Senin, 26 Januari 2015

✏ MENGHINDARI PUJIAN & POPULARITAS ✏

Written By Nuruddin Abu Faynan on Senin, 26 Januari 2015 | 07.36

       Di antara kebiasaan orang-orang shalih adalah : mereka berusaha untuk lari dari pujian manusia & pengagungan mereka, serta memberci popularitas di kalangan manusia.

       Ini menunjukan keikhlasan mereka kepada Allah, dimana mereka mencukupkan diri dengan pengetahuan Allah sajalah tentang keadaan mereka, dan hanya berharap pahala dari Allah terhadap amalan mereka.

       Engkau melihat orang-orang seperti mereka tidak butuh pujian serta tidak butuh popularitas di antara manusia. mereka tidak mendambakan pujian & popularitas itu, bahkan mereka membencinya.

      Mereka berharap menjadi orang yang tidak diperhitungkan di antara manusia, serta tiada yang memperhatikan amalan mereka selain Allah, namun  Allah tidak berkehendak demikian, bahkan Allah berkehendak agar mereka terkenal, Allah meninggikan kedudukan mereka, mereka banyak disebut di kalangan manusia, dan Allah meletakkan di hati para hamba-Nya kecintaan terhadap mereka.

       Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertaqwa yang kaya lagi tidak menampakan dirinya" HR:Muslim (2965).

KEBIASAAN SALAFUS SHALIH

       ✏ Kisah Uwais Al-Qarni (bisa dilihat kisahnya dalam Shahih Muslim no. 2542):
Apabila kafilah dari Yaman datang, 'Umar bin Khaththab bertanya kepada mereka: "Adakah di antara kalian Uwais bin 'Amir?" Sehingga suatu saat 'Umar mendatangi Uwais dan minta agar Uwais memintakan ampun untuknya, karena Uwais adalah seorang tabi'in yang sangat berbakti kepada ibunya, dan rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan bahwa  jika Uwais berdo'a, do'anya pasti dikabulkan, maka Uwaispun melakukan apa yang diminta 'Umar.
Kemudian Umar bertanya kepada Uwais: "Anda mau pergi kemana?"
Uwais menjawab: "Kuufah",
Umar bertanya: "Perlukah saya tulis untukmu sebuah memo kepada pegawai saya di Kufah (agar dia memenuhi kebutuhanmu -pen)?
Ia menjawab: Aku lebih senang menjadi manusia yang tidak diperhitungkan."

       ✏ Imam Syafi'i rahimahullah berkata: "Aku ingin jika manusia mempelajari ilmu ini, mereka tidak menisbatkan sedikitpun ilmu ini kepadaku"
Hilyatul  Aulia (9/118).

       ✏ Sufyan Ats-Tsauri berpesan kepada saudaranya: "Waspadalah, janganlah engkau  mencintai kedudukan, karena zuhud pada kedudukan itu lebih sulit dari pada zuhud pada dunia"
Hilyatul Aulia (6/387).

       ✏ Ibrahim bin Adham berkata: "Tidaklah tulus kepada Allah, orang yang mencintai ketenaran"  Hilyatul Aulia ( 8/19).

PELAJARAN YANG BISA DIAMBIL :

       ♥ Pesan di atas menunjukan keutamaan "menghindari pujian", serta tercelanya "cinta popularitas".

       ♥ Ketenaran yang tercela adalah "minta untuk terkenal",  jika ketenaran itu datang dari sisi Allah tanpa diminta, maka tidak tercela, hanya saja adanya ketenaran itu merupakan ujian bagi yang lemah imannya.
Lihat: Mukhtasar Minhaj Al Qaasidin (hal 210).


       Demikian, semoga bermanfa'at
--------------

Makkah 06/4/ 1436 H.
By: Nuruddin Abu Faynan
Editor: Arfah Ummu Faynan

http://abufaynan.blogspot.com/2015/01/menghindari-pujian-popularitas.html

SEPENGGAL KISAH DI BAWAH LANGIT TURKY

Di dalam buku hariannya Sultan Murad IV mengisahkan, bahwa suatu malam dia merasakan kekalutan yang sangat, ia ingin tahu apa penyebabnya. Maka ia memanggil kepala pengawalnya dan memberitahu apa yang dirasakannya.

Sultan berkata kepada kepada kepala pengawal: "Mari kita keluar sejenak.

Diantara kebiasaan sang Sultan adalah melakukan blusukan dimalam hari dengan cara  menyamar.

Mereka pun pergi, hingga tibalah mereka disebuah lorong yang sempit. Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak di atas tanah. Sang Sultan menggerak-gerakkan lelaki itu, ternyata ia telah meninggal. Namun orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya tak sedikitpun mempedulikannya.

Sultanpun memanggil mereka, mereka tak menyadari kalau orang tersebut adalah Sultan. Mereka bertanya: "Apa yang kau inginkan?.
Sultan menjawab: "Mengapa orang ini meningal tapi tidak ada satu pun diantara kalian yang mau mengangkat jenazahnya? Siapa dia? Dimana keluarganya?"

Mereka berkata: "Orang ini Zindiq, suka menenggak minuman keras dan berzina".

Sultan menimpali: "Tapi . . bukankah ia termasuk umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam? Ayo angkat jenazahnya, kita bawa ke rumahnya".

Mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya.

Melihat suaminya meninggal, sang istripun pun menangis. Orang-orang yang membawa jenazahnya langsung pergi, tinggallah sang Sultan dan kepala pengawalnya.

Dalam tangisnya sang istri berucap: Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah.. Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang sholeh"
Mendengar ucapan itu Sultan Murad kaget.. Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang mengatakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya".

Sang istri menjawab: "Sudah kuduga pasti akan begini...

Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko-toko minuman keras, dia membeli minuman keras dari dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu di bawah ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata: "Aku telah meringankan dosa kaum muslimin".

Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka uang dan berkata: "Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi".

Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: "Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam".

Orang-orangpun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir.

Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: "Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, mensholatimu dan menguburkan jenazahmu".

Ia hanya tertawa, dan berkata: "Jangan takut, bila aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, para Ulama dan para Auliya".

Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: "Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad, dan besok pagi kita akan memandikannya, mensholatkannya dan menguburkannya".

Demikianlah, akhirnya prosesi penyelenggaraan jenazah laki-laki itu dihadiri oleh Sultan, para ulama, para masyaikh dan seluruh masyarakat.
(Kisah ini diceritakan kembali oleh Syaikh Al Musnid Hamid Akram Al Bukhory dari Mudzakkiraat Sultan Murad IV)

Wallahu a'lam
 
📝 Catatan:

Jangan suka menilai orang lain dari sisi lahiriahnya saja.
Atau menilainya berdasarkan ucapan orang lain.
Terlalu banyak yang tidak kita ketahui..
Apalagi soal yang tersimpan di tepian paling jauh di hatinya.
Kedepankan prasangka baik terhadap saudaramu.
Boleh jadi orang yang selama ini kita anggap sebagai penduduk Jahannam, ternyata penghuni Firdaus yang masih melangkah di bumi.

Ingat...
Diantara hal yang paling banyak membuat orang diseret masuk kedalam neraka adalah karena ulah lisannya...

___________________
Madinah 02/04/1436 H
ACT EL Gharantaly

---------------------------------------
Dicopas dari FB Aan Chandra Thalib
Repost: WA Dakwah Jalyat Unaiza_Indo
Ikuti di no: +966509273346