dia tahan.

Atau dia menakut-nakutinya dengan menyodorkan pedang atau pisau di dadanya.

Maka ini semua candaan yang tidak bermutu dan ini semua candaan yang diharamkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Terlebih lagi menjadikan syari'at sebagai bahan candaan.

Kita melihat sebagian masyarakat menjadikan syari'at sebagai candaan.

Kita tahu jenggot merupakan sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ada yang mengatakan jenggot bagaikan kambing atau sebagai bahan tertawaan, ini tidak boleh, haram!

Misalnya lagi, ada orang yang melihat wanita berjilbab besar, dikatakan baju ninja

Ini candaan yang tidak diperbolehkan, haram!

Ada juga seseorang yang melihat orang lain yang celananya di atas mata kaki maka dijadikan bahan candaan, dikatakan cingkrang, celana kungfu, kebanjiran dan julukan-julukan yang lainnya.

Ini semua diharamkan oleh syari'at.

Dan ini adalah candaan yang sangat berbahaya dibandingkan dengan yang lainnya.

Karena terkumpul pada candaan seperti ini penghinaan terhadap syari'at Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan juga ada bentuk kedustaan.

Oleh karenanya, silakan anda bercanda.

Dan boleh kita katakan canda
 adalah sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam (dilakukan oleh Nabi dan para shahabat), akan tetapi sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah disebutkan.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته


Kajian 07 | Pembagian Jenis Air Berdasarkan Penggunaannya Dalam Thoharoh bagian 3

BimbinganIslam.com
Jum'at, 9 Rabi'ul Akhir 1436 H / 30 Januari 2015 M
Ustadz Fauzan ST, MA
Matan Abu Syuja' | Bab Thaharah
Kajian 07 |  Pembagian Jenis Air Berdasarkan Penggunaannya Dalam Thoharoh bagian 3
Download Audio
https://www.dropbox.com/s/bxpnbpe4bunuyhl/Halaqoh%207.mp3?dl=0
-----------------------------------

PEMBAGIAN JENIS AIR BERDASARKAN PENGGUNAANNYA DALAM THAHARAH (BAGIAN 3)

بسم اللّه الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله, أما بعد.

Para sahabat sekalian, kita lanjutkan pada halaqoh yang berikutnya (yang ke-7) :

قال المألف رحمه الله: طَاهِرٌ غَيْرُ مُطَهِّرٍ وَهُوَ اْلمَاءُ اْلمُسْتَعْمَلُ وَالْمُتَغَيُرُ بِمَا خَالَطَهُ مِنَ الطَّاهِرَاتِ

Pada penjelasan kali ini penulis ingin menjelaskan bagian ke-3 dari jenis air dari sisi thaharahnya, yaitu jenis yang suci tapi tidak mensucikan.

Kata beliau:

طَاهِرٌ غَيْرُ مُطَهِّر

Jenis yang suci namun dia tidak mensucikan.

Dan dijelaskan ada 2 macam jenis air ini, yaitu:

① air musta'mal (air bekas)
② air yang berubah karena tercampur dengan benda-benda suci.

Dua jenis ini termasuk air yang suci tapi tidak mensucikan (thāhir ghairu muthahhir).

Disini penulis menjelaskan tentang:

① Air bekas (air musta'mal)
Apa yang dimaksud air bekas?

Adalah air bekas cucian dari thaharah yang wajib, misalnya:
• wudhu yang wajib
• mandi yang wajib

Maka air bekas tersebut dikatakan sebagai air musta'mal, yang mana di dalam madzhab Syafi'i air musta'mal ini termasuk air yang suci tapi dia tidak bisa mensucikan.

Akan tetapi, pendapat yang benar adalah pendapat jumhur yang mengatakan bahwasanya:

“Air musta'mal itu tetap dia air mutlak selama tidak berubah warnanya, baunya maupun rasanya, yang bisa digunakan untuk bersuci."

Dalilnya adalah sebuah hadits dari Abu Daud rahimahullāh, yang diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu, beliau berkata:

اغْتَسَلَ بَعْضُ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جَفْنَةٍ فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيَتَوَضَّأَ مِنْهَا أَوْ يَغْتَسِلَ فَقَالَتْ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ جُنُبًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمَاءَ لَا يُجْنِبُ

Kata Ibnu 'Abbas radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu; beliau berkata:

Bahwasanya salah seorang dari istri Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mandi dari sebuah bejana. Kemudian datang Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ingin berwudhu dari bejana tersebut (ingin mandi).
Berkata istri Beliau:

"Wahai Rasūlullāh, sesungguhnya tadi saya itu junub (mandi junub)."

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pun berkata:
"Sesungguhnya air itu tidak junub."

Ini adalah dalil bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menggunakan air bekas cucian (dinamakan sebagai air musta'mal), bekas thaharah wajib dan digunakan untuk bersuci (berwudhu).

Dan ini menunjukkan bahwasanya pendapat jumhur lebih rajih (lebih kuat), selama dia masih bersifat sebagai air mutlak, yang tidak berubah warna, bau maupun rasanya, maka dia bisa digunakan untuk bersuci.

Wallāhu a'lam.

② Kemudian yang kedua, yang disebutkan sebagai jenis air yang thāhir ghairu muthahhir (suci tapi tidak mensucikan) yaitu:

وَالْمُتَغَيُرُ بِمَا خَالَطَهُ مِنَ الطَّاهِرَاتِ

Air yang berubah disebabkan tercampur dengan benda-benda suci.

Kita bisa lihat bahwasanya:

❶ Yang pertama adalah tercampur benda-benda suci, jika benda-benda najis maka dia tidak termasuk pada jenis ini.

❷ Kemudian yang kedua, air mutlak tersebut berubah, berubah baik warnanya, baunya maupun rasanya.

Salah satu dari sifat ini apabila berubah maka dia tercabut dari sifat mensucikan, maka dia termasuk jenis yang suci namun tidak mensucikan.

Contohnya:

• Air teh

Tatkala air mutlak kemudian dicampur teh maka berubah menjadi air teh, berubah warnanya, bau atau rasa maka air teh ini tidak dapat digunakan untuk berwudhu atau bersuci.

Kemudian contoh lainnya misalnya:

• Air kopi
• Air susu
• dan contoh-contoh yang lainnya.

Disebutkan oleh para ulama:

⑴ Diantara patokan dalam perubahan tadi adalah sebuah perubahan yang JELAS.

Jadi apabila perubahannya tidak jelas atau sangat sedikit sekali maka tidak merubah sifat air mutlak tadi dari sifatnya sebagai air yang suci dan mensucikan.

Namun, apabila perubahannya itu jelas maka dia akan mencabut sifatnya dari sifat mensucikan menjadi sifat yang suci namun tidak mensucikan.

⑵ Kemudian yang kedua, perubahan tersebut disebabkan benda-benda suci yang DAPAT DIHINDARI.

Contohnya: teh, kopi.
Ini bisa dihindari. Apabila tercampur dengan benda-benda tersebut maka sifat air mutlak menjadi thāhir ghairu muthahhir (suci namun tidak mensucikan).

Apabila tercampur dengan benda-benda suci yang tidak dapat dihindari.

Contohnya:

• air sungai yang tercampur dengan lumpur kemudian berubah warnanya, baunya maupun rasanya, atau

• mata air yang tercampur dengan daun yang berguguran sehingga merubah sifat warnanya, baunya maupun rasanya.

Yang semua itu tidak dapat dihindari maka air tersebut tetap pada sifat asalnya yaitu thāhir wa muthahhir (suci dan mensucikan).

Demikian yang bisa kita jelaskan pada jenis air yang ke-3 ini kita cukupkan.

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه و سلم

Sampai berjumpa pada halaqoh berikutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته