Kamis, 22 Januari 2015

Jodoh Hadits 16

Syarah Hadits ke-16
Oleh Ustadz Arif Fathul Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ.

Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم telah bersabda dalam hadits yang shahih, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya barangsiapa yang bertemu Allah dalam keadaan tidak berbuat kesyirikan kepada Allah sedikitpun maka dia akan masuk surga.

Ini adalah hadits yang agung yang datang dari Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم yang menunjukkan keutamaan orang yang bertauhid, yang mentauhidkan Allah سبحانه وتعالى dan bertemu Allah dalam keadaan bertauhid maka dia akan masuk ke dalam surga yang مَنْ مَاتَ

مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ.

Yang kalimat لا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا adalah hal dari مَنْ لَقِيَ اللَّهَ. Yaitu barangsiapa yang bertemu Allah dalam keadaan tidak berbuat kesyirikan sedikitpun maka dia akan masuk surga.

Yaitu barangsiapa yang tidak berbuat kesyirikan di dunia kemudian mati dalam keadaan tidak berbuat kesyirikan (dalam keadaan bertauhid) maka di akhirat Allah akan memasukkan dia ke dalam surga.

Yang ini merupakan hadits yang agung yang menunjukkan keutamaan mentauhidkan Allah سبحانه وتعالى, yang juga semakna dengan banyak dari nash yang lain dari Alqur'an dan sunnah Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم.

Seperti ketika Allah berfirman dalam kitabNya:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa kesyirikan dan Allah mengampuni yang di bawah kesyirikan bagi siapa yang dia kehendaki. (AlMaidah 74 & AnNisa 48)

Ayat ini menunjukkan ketika seseorang berbuat kesyirikan maka tidak diampuni Allah. Ketika mati dalam kesyirikan tidak diampuni oleh Allah سبحانه وتعالى. Akan tetapi ketika dia berbuat kemaksiatan yang dibawah kesyirikan, maka masih ada harapan diampuni, yaitu diatas kehendak Allah سبحانه وتعالى, kalau Allah menghendaki maka akan diadzab sesuai dengan dosanya, kalau Allah menghendaki Allah merahmatinya sehingga dia dibebaskan dari adzab tersebut sesuai dengan rahmat Allah سبحانه وتعالى.

Dan juga Allah عزّوجلّ berfirman di dalam ayat yang lain:

الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَـئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

Orang yang dia beriman dan tidak mencampurkan keimanan dengan kesyirikan maka dia akan mendapat keamanan didunia dari fitnah syahwat dan syubuhat dan kemanan di akhirat dari adzab Allah سبحانه وتعالى. Dan mereka akan mendapat petunjuk di dunia ke jalan yang lurus, jalan Allah سبحانه وتعالى dan diakhirat akan ditunjukkan kepada surga.

Ini juga semakna dengan hadits ini bahwa orang yang bertemu Allah dalam keadaan bertauhid maka dia akan masuk ke dalam surga. Dan juga akan diharamkan dari kekal di neraka.
Kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, ini adalah hadits yang agung yang menunjukkan keutamaan mentauhidkan Allah سبحانه وتعالى dan menjauhi segala kesyirikan kepada Allah سبحانه وتعالى.

Yang berkata Al-Imam Abu 'Umar Ibnu Abdil Barr didalam Kitab Attamhid Limaa Fil Muwaththa` minal Ma’aanii Wal Asaanid, beliau mengatakan bahwa hadits ini dan yang semakna dengannya, menunjukkan bahwa akhir dari orang-orang yang bertauhid adalah kepada surga. Meskipun dia sebelumnya melakukan kemaksiatan kepada Allah سبحانه وتعالى.

Dan juga berkata beliau Al-Imam Ibnu Abdil Barr di dalam kitab AtTamhid ini juga, beliau menyatakan barangsiapa yang melakukan kemaksiatan yang selain kesyirikan maka dibawah kehendak Allah سبحانه وتعالى dan dia kalau dia masih bertauhid maka dia masih ada harapan masuk surga, merupakan akhir setiap orang yang bertauhid akan masuk ke dalam surga Allah سبحانه وتعالى.

Dan merupakan akidah yang disepakati oleh para ulama ahlissunnah wal jama'ah bahwa pelaku dosa besar yaitu dosa-dosa besar yang dibawah kesyirikan, seperti berzina, mencuri, minum khamr dan sebagainya, maka mereka dibawah kehendak Allah سبحانه وتعالى.

Dan ijma'/kesepakatan dari seluruh ahlissunnah wal jama'ah, menyelisihi dari kelompok ahlul bid'ah seperti orang khawarij dan mu'tazilah yang mengkafirkan pelaku dosa besar atau kelompok murji'ah yang menyatakan bahwa pelaku dosa besar dia akan masuk neraka, tidak akan ada pengaruhnya.

Maka ini jelas adalah keliru, sesuai dengan, menyelisihi dari nash-nash yang shahih dari hadits Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم dan juga ayat-ayat Allah سبحانه وتعالى yang menyatakan tentang bahwa orang yang melakukan dosa besar dia masih ada harapan diampuni. Adapun yang sudah melakukan kesyirikan dan mati dalam kesyirikan itulah yang dia yang kemudian masuk ke dalam neraka dan akan kekal di dalam nereka.

Kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, berkata Al-Imam AnNawawi رحمه اللّه,

أنّ مذهب أهل السنة إجماعهم من السلف الصالح و أهل الحديث و الفقها و المتكلمين على مذهب من الأشعاريين أن أهل الذنوب في مشيئة الله تعالى

Bahwa madzhab ahlissunnah seluruhnya dari salafush shalih dan yang lain-lainnya selain dari mereka menyatakan bahwa pelaku dosa ini dibawah kehendak Allah سبحانه وتعالى.

Jadi mereka tidak kekal di neraka.

Kemudian setiap orang yang bertauhid, maka dia pasti akan masuk surga. Yang beliau juga menyatakan:

إِجْمَاعِ أَهْلِ السُّنَّةِ أَنَّهُ لَا بُدَّ مِنْ دُخُولِهَا لِكُلِّ مُوَحِّدٍ إِمَّا مُعَجَّلًا مُعَافًى ، وَإِمَّا مُؤَخَّرًا

Ijma' ahlis sunnah bahwa pasti seorang yang bertauhid akan masuk surga, entah dia segera tanpa diadzab, tanpa dihisab, kalau dia betul-betul tauhidnya sempurna, seperti kata Rasulullah menyatakan ada diantara umatnya masuk surga tanpa hisab atau adzab, dia tauhidnya adalah sempurna, ada yang ditangguhkan karena dia diadzab dulu oleh Allah سبحانه وتعالى, sesuai dengan dosanya.

Yang juga dalam hadits yang lain Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم menyatakan:

من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة

Barangsiapa yang akhir ucapannya laa ilaaha illallaah maka akan masuk surga.

Yakni menunjukkan bahwa setiap orang yang bertauhid, yang mati dalam keadaan bertauhid, maka dia akan dijamin masuk surga, meskipun dia melakukan perbuatan dosa yang kadang mengharuskan dia diadzab sesuai dengan dosanya, tetapi akhir dari hidupnya adalah dimasukkan surga sesuai dengan janji dari Allah سبحانه وتعالى dan juga janji dari Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم.

Kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, hadits yang agung ini menunjukkan kepada kita tentang keutamaan mentauhidkan Allah سبحانه وتعالى, yang ini mewajibkan kita untuk memurnikan tauhid kita kepada Allah.

Dan semoga Allah سبحانه وتعالى menjadikan kita orang-orang yang mentauhidkanNya, yang menjauhkan semua kesyirikan daripadaNya, memberikan ibadah semata kepada Allah سبحانه وتعالى dan tidak menpersekutukan Allah dalam semua ibadah, baik itu shalat, do'a, istighatsah, isti'anah, tawakkal dan sebagainya.

Yang ketika kita memurnikan semua ibadah kepada Allah maka Allah memberikan jaminan kepada kita akan masuk ke dalam surga. Demikian juga Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم menyatakan bahwa orang yang bertemu Allah dalam keadaan bertauhid maka pasti dia akan masuk surga.

Semoga Allah سبحانه وتعالى menjadikan kita bertauhid dan semoga Allah سبحانه وتعالى memasukkan kita ke surga Allah سبحانه وتعالى, melindungi kita dari neraka.

و آخر دعونا، الحمد لله رب العالمين.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته.

Jodoh Hadits 13

Syarah Hadits ke-13
Oleh Ustadz Arif Fathul Ulum, LC

بسم اللّه. الْحَمْدَ لله والصلاة و السلام على رسول الله و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: النَّدَمُ تَوْبَةٌ

Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم bersabda penyesalan adalah taubat.

Hadits ini hadits yang shahih dari Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم yang menunjukkan kepada perkara yang sangat penting agar seseorang diterima taubatnya disisi Allah سبحانه وتعالى. Karena sesungguhnya tidak akan diterima taubat seseorang kecuali dimisali dari perbuatan kemaksiatannya dan penyelisihannya kepada perintah Allah سبحانه وتعالى.

Dalam hadits ini Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم bersabda النَّدَمُ تَوْبَةٌ (penyesalan adalah taubat). Maksudnya bahwa rukun yang paling agung, yang paling besar dari taubat adalah penyesalan dari perbuatan kemaksiatan dan penyelisihan kepada syari'at Allah سبحانه وتعالى.

Inilah yang dijelaskan oleh para ulama bahwa maksud dari hadits ini bahwa penyesalan adalah rukun yang paling agung dari taubat. Dan bukan bermakna bahwa sekedar menyesal maka sudah terhitung taubat yang diterima disisi Allah سبحانه وتعالى. Karena sesungguhnya tidaklah tidak diterima taubat kecuali ketika terpenuhi dari rukun-rukunnya, diantaranya adalah penyesalan kepada Allah سبحانه وتعالى, keikhlasan di dalam taubat tersebut, kemudian 'azzam untuk tidak mengulangi dari perbuatan kemaksiatan.

Dan jika dosa tersebut berhubungan dengan sesama manusia maka wajib dia untuk mengembalikan dari hak yang dia ambil dari manusia. Atau minta maaf kepada mereka dari kesalahan.

Inilah yang merupakan syarat diterimanya taubat, demikian juga berniat taubat tersebut didalam waktu yang diterima. Bukan ketika sudah tidak diterima taubat, pada waktu yang tidak diterima yaitu ketika matahari terbit dari barat, yaitu hari kiamat. Dan ketika nyawa sudah berada di tenggorokan.

Maka maksud dari hadits ini النَّدَمُ تَوْبَةٌ, penyesalan atau taubat bahwasanya taubat, bahwasnya penyesalan merupakan syarat yang paling besar dari diterimanya taubat seseorang.

Yang ini dijelaskan oleh para ulama seperti hadits Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم:

اَلْحَجُّ عَرَفَةٌ

Haji adalah 'Arofah.

Dan merupakan perkara yang diketahui bahwa wukuf di 'Arofah merupakan salah satu rukun haji. Akan tetapi seluruh ulama sepakat kalau seseorang wukuf di 'arofah kemudian tidak melakukan rukun-rukun haji yang lain maka tidak diterima hajinya.

Ini menunjukkan bahwasanya maksud اَلْحَجُّ عَرَفَةٌ adalah melaksanakan wukuf di 'Arofah dan melaksanakan rukun yang lain sebagaimana ketika seseorang bertaubat dan dia menyesal dan juga melaksanakan rukun taubat yang lainnya.

Kemudian hadits ini juga menunjukkan bahwa Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم menghasung setiap muslim yang melakukan dosa dan kesalahan agar menyesali dari perbuatan tersebut dan bertaubat kepada Allah سبحانه وتعالى.

Dan juga makna taubat adalah kembali. Kembali dari kemaksiatan kepada keta'atan. Kembali dari penyelisihan kepada perkara yang sesuai dengan kehendak Allah سبحانه وتعالى.

Kemudian juga hadits ini menunjukkan bahwa penyesalan adalah bagian yang sangat penting sekali dari taubat. Dan tidak mungkin seseorang bisa bertaubat kecuali dia menyesali dari perbuatannya.

Makanya ketika dia diberi taufiq oleh Allah, menyesal kepada perbuatan kemaksiatan maka ini awal bisa diterima dari taubatnya. Awal dia bertaubat menuju pada taubat kepada Allah سبحانه وتعالى. Karena tidak mungkin seseorang bertaubat dan menyesali perbuatan tersebut maka Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم menyatakan bahwa النَّدَمُ تَوْبَةٌ. Bahwa penyesalan adalah taubat kepada Allah سبحانه وتعالى karena tidak mungkin seseorang bertaubat kecuali menyesali dari perbuatannya.

Karena itulah maka sungguh sulit sekali bagi pelaku bid'ah untuk bertaubat karena sesungguhnya dia tidak merasa bersalah bahkan dia merasa melaksanakan keta'atan. Karena itulah dikatakan bahwa iblis lebih suka kebid'ahan daripada kemaksiatan karena kemaksiatan pelakunya merasa bersalah, menyesal sehingga bisa bertaubat. Adapun kebid'ahan maka dia tidak merasa bersalah sehingga sulit sekali dirinya untuk bertaubat kepada Allah سبحانه وتعالى.

Maka, kaum mu'minin yang dirahmati Allah, inilah yang bisa kita ambil dari faidah hadits ini.

Semoga Allah سبحانه وتعالى menjadikan kita orang yang menyesali dari setiap kemaksiatan dan kembali kepada Allah سبحانه وتعالى kepada keta'atan, dengan taufiq dari Allah سبحانه وتعالى.

و آخر دعونا، الحمد لله رب العالمين.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته.

Jodoh Hadits 15

Syarah Hadits ke-15
Oleh Ustadz Arif Fathul Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: لاَ تغْضَبْ وَ لَكَ الْجَنَّةُ

Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم telah bersabda dalam hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dengan sanad yang shahih, janganlah engkau marah maka engkau akan mendapatkan surga.

Hadits ini hadits yang agung yang datang sabab wurudnya (sebab datangnya) hadits ini dari Abu Darda'. Bahwasanya dia berkata: Aku berkata kepada Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم:

يَا رسول الله دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ،

Wahai Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم, tunjukkan kepadaku kepada sesuatu amalan yang akan memasukkan aku ke dalam surga. Maka kemudian Rasulullah bersabda:

لاَ تغْضَبْ وَ لَكَ الْجَنَّةُ

Janganlah engkau marah maka Allah akan memberikan surga kepadamu.

Kemudian juga Imam Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya bahwa ada seorang laki-laki yang berkata kepada Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم:

أَوْصِنِيْ

Berikan wasiat kepadaku.

Maka Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم bersabda لَا تَغْضَبْ (jangan kamu marah). Kemudian orang ini mengulang-ulang terus dari ucapannya. Dia berkata: Ya Rasulullah, nashihatkan kepadaku dan senantiasa Rasulullah mengulang juga لَا تَغْضَبْ (jangan kamu marah).

Kemudian dalam riwayat Ahmad dari Ibnu Hibban, orang ini kemudian berkata:

تَفَكَّرْتُ فِيْمَا قَالَ

Kemudian aku merenungi apa yang beliau ucapkan.

فَإِذَا الْغَضَبُ يَجْمَعُ اْلأَمْرَ كُلَّهُ

Ternyata kemarahan ini mengumpulkan semua perkara.

Ketika seseorang menahan marah, dia akan mengumpulkan semua perkara kebaikan. Ketika dia marah akan mengumpulkan semua perkara kejelekan.
Dan orang yang bertanya ini disebutkan oleh pensyarah, dia adalah Jarir Ibnu Qudamah, yang diriwayatkan haditsnya dalam musnad Imam Ahmad, dari Thabrani dan Ibnu Hibban dan yang lainnya.

Kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم ketika ditanya oleh seorang shahabat maka beliau memberikan wasiat yang menyeluruh yang meliputi segala perkara kebaikan dan menghindarkan seluruh perkara kejelekan yaitu wasiat agar orang tidak marah.

Maka dalam hadits ini, maka Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم memberikan kalimat yang sedikit, kalimat yang ringkas tapi mengandung makna yang sangat luas yang mengandung makna yang banyak dan faidah-faidah yang agung. Barangsiapa yang menahan kemarahannya dan menahan kemurkaannya maka dia telah menghinakan syaithan dan dia menyelamatkan agama dan kehormatannya.

Berkata para ulama: Sesungguhnya Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم menunjukkan kepada orang ini bahwa dia hendaknya menahan kemarahan. Karena marah merupakan perkara yang disukai, perkara yang biasa, seseorang melakukan. Maka ketika dia meninggalkan hal yang dituruti yang sesuai dengan nafsunya maka dia tidak menahan kemarahan. Dan berarti dia menuruti kemarahannya maka akan mengumpulkan kejelekan sebagaimana dia menahan kemarahannya maka berarti dia telah menahan hawa nafsunya. Dan kalau dia bisa menahan kemarahannya berarti dia juga bisa menahan dari hal-hal yang lain yang dilarang oleh syari'at Allah سبحانه وتعالى.

Maka ketika dia bisa menahan kemarahannya yang pada itu merupakan hal yang seharusnya dia merasa itu adalah haknya marah, karena dilanggar kehormatannya misalnya, ketika dia bisa menahan maka jelas dia lebih bisa menahan dari hal yang lain dari kesombongan, dari kedengkian dan penyakit-penyakit hati yang lainnya.

Berkata Imam AlBaji رحمه اللّه:

جمع له صلى الله عليه وسلم الخير في لفظ واحد لأن الغضب يفسد كثيرا من الدين والدنيا لما يصدر عنه من قول أو فعل

Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم mengumpulkan di dalam lafazh yang satu ini seluruh kebaikan karena kemarahan akan merusak banyak dari perkara agama dan dunia karena apa yang muncul dari kemarahan dari ucapan atau perbuatan.

Yang Rasulullah menyatakan لَا تَغْضَبْ (yaitu tahanlah kemarahanmu), jangan engkau menuruti dan tahanlah.

Dan yang dimaksud menahan adalah berupaya untuk menahan marah ini sehingga tidak melampaui batas pada yang dibatasi oleh Allah سبحانه وتعالى. Adapun sekedar marah, ini jelas tidak bisa seorang menahan karena dia datangnya dari perkara yang membuat dia marah. Tapi yang dimaksud menahan marah adalah ketika dia bisa menahan kemarahan tersebut sehingga tidak sampai melanggar syari'at Allah سبحانه وتعالى.

Jadi yang dilarang adalah yang lebih dari sekedar tabi'at. Tabi'at itu yang ketika dia marah karena sesuatu maka ini tidak dilarang. Tetapi ketika setelah itu, maka dia bisa menahan sehingga tidak melanggar syari'at Allah سبحانه وتعالى.

Berkata Imam AlKhaththabiy رحمه اللّه maksud لَا تَغْضَبْ

اِجْتَنِبْ أَسْبَاب الْغَضَب وَلا تَتَعَرَّض لِمَا يَجْلِبهُ

Yaitu jauhilah sebab-sebab kemarahan dan janganlah engkau menuju kepada perkara-perkara yang bisa membawa kemarahan.

لأن نفس الغضب مطبوع في الإنسان لا يمكن إخراجه من جبلته .

Karena kalau masalah kemarahan ini telah dicetak pada manusia, tidak mungkin dia menghilangkan kemarahan karena itu adalah merupakan tabi'atnya.

Adapun yang diperintahkan adalah menjauhi hal-hal yang bisa membuat marah yang akan bisa membawa dia melampaui batas.

Berkata AlBaaji رحمه اللّه:

وإنما أراد منعه من الغضب في معاني دنياه ومعاملاته

Adapun yang dimaksud mencegah kemarahan dari makna-makna dunia dan muamalah-muamalahnya.

وأما فيما يعود إلى القيام بالحق فقد يجب كالقيام على أهل الباطل والإنكار عليهم بما يجوز

Adapun yang berhubungan dengan tugas melaksanakan alhaq (membela kebenaran) maka katakanlah kemarahan adalah wajib seperti membantah kepada pemilik kebathilan.
Mengingkari mereka pada perkara yang dibolehkan.

Dan kadang, kata beliau,

وقد يندب وهو الغضب على المخطئ كغضبه صلى الله عليه وسلم لما سأله رجل عن ضالة الإبل, ولما شكي إليه معاذ أنه يطول في الصلاة

Ketika ada kemarahan juga disunnahkan yaitu ketika seorang marah kepada orang yang keliru secara syar'i. Sebagaimana marahnya Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم kepada orang yang bertanya tentang unta yang tersesat. Atau ketika beliau dilapori bahwa Muadz memanjangkan sholat sehingga memberatkan kepada ma'mumnya, dan ini Rasulullah marah.

Dan ini disebutkan oleh AlBaaji bahwa ini termasuk yang disunnahkan karena termasuk perkara yang dibolehkan secara syar'I bahkan hendaknya dilakukan kalau dia mengetahui itu kesalahan secara syar'i maka dia luuruskan kesalahan tersebut sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم.
Dan hadits ini diantara keindahan dan juga keagungan dari kalimat-kalimat Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم yang dalam kalimat yang ringkas, mengumpulkan makna yang luas, mendatangkan mashlahat-mashlahat dan juga menepis mafsadah-mafsadah.

Yang Allah menciptakan al-ghadhab dari neraka, kemarahan dari neraka, ya ini ada pada manusia. Yang ketika kemarahan ini muncul maka akan membakar manusia, memerah wajahnya, akan memerah dari kedua matanya. Maka dari itulah kemudian datang daur atau giliran bagaimana seseorang bisa mengekang dan mengarahkan kemarahannya kepada apa yang dibolehkan oleh syar'i, tidak melampaui batas kepada yang dilarang oleh syari'at Allah سبحانه وتعالى.

Ayyuhal ikhwah, kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, maka Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم didalam hadits ini memberikan arahan kepada kita sebuah perkara yang agung yaitu hendaknya kita menahan diri dari kemarahan yang akan membawa kepada semua kejelekan.

Dan juga memerintahkan kita untuk menahan marah yang berarti itu telah menepis kejelekan-kejelekan yang timbul dari atsar, dari pengaruh dari kemarahan.

Betapa banyak orang yang dia tidak bisa menahan kemarahannya. Setelah dia sadar kemudian menyesal telah melakukan  perkara-perkara yang seandainya dia tidak marah pasti dia akan melakukan hal tersebut.

Perkara-perkara yang dia misal sekali, ketika dia sadar, dia berandai-andai seandainya dia menahan kemarahan sehingga tidak melakukan perbuatan tersebut.

Demikian juga Allah سبحانه وتعالى mengarahkan kemarahan ini, sesuai dengan yang ditunjukkan Allah سبحانه وتعالى. Dan juga Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم memerintahkan kepada seseorang yang marah agar mengambil sebab-sebab untuk menahan dari kemarahannya. Yang Allah mengarahkan agar berlindung dari syaithan, ta'awudz kepada Allah kemudian beliau juga mengatakan bahwa dia sedang berdiri akhirnya dia duduk, kalau dia sedang duduk hendaknya dia berbaring.

Ini juga sebab seorang bisa menahan dari kemarahan karena semakin dia lebih rendah posisinya akan lebih sedikit kemungkinan dia melakukan perkara-perkara yang tidak baik.

Kemudian juga kata para ulama bahwa suatu yang paling kuat untuk bisa menepis dari kemarahan adalah seorang menghadirkan tauhid yang haiqiqI, yang sebenarnya, yang sempurna. Bahwasanya yang menciptakan segala sesuatu adalah Allah سبحانه وتعالى dan bahwasanya manusia adalah makhluqNya dan tidak ada satupun yang diciptakan ataupun yang ditakdirkan Allah kecuali adalah kebaikan dan hikmah Allah سبحانه وتعالى.

Maka kalau dia merasakan bahwa seluruh perbuatan Allah adalah hikmah maka apa yang dia tidak suka adalah hikmah dari Allah, yang kadang tidak tahu hikmahnya. Yang dia menyadari itu semua, maka tidak akan marah karena itu adalah merupakan perbuatan Allah yang semua mengandung hikmah yang dia tidak menyukai tetapi itu adalah hikmah yang Allah mengetahui.

Ini juga diantara hal atau disebutkan oleh para ulama perkara yang paling kuat yang bisa menahan kemarahan yaitu ketika dia mengetahui bahwa itu adalah merupakan takdir dari Allah, perbuatan Allah yang mengandung hikmah yang tidak mungkin Allah melakukan segala sesuatu dengan tanpa hikmah. Maka dia tidak akan marah karena itu adalah memang kehendak Allah yang Allah tidak akan berbuat kezhaliman, Allah selalu berbuat hikmahNya. Maka seorang wajib berserah diri kepada ketentuan Allah سبحانه وتعالى meskipun tidak sesuai dengan keinginannya atau bahkan meskipun dia tidak suka melihat hal tersebut.

Kemudian juga contoh yang nyata tentang bahwa tauhid yang sempurna akan menepis menahan kemarahan adalah hadits yang datang dari Anas bin Malik رضي اللّه عنه yang dia berkata:

خَدَمْتُ نبي صلى الله عليه وسلم عَشْرَ سِنِينَ ، فَمَا قَالَ لِشَيْءٍ فَعَلْتُ لِمَا فَعَلْتَهُ؟ وَلا لِشَيْءٍ لَمْ أَفْعَلُ لِمَا لَمْ تَفْعَلْ؟ وَ لَكِنْ يَقُوْلُ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ .

Aku telah menjadi pelayan Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم selama 10 tahun. Maka beliau tidak pernah mengatakan sesuatu yang aku perbuat "Kenapa kamu berbuat itu? ". Dia tidak pernah mengatakan kepada suatu yang tidak aku perbuat "Kenapa kamu tidak berbuat itu? ". Akan tetapi beliau mengatakan "Qaddarallah wa maasya a fa'fa'al (Allah telah menakdirkan, dan Allah yang menghendaki maka itulah yang terjadi).

Maka ketika Allah mentakdirkan itulah yang kemudian terjadi sesuai dengan kehendak Allah سبحانه وتعالى.

Maka tidaklah manusia, kewajibannya menghadapi segala sesuatu kecuali dia berserah diri kepada Allah سبحانه وتعالى dari segala perkara yang terjadi adalah karena kehendak Allah maka tidak pantas dia marah pada sesuatu yang terjadi, tidak pantas dia tidak suka. Karena itu adalah merupakan kehendak Allah dan sesuai dengan takdir Allah, perbuatan Allah سبحانه وتعالى dan Allah tidak pernah berbuat kezhaliman yang Dia adalah Zat Yang Maha Hikmah, yang Dia Maha Mengetahui segala sesuatu, tidak pernah berbuat kecuali dengan hikmah yang kadang manusia mengetahui dan kadang manusia tidak mengetahuinya.

Tapi yang wajib diketahuinya bahwasanya Allah tidak pernah berbuat yang sia-sia. Allah berbuat mengandung hikmah yang ini wajib diyakini agar seseorang bisa menerima segala sesuatu, tidak marah kepada sesuatu yang dia tidak sukai atau tidak marah kepada sesuatu yang luput darinya karena semua sesuai dengan takdir Allah سبحانه وتعالى.

Kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, semoga Allah سبحانه وتعالى selalu memberikankan kepada kita tauhid yang sempurna, kepasrahan yang sempurna kepada Allah سبحانه وتعالى.

Dan semoga Allah memberikan kepada kita untuk bisa selalu berjalan di atas jalan Allah سبحانه وتعالى, bisa menahan kemarahan dan bisa meyakini bahwa semua adalah datang dari Allah sehingga kita bisa menahan diri dari perkara-perkara yang dilarang, dari marah ataupun dari hal-hal yang dilarang oleh Allah سبحانه وتعالى.

Semoga Allah سبحانه وتعالى selalu memberi petunjuk kepada kita.

والله أعلم بالصواب

وصلى الله على نيينا محمد و على آله و صحبه و سلم

و آخر دعونا، الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته.

https://www.dropbox.com/s/hd7u7u50k3ukytw/Hadits%20ke%2015.aac?dl=0

Jodoh Hadits 14

Syarah Hadits ke-14
Oleh Ustadz Arif Fathul Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: َالكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ

Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم telah bersabda hadist yang shahih yang muttafaqun 'alaih bahwa kalimat yang baik adalah shadaqah.

Yang disini hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam kedua Shahihnya. Yang Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم menyatakan dalam hadits ini bahwa kalimat/ucapan yang baik adalah shadaqah.

Adapun segi kemiripan antara kalimat yang baik dengan shadaqah sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Baththal رحمه اللّه:

وَجْهُ كَوْنِ الْكَلِمَةِ الطَّيِّبَةِ صَدَقَةً أَنَّ إِعْطَاءَ الْمَالِ يَفْرَحُ بِهِ قَلْبُ الَّذِي يُعْطَاهُ وَيَذْهَبُ مَا فِيْ قَلْبِهِ ، وَكَذَالِكَ الكَلاَمُ الطَّيِّبُ فاشتبها مِنْ هَذِهِ الحَيْثِيَّةِ .

Segi keberadaan kalimat yang baik adalah shadaqah, bahwasanya ketika seseorang memberikan pemberian, orang yang diberi akan merasa gembira. Demikian juga ucapan yang baik akan menggembirakan orang yang menerimanya.

Dari sinilah maka dikatakan bahwa ucapan yang baik adalah shadaqah. Dan juga Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم menyatakan dalam hadits ini bahwa ucapan yang baik adalah shadaqah kepada orang yang diajak bicara.

Yang mana Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم menyatakan didalam hadits ini bahwasanya seorang yang sekedar mengucapkan kalimat yang baik akan memberikan shadaqah kepada saudaranya.

Yang shadaqah tidak mesti dengan harta. Ketika seseorang mengucapkan ucapan yang baik maka dia telah bershadaqah dengan orang yang diucapkan kepadanya.

Yang kalimat yang baik adalah anugrah Allah سبحانه وتعالى yang ini selayaknya kepada setiap muslim untuk membiasakan lisannya, mengucapkan ucapan yang baik dan menjauhi ucapan yang jelek.

Yang mana Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم dalam hadits yang shahih melarang melaknat syaithan, bahkan ketika seseorang melaknat syaithan maka syaithan semakin besar. Tapi Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم memerintahkan agar seorang berlindung kepada Allah dari syaithan. Dan ini akan menepis gangguan syaithan pada seorang hamba.

Ayyuhal ikhwah, kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, Allah سبحانه وتعالى telah menyatakan perbandingan yang jauh antara ucapan yang baik dengan ucapan yang jelek. Yang mana Allah سبحانه وتعالى mengatakan berfirman dalam kitabNya tentang permisalan kalimat yang baik.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا...

Tidakkah engkau melihat bagaimana Allah membuat permisalan kalimat yang baik seperti pohon yang baik yang pokoknya kokoh dan cabangnya menjulang ke langit. Dia memberikan buahnya pada setiap waktu.. . (Ibrahim 24-25)

Yang ini menunjukkan perumpamaan dari kalimat yang baik, yang dia seperti pohon yang kuat yang kokoh, yang cabangnya banyak menjulang kemudian selalu memberikan buah, tidak ada terputusnya sama sekali, كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا, kepada siapapun izin dari RabbNya.

Adapun ucapan yang jelek, Allah menyatakan seperti sebuah pohon yang jelek.

... كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ (26)

Jadi pohon yang jelek, yang dicabut dari atas tanah, yang timbul ke atas tanah, yang dia akan mudah untuk jatuh dan roboh. (Ibrahim 26)

Maka kalimat yang baik akan tetap kekal dan akan tetap tersisa dari atsarnya, dari pengaruhnya, dari kenangannya. Adapun kalimat yang jelek akan menghilangkan apa yang ada dan akan juga memberikan kenangan yang jelek kepada orang yang mendengarnya.

Karena itulah ketika seseorang berupaya mengucapkan kalimat yang baik maka itu adalah shadaqah darinya sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم yang mana Allah berfirman dalam kitabNya:

قَوْلٌ مَّعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّن صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى ۗ   حَلِيمٌ (263)

Ucapan yang baik dan ampunan lebih baik daripada shadaqah yang diiringi dengan mengungkit-ungkit. (Albaqarah 263)

Dalam ayat ini, Allah justru mengatakan ucapan yang baik jauh lebih baik dari shadaqah. Jauh lebih baik daripada shadaqah yang tidak ikhlas, yang mengungkit-ungkit setelah memberikan. Maka ucapan yang baik lebih baik daripada dia bershadaqah kemudian dia mengungkit-ungkit dan mengucapkan ucapan yang tidak menyenangkan bagi orang yang menerimanya.

Ayyuhal ikhwah, saudaraku kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم mencontohkan kepada kita tentang ucapan yang baik, yang mana Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم bersabda dalam hadits yang shahih:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاَللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia mengucapkan kalimat yang baik atau dia diam.

Yang ini menunjukkan bahwa kalau orang tidak bisa mengucapkan ucapan yang baik, yang akan membawa kebaikan pada dirinya dihadapan Allah سبحانه وتعالى, dihadapan manusia, maka hendaknya dia diam. Dengan diam akan menolong dia dari ucapan yang jelek.

Kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, maka marilah kita semua memperbaiki seluruh ucapan kita agar Allah سبحانه وتعالى mencatat kebaikan kepada kita dan juga akan sampai ucapan kita diterima disisi Allah سبحانه وتعالى, kemarilah kita menjauhi segala perkataan yang jelek yang akan menjelekkan kita dan juga akan memberikan pengaruh yang jelek kepada orang yang kita ajak bicara. Sekaligus akan dinilai kejelekan disisi Allah سبحانه وتعالى.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

https://www.dropbox.com/s/52kkm3y4ykit4ag/Hadits%20ke%2014.aac?dl=0

Jodoh Hadits 12

Syarah Hadits ke-12
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. الْحَمْدَ لله والصلاة و السلام على رسول الله و على آله و أصحابه ومن واله.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: إِذَا سَمِعْتَ النِّدَاءَ فَأَجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ.

Jika engkau mendengar seruan adzan maka penuhilah dari seruan Allah tersebut.

Ini adalah hadits yang agung yang shahih dari Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم yang menunjuklan tentang sikap yang benar bagi setiap mu'min yaitu wajibnya memenuhi seruan Allah سبحانه وتعالى.

Yang dimaksud "nida" disini dalam hadits ini (إِذَا سَمِعْتَ النِّدَاءَ, jika engkau mendengar seruan). Para ulama menjelaskan bahwa "nida" disini umum bagi setiap seruan Allah سبحانه وتعالى baik seruan untuk shalat yaitu adzan ataupun seruan untuk jihad atau seruan kepada ibadah yang lain. Yang mana Allah سبحانه وتعالى memerintahkan setiap mu'min agar memenuhi seruan Allah سبحانه وتعالى. Dan juga memenuhi seruan Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم.

Allah سبحانه وتعالى berfirman di dalam kitabNya:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ..

Wahai orang yang beriman penuhilah dari seruan Allah dan RasulNya ketika menyeru kalian kepada apa yang menghidupkan kalian, yaitu keta'atan kepada Allah سبحانه وتعالى. (AlAnfal 24)

Karena sesungguhnya yang menghidupkan manusia, menghidupkan ruh manusia adalah keta'atan kepada Allah سبحانه وتعالى. Maka dalam ibadah merupakan kehidupan bagi manusia yang akan menghidupkan ruhnya, kehidupan yang sebenarnya.

Kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى maka Allah memerintahkan agar setiap mu'min memenuhi seruan Allah سبحانه وتعالى. Karena dalam seruan itu didapat kebahagiaan, didapat kebaikan bagi dirinya yang mana tidaklah menyeru kecuali kepada kebaikan, tidaklah menyeru kecuali kepada perkara yang menyibukkan dari dirinya, yang akan menyiram hatinya sehingga dia hidup dalam keta'atan kepada Allah سبحانه وتعالى.

Dan juga telah datang beberapa ibadah yang Allah menyeru kaum mu'minin untuk melaksanakannya seperti shalat yang diberi seruan untuk shalat, yaitu al-adzan, yang ketika seorang mendengar adzan maka dia wajib untuk memenuhi panggilan tersebut. Kemudian juga ketika Allah menyeru untuk melaksanakan ibadah kepada Allah سبحانه وتعالى sebagai firman Allah dalam kitabNya:

وَأَذِّن فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ

Umumkanlah kepada manusia untuk berhaji. (AlHajj 27)

Yang Rasulullah menjelaskan kepada kaum muslimin, Wahai manusia, Allah telah memerintahkan untuk berhaji (menyeru kalian untuk berhaji) maka penuhilah seruan Allah سبحانه وتعالى.

Demikian juga ketika ada seruan jihad, maka tidak ada jalan bagi setiap mu'min kecuali mengikuti/memenuhi/menjawab dari seruan tersebut karena itu merupakan kebaikan dan mashlahat bagi dirinya.

Kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, maka sikap setiap mu'min adalah selalu mengikuti seruan Allah سبحانه وتعالى, memenuhi panggilan Allah سبحانه وتعالى didalam keta'atan yang ini merupakan perkara yang sangat menghidupkan kita semua, kehidupan yang sebenarnya karena kehidupan yang sebenarnya adalah keta'atan kepada Allah سبحانه وتعالى di dunia dan di akhirat, inilah kehidupan yang sebenarnya.

Adapun ketika seorang meninggalkan keta'atan maka hakikatnya dia berada dalam kematian. Karena itulah dinyatakan AlQur'an, menghidupkan hati manusia karena AlQur'an inilah adalah perintah untuk melakukan keta'atan kepada Allah سبحانه وتعالى dan juga kemaksiatan akan melemahkan, membuat sakit, akan mematikan usia karena akan menjauhkan keta'atan kepada Allah سبحانه وتعالى

Maka hakikat sebenarnya dari kehidupan adalah dalam keta'atan kepada Allah سبحانه وتعالى.

Kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, inilah yang bisa kita ambil dari faidah hadits ini.

Semoga Allah سبحانه وتعالى menjadikan kita termasuk orang-orang yang selalu memenuhi panggilan Allah سبحانه وتعالى agar kita mendapatkan kebahagiaan hidup dunia kita.

و آخر دعونا، الحمد لله رب العالمين

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه أجمعين.

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

https://www.dropbox.com/s/mmszfaoq9661gin/Hadits%20ke%2012.aac?dl=0

Jodoh Hadits 11

Syarah Hadits ke-11
Oleh Ustadz Arif Fathul Ulum, LC

بسم اللّه. الْحَمْدَ لله والصلاة و السلام على رسول الله و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: إِذَا سَمِعْتَ النِّدَاءَ فَأَجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ.

Jika engkau mendengar serua adzan maka penuhilah dari seruan Allah tersebut.

Ini adalah hadits yang agung yang shahih dari Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم yang menunjukkan tentang sikap yang benar bagi setiap mu'min yaitu wajibnya memenuhi seruan Allah سبحانه وتعالى.

Yang dimaksud "nida" disini dalam hadits ini (إِذَا سَمِعْتَ النِّدَاءَ, jika engkau mendengar seruan). Para ulama menjelaskan bahwa "nida" disini umum bagi setiap seruan Allah سبحانه وتعالى baik seruan untuk shalat yaitu adzan ataupun seruan untuk jihad atau seruan kepada ibadah yang lain. Yang mana Allah سبحانه وتعالى memerintahkan setiap mu'min agar memenuhi seruan Allah سبحانه وتعالى. Dan juga memenuhi seruan Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم.

Allah سبحانه وتعالى berfirman di dalam kitabNya:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ..

Wahai orang yang beriman penuhilah dari seruan Allah dan RasulNya ketika menyeru kalian kepada apa yang menghidupkan kalian, yaitu keta'atan kepada Allah سبحانه وتعالى. (AlAnfal 24)

Karena sesungguhnya yang menghidupkan manusia, menghidupkan ruh manusia adalah keta'atan kepada Allah سبحانه وتعالى. Maka dalam ibadah merupakan kehidupan bagi manusia yang akan menghidupkan ruhnya, kehidupan yang sebenarnya.

Kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى maka Allah memerintahkan agar setiap mu'min memenuhi seruan Allah سبحانه وتعالى. Karena dalam seruan itu didapat kebahagiaan, didapat kebaikan bagi dirinya yang mana tidaklah menyeru kecuali kepada kebaikan, tidaklah menyeru kecuali kepada perkara yang menyibukkan dari dirinya, yang akan menyiram hatinya sehingga dia hidup dalam keta'atan kepada Allah سبحانه وتعالى.

Dan juga telah datang beberapa ibadah yang Allah menyeru kaum mu'minin untuk melaksanakannya seperti shalat yang diberi seruan untuk shalat, yaitu al-adzan, yang ketika seorang mendengar adzan maka dia wajib untuk memenuhi panggilan tersebut. Kemudian juga ketika Allah menyeru untuk melaksanakan ibadah kepada Allah سبحانه وتعالى sebagai firman Allah dalam kitabNya:

وَأَذِّن فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ

Umumkanlah kepada manusia untuk berhaji. (AlHajj 27)

Yang Rasulullah menjelaskan kepada kaum muslimin, Wahai manusia, Allah telah memerintahkan untuk berhaji (menyeru kalian untuk berhaji) maka penuhilah seruan Allah سبحانه وتعالى.

Demikian juga ketika ada seruan jihad, maka tidak ada jalan bagi setiap mu'min kecuali mengikuti/memenuhi/menjawab dari seruan tersebut karena itu merupakan kebaikan dan mashlahat bagi dirinya.

Kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, maka sikap setiap mu'min adalah selalu mengikuti seruan Allah سبحانه وتعالى, memenuhi panggilan Allah سبحانه وتعالى didalam keta'atan yang ini merupakan perkara yang sangat menghidupkan kita semua, kehidupan yang sebenarnya karena kehidupan yang sebenarnya adalah keta'atan kepada Allah سبحانه وتعالى di dunia dan di akhirat, inilah kehidupan yang sebenarnya.

Adapun ketika seorang meninggalkan keta'atan maka hakikatnya dia berada dalam kematian. Karena itulah dinyatakan AlQur'an, menghidupkan hati manusia karena AlQur'an inilah adalah perintah untuk melakukan keta'atan kepada Allah سبحانه وتعالى dan juga kemaksiatan akan melemahkan, membuat sakit, akan mematikan usia karena akan menjauhkan keta'atan kepada Allah سبحانه وتعالى

Maka hakikat sebenarnya dari kehidupan adalah dalam keta'atan kepada Allah سبحانه وتعالى.

Kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, inilah yang bisa kita ambil dari faidah hadits ini.

Semoga Allah سبحانه وتعالى menjadikan kita termasuk orang-orang yang selalu memenuhi panggilan Allah سبحانه وتعالى agar kita mendapatkan kebahagiaan hidup dunia kita.

Wa aakhiru da'wana Alhamdulillaahirrabbil 'alamiin.

و السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

https://www.dropbox.com/s/6agefatx27zdfns/Hadits%20ke%2011.aac?dl=0