Minggu, 01 Februari 2015

Jodoh Hadits 50

Syarah Hadits ke-50
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

Jihad yang paling utama adalah kalimat yang haq di sisi (di hadapan) seorang penguasa yang zhalim.

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dan juga Al-Imam Ibnu Majah dalam Sunannya dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam Shahih Al-Jāmi' AshShaghīr.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, hadits ini menunjukkan bahwa jihad yang paling afdhāl (yang paling utama) adalah kalimatu haqqin (kalimat yang haq) yang diriwayatkan Tirmidzi kalimatu 'Adlin, kalimat adil.

Yang dimaksud kalimat disini adalah ucapan atau yang menempati kedudukannya seperti tulisan dan yang semacamnya adalah kalimat yaitu ketika diucapkan disisi seorang penguasa yang zhalim.

Yang ini merupakan jihad yang paling afdhāl (paling utama) ketika seseorang mengucapkan kalimat yang haq, ucapan yang adil dihadapan seorang penguasa yang zhalim.

Dari segi bahwa ini jihad yang paling afdhāl karena sesungguhnya ketika seseorang berjihad mengucapkan kalimat yang haq, menashihati seorang penguasa yang zhalim ini maka akan membebaskan kezhaliman dari banyak manusia. Karena ketika seorang penguasa yang zhalim maka kezhalimannya akan mengenai banyak dari manusia, kalau dia bisa menahan dari kezhalimannya, dengan ucapannya dihadapannya yang haq, yang adil maka akan bermanfaat kepada banyak dari manusia.

Berbeda kalau hanya membunuh seorang kafir maka ini sedikit atau kalah manfaatnya dibanding kalau dia bisa menepis kezhaliman yang dilakukan oleh seorang penguasa.

Yang dimaksud sulthān disini adalah orang yang memiliki kekuasaan. Kalau dalam riwayat yang lain "pada penguasa atau pada pemerintah yang curang".

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, hadits ini menunjukkan kepada kita hasungan kepada jihad yang merupakan puncak dari amalan Islam. Dan jihad yang paling utama adalah ketika seseorang mengucapkan kalimat yang haq dihadapan seorang penguasa yang zhalim.

Dan jihad ini meliputi dari:
• jihad melawan hawa nafsu didalam melaksanakan ketaatan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dan
• didalam menghindari/menjauhi segala macam larangan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā kemudian
• berjihad untuk mengamalkan dari apa yang diketahui dari syari'at Allāh Subhānahu wa Ta'ālā kemudian mengajarkannya.
• Kemudian dia termasuk jihad dalam jihad melawan syaithan, menepis dari syubhatnya, dari ganguan-gangguan-gangguannya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, hadits ini menunjukkan bahwa diantara jihad yang paling afdhāl (yang paling utama) adalah ketika seseorang menashihati penguasa yang zhalim agar berhenti dari kezhalimannya, yang ini dikatakan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagai jihad yang paling afdhāl karena akan memberi manfaat yang besar kepada rakyat, kepada kaum muslimin yang akan terbebas dari kezhaliman seorang penguasa yang zhalim ini.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, sesungguhnya seorang penguasa memiliki dua teman setia (teman dekat); ada teman dekat yang jelek, ada temen dekat yang baik.

Teman dekat dari penguasa yang jelek adalah ketika dia selalu menuruti apa yang dimaui oleh penguasa ini, bahkan dia mengatakan apapun yang dilakukan adalah kebaikan dan kebenaran meskipun dilakukan kejelekan ini adalah temen yang jelek bagi penguasa.

Adapun teman yang haq, teman yang baik bagi penguasa yang dia mementingkan keridhaan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dan RasulNya dan menunjukkan penguasa ini pada keridhaan Allāh dan RasulNya. Kalau dia melakukan kesalahan maka diarahkan kepada petunjuk yang benar, tidak segera mengikuti kemauannya tetapi mengarahkan apa yang keliru kepada petunjuk dan kebenaran yang datang dari Allāh dan RasulNya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka ada beberapa kalimat yang memiliki nilai tersendiri yaitu kalimat yang diucapkan dihadapan seorang sulthan penguasa yaitu:
❶ Kalimat yang haq disisi seorang penguasa yang adil. Ini adalah mudah dilakukan, karena dia seorang yang adil sehingga mudah mengikuti kebenaran.
❷ Kalimat yang bathil pada seorang penguasa yang adil. Ini sangat berbahaya karena bisa saja orang penguasa yang adil ini akan bisa terjerumus dengan bisikan dari orang yang membisikan kejelekan padanya dengan menampakkan suatu kebaikan karena dia akan terpengaruh dengannya.
❸ Kalimat yang haq disisi seorang penguasa yang curang (yang zhalim), ini seperti yang dikatakan Rasūlullāh sebagai jihad yang paling utama.
❹ Kalimat yang bathil pada penguasa yang curang. Ini adalah kalimat yang paling jelek.

Ini adalah 4 macam kalimat disisi seorang penguasa, akan tetapi yang paling afdhāl adalah kalimat yang haq dihadapan seorang penguasa yang jāir (yang zhalim)

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, kenapa dikatakan bahwa kalimat haq dihadapan sulthān yang jāir (yang zhalim) ini lebih afdhāl daripada jihad melawan musuh (melawan kafir)?

Karena ketika seorang berjihad melawan musuh maka dia antara harapan dan kecemasan bisa jadi menang atau dia kalah. Adapun ketika seorang berbicara dihadapan penguasa yang zhalim maka jelas yang lebih besar kemungkinan adalah dia akan mendapatkan perkara yang tidak baik, jika penguasa zhalim ini tidak terima atau dia tidak bisa menerima ucapan tersebut. Maka dikatakan lebih afdhāl dibanding orang yang berperang kafir yang kadang dia menang kadang dia kalah.

Bahkan orang yang mengucapkan kalimat yang haq dihadapan penguasa yang zhalim ini dia telah memaparkan dirinya kepada perkara yang berbahaya, yang mungkin bisa dia sampai terbunuh dihadapan penguasa tersebut. Maka ini dikatakan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagai jihad yang paling utama karena adalah perkara yang berat yang tidak semua orang bisa melakukannya atau kuat untuk menanggung dari akibatnya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, termasuk kalimat yang haq yang diucapkan dihadapan seorang sulthan atau seorang penguasa yang zhalim adalah yang mengandung perintah kepada yang ma’ruf atau nahi mungkar entah itu secara terucap dari lisan maupun yang semakna dengan lisan, dari tulisan dan yang semacamnya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka ucapan yang haq dihadapan penguasa zhalim ini adalah jihad paling utama dan jihad yang paling berat karena dihadapannya telah siap seorang penguasa yang mampu untuk melakukan apa yang dikehendaki bagi dirinya bahkan bisa untuk membunuhnya yang ini menunjukkan tentang beratnya dari jihad ini sehingga Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyatakan adalah jihad yang paling afdhāl (yang paling utama).

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, marilah kita bertaqwa kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dan juga berupaya mujahadah, berjihad kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dengan jihad dengan makna yang luas, berjihad dengan hawa nafsu kita, berjihad melawan syaithan, berjihad melawan musuh dan berupaya untuk berjihad memberikan kalimat yang haq dihadapan sulthan yang zhalim, yang ini adalah afdhāl jihad.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'ālā melakukan kita diatas jalannya memberikan taufik kepada kita untuk selalu mengikuti petunjuk Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

الحمد للّه رب العلمين

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه أجمعين.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Jodoh Hadits 49

Syarah Hadits ke-49
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ؛ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

Kondisi yang paling dekat seorang hamba dari Tuhannya adalah ketika dia sedang sujud, maka hendaknya kalian memperbanyak do’a ketika sujud.

Hadits ini diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya.

Ini merupakan hadits yang agung yang menunjukkan kondisi keadaan yang paling dekat dari seorang hamba Allāh Subhānahu wa Ta'ālā yaitu dalam sujudnya, ketika ia sujud kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Karena sujud adalah keadaan yang sangat puncak kehinaan, puncak penghinaan diri kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Dan jika seorang hamba mengetahui kehinaan pada dirinya dan butuhnya kepada Allāh maka Allāh akan mengetahui bahwa dia adalah telah menghinakan pada dirinya. Dan ketika seorang hamba menghinakan diri dengan bersujud kepada Allāh dimata Allāh-lah yang paling tinggi, yang paling agung, maka  dengan itulah Allāh akan mengabulkan do'anya. Dengan itulah maka sujud adalah di antara tempat dikabulkan do'a seorang hamba kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Karena itulah maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menghasung agar seorang banyak berdo'a dalam sujudnya dengan mengucapkan:

“فَأَكْثِرُوا فِيْ الدُّعَاء”

Perbanyaklah kalian berdo'a ketika sedang sujud.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, berkata sebagian ulama bahwa ketika seorang hamba bersujud pada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, maka terkumpul baginya wajahnya dengan wajah bumi sehingga kemudian dia  hilanglah segala macam kesombongannya, menghinakan diri pada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā karena itulah maka ini adalah kondisi paling dekat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā di dalam seluruh dari keadaan-keadaan shalatnya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka hadits yang agung ini menunjukkan bahwa kondisi yang paling dekat dari seorang hamba adalah ketika bersujud pada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā makanya Rasūlullāh memerintahkan agar memperbanyak do'a karena ketika dia saat dekat maka saat itulah waktu yang Allāh akan lebih mengabulkan do'anya karena ketika seorang lebih dekat pada siapa yang diminta, lebih wajib dikabulkan permintaannya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, juga dijelaskan oleh para ulama bahwa maksud dekatnya seorang hamba kepada Allāh ketika sujud karena seorang yang bersujud dalam kondisi berdo'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, sedangkan Allāh dekat dengan orang-orang yang berdo'a yang meminta padaNya. Allāh berfirman dalam kitabNya:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّي فَإِنِّيْ قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

Jika para hambaKu bertanya tentang diriKu maka sesungguhnya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan setiap orang yang berdo'a ketika berdo'a kepadaKu.” (Al-Baqarah;186)

Dan dalam sujud, orang merendahkan dirinya, menempatkan wajahnya, kepalanya lebih rendah dari pada kedua pantatnya. Inilah kondisi yang paling menghinakan diri pada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Inilah yang paling dicinta Allāh ketika seorang benar-benar menghinakan diri kepadaNya.

Kemudian juga disebutkan oleh para ulama kenapa sujud adalah keadaan paling dekat dengan Allāh karena sujud adalah ibadah yang pertama kali Allāh perintahkan setelah Allah menciptakan Adam, yaitu memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Adam. Maka ketika itu perintah yang pertama kali yang melakukan ibadah yang pertama ini lebih dekat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kemudian juga dalam kondisi ini seorang menyelisihi iblis ketika mereka bermaksiat pertama kali  kepada Allāh dengan mereka tidak mau melakukan ibadah sujud ini.

Dan sujud ini adalah ibadah puncak dari tawadhu', puncak dari kerendahan diri pada Allāh, meninggalkan kesombongan, takkabur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, yang ini juga ketika orang bersujud dia menyelisihi jiwanya yang ingin pada ketinggian dan menjauhkan dari hawa nafsunya, yang mendekatkan hawa nafsunya lebih dekat kepada Rabbnya 'Azza wa Jalla.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memerintahkan kepada kita semua agar memperbanyak do'a ketika sujud karena dia adalah kondisi yang paling dekat dengan Allāh, dan kondisi yang terdekat akan lebih dikabulkan dari do'anya karena seorang sayyid, Allāh mencintai pada hamba yang taat padaNya, yang tawadhu' padaNya, yang menerima dari apa yang diarahkan padanya dan apa yang akan diminta akan dikabulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Hadits ini menunjukkan tentang disyari'atkannya memperbanyak doa ketika sujud, dan juga memperbanyak sujud itu sendiri, karena dia adalah kondisi yang paling dekat dari seorang hamba kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kemudian juga hadits ini tidak merupakan, bantahan bahwa sujud ketika bukan dalil, atau hadits ini bukan merupakan dalil bagi orang yang menyatakan bahwa sujud lebih utama dari qiyām. Karena masalah keutamaan ini dari segi terkabulkan do'a, bukan dari segi keutamaan di dalam shalat karena yang utama adalah ketika seorang berdiri pada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dalam shalatnya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka marilah kita banyak bersujud kepada Allāh dan banyak mendekatkan diri kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, banyak berdoa kepada Allāh semoga kita termasuk orang-orang yang diridhai dan dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه أجمعين.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Jodoh Hadits 48

Syarah Hadits ke-48
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فِي بُيُوتِكُمْ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَدْخُلُ بَيْتًا يُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

Bacalah kalian surat Al-Baqarah dalam rumah-rumah kalian karena sesungguhnya syaithan tidak akan memasuki rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.

Hadits ini diriwayatkan Al-Hakim di dalam Mustadrak, dan Al-Bayhaqi dalam Syu'abul Iman dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam Shahih Al-Jāmi' AshShaghīr.

Hadits ini menunjukkan keutamaan dari surat Al-Baqarah, yang mana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyatakan bahwa dengan dibaca surat Al-Baqarah maka syaithan tidak akan masuk ke dalam rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah tersebut.

Dan didalam hadits yang lain Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memerintahkan agar membacakan surat Al-Baqarah, beliau bersabda:

لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan-kuburan, sesungguhnya syaithan akan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, hadits yang agung ini menunjukkan tentang pentingnya membaca surat Al-Baqarah yaitu akan menjadikan syaithan lari dari rumah kita, yang kita bacakan Al-Baqarah tersebut.

Dan juga keutamaan dari surat Al-Baqarah ini yang mana barang siapa yang tidak membaca surat Al-Baqarah maka seakan-akan rumahnya seperti kuburan. Seperti hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yaitu tidak sah shalat di dalamnya sebagaimana datang hadist larangan sholat di kuburan.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka hadits ini menunjukkan bahwa syaithan akan lari di rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya, tidak akan mendekatinya.

Kata Syaikh Muhammad Al-'Utsaimin bahwa sebab hal tersebut karena di dalam surat Al-Baqarah ada ayatul kursi, yang di dalam hadits yang shahih bahwa dengan membaca ayat kursi maka seseorang akan terjaga dari syaithan malamnya sampai paginya. Kemudian juga surat Al-Baqarah mengandung banyak sekali keutamaan di dalamnya terdapat ayat kursi yang mengandung sifat-sifat, nama-nama Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, yang juga terdapat nama Allāh yang agung, yang ketika seorang berdo'a maka akan dikabulkan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, yang ini juga menunjukkan tentang keutamaan dari surat Al-Baqarah ini.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka dengan kita membiasakan membaca Alqurān khususnya surat Al-Baqarah ini akan menjaga rumah-rumah kita dari datangnya syaithan sebagaimana dalam hadits ini syaithan akan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, marilah kita menghidupkan rumah kita dengan Kitabullāh, menjaga rumah kita dari datangnya syaithan dengan membacakan Al-Baqarah dan tidak menjadikan rumah kita sebagai kuburan yang tidak pernah dibacakan Alqurān di dalamnya, tidak pernah dilakukan ibadah di dalamnya, yang Allāh Subhānahu wa Ta'ālā akan memberkahi rumah yang dibacakan Kitabullāh, ayat-ayatNya dan juga akan memberkahi rumah yang didalamnya banyak dilakukan ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, inilah hadits yang agung yang menunjukkan tentang keutamaan dari surat Al-Baqarah yang disebutkan oleh para ulama, bahwa maksud dibacakan disini surat Al-Baqarah secara keseluruhan, dan didalamnya terdapat ayat kursi yang tadi kita sebutkan keutamaannya. Dan maksud dibacakan Al-Baqarah adalah dibacakan secara langsung meskipun juga datang penjelasan dari sebagian ulama, kalau memang tidak mampu seseorang membaca Al-Baqarah secara langsung kemudian dia bisa menyetel, menghidupkan tape atau alat pemutar audio yang bisa memperdengarkan Alqurān maka beliau menyatakan yang zhahir bahwa termasuk mendapat keutamaan ini, yaitu syaithan akan lari dari rumah yang dibacakan Al-Baqarah meskipun dari alat perekam atau pemutar audio tersebut, meskipun jelas ketikq seorang membaca langsung maka ini lebih utama sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Syaikh 'Utsaimin rahimahullāh Ta'ālā. Beliau menyatakan:

أنه يحصل بقراءة سورة البقرة كلها من المذياع أو من صاحب البيت ما ذكره النبي صلى الله عليه وسلم من فرار الشيطان من ذلك البيت

Wallāhu a'lam bahwa dengan dibacakan Al-Baqarah dari radio atau dari pemilik rumah maka masuk di dalam hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sesungguhnya syaithan akan lari dari rumah yang dibacakan Al-Baqarah tersebut.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, marilah kita memperbanyak dzikrullāh, memperbanyak membaca Alqurān, baca Al-Baqarah di dalam rumah kita sehingga syaithan akan lari dan juga menjauhkan dari suara-suara yang akan datang bisikan dari syaithan, dari seruling syaithan, musik-musik yang diharamkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

والله أعلم بالصواب

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه أجمعين.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Jodoh Hadits 47

Syarah Hadits ke-47
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: أكثروا ذكر هاذم اللذات الموت

Hendaknya kalian memperbanyak dari menyebut pemutus dari kelezatan-kelezatan yaitu kematian.

Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi  di dalam Jāmi’nya, dari Imam Nasā’i dalam Sunannya, dari Imam Ibnu Majah dalam Sunannya dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam Shahih Al-Jāmi' AshShaghīr.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, hadits yang agung ini menunjukkan perintah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pada kita semua agar banyak menyebut mengingat perkara yang akan bisa menghilangkan seluruh kelezatan yang kita rasakan di dunia yaitu kematian.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Hendaknya kalian banyak mengingat pemutus dari kelezatan”. هاذم (hādzim) diriwayatkan dengan dzal mu’jamah dengan titik ( ذ ) yang artinya adalah pemutus, dari suatu dari akarnya. Kemudian juga ada dari riwayat yang lain dengan dal (د) nurmala, tanpa titik yang artinya penghancur atau peroboh dari bangunan, yang dua-duanya ini adalah makna yang shahih, yang menunjukkan bahwa kematian akan memotong  (memutus) kelezatan sekaligus merobohkan bangungan dari kenikmatan yang dirasakan oleh manusia di dunia.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengingatkan kepada kita, memerintahkan agar kita banyak mengingat kepada perkara yang bisa menghancurkan, memotong, memutus kelezatan di dunia, merobohkan bangunan kenikmatan di dunia, yaitu kematian, yang ini pasti datang pada setiap manusia.

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ

Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. (Ali Imran 185)

Entah cepat atau lambat, pasti seseorang akan datang ajalnya, datang malaikat maut menjemputnya dan setelah itulah hilang semua kenikmatan kelezatan yang dirasakan di dunia.

Maka hadits ini menunjukkan perintah kepada kita untuk mengingat kematian, yakni dengan kematian itu akan ingat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, tidak begitu terperdaya dengan dunia atau begitu cinta dengan dunia, dan akan bisa menepis, menghalangi kita untuk berbuat kemaksiatan dan akan bisa mendorong kita untuk ketaatan karena kita akan mati mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita dihadapan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka hadits yang agung ini menunjukkan tentang perintah pada kita agar banyak mengingat kematian, karena sesungguhnya ketika seseorang banyak mengingat kematian maka tidak akan panjang angan-angannya.

Akan tetapi kalau seorang lupa dengan kematian, panjang angan-angannya, seakan-akan dia hidup selamanya, ini sangat berbahaya bagi perjalanannya. Karena perjalanan dunia adalah sementara, perjalanan yang belum final, yang nanti akan ada perjalanan yang lebih abadi di akhirat ketika seseorang menghadap kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Berkata sebagian ulama, yaitu ketika seseorang banyak mengingat kematian dia akan dimuliakan dengan tiga perkara:
❶ Akan segera bertobat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.
❷ Akan merasa cukup hatinya dari apa yang diberikan Allāh bagi dirinya karena dia pasti akan meninggalkannya agar banyak diterima, didapatkan semua yang ditinggalkan karena dia akan merasa cukup, karena dia tahu bahwa itu bukan selamanya.
❸ Akan menjadikan seorang rajin, semangat beribadah.

Kebalikannya kalau orang dilupakan kematian akan dihukum dengan tiga perkara:
❶ akan berlama-lama mengulur-ulur dari taubat.
❷ dia tidak merasa cukup dengan apa yang diberikan Allāh pada dirinya.
❸ malas beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka marilah kita semua selalu mengingat kematian yang pasti akan datang pada kita, dalam waktu cepat atau lambat yang pasti akan datang dan kita semua tidak tahu kapan ajal menjemput.

Semoga dengan kita selalu mengingatnya, kita bisa mempersiapkan diri kepadaNya, perkara yang akan datang setelahnya di akhirat, yang kita akan pertanggungjawabkan semua amalan kita dihadapan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Semoga Allāh selalu memberikan taufiq kepada untuk selalu ingat pada kematian, ingat kepada tujuan kita hidup di dunia, yaitu beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, ingat bahwa kita akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan kita, amalan kita di dunia pada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita dalam kebaikan, menjauhkan kita dari jalan-jalan kejelekan.

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه أجمعين.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته