Kamis, 22 Januari 2015

Jodoh Hadits 15

Syarah Hadits ke-15
Oleh Ustadz Arif Fathul Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: لاَ تغْضَبْ وَ لَكَ الْجَنَّةُ

Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم telah bersabda dalam hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dengan sanad yang shahih, janganlah engkau marah maka engkau akan mendapatkan surga.

Hadits ini hadits yang agung yang datang sabab wurudnya (sebab datangnya) hadits ini dari Abu Darda'. Bahwasanya dia berkata: Aku berkata kepada Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم:

يَا رسول الله دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ،

Wahai Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم, tunjukkan kepadaku kepada sesuatu amalan yang akan memasukkan aku ke dalam surga. Maka kemudian Rasulullah bersabda:

لاَ تغْضَبْ وَ لَكَ الْجَنَّةُ

Janganlah engkau marah maka Allah akan memberikan surga kepadamu.

Kemudian juga Imam Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya bahwa ada seorang laki-laki yang berkata kepada Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم:

أَوْصِنِيْ

Berikan wasiat kepadaku.

Maka Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم bersabda لَا تَغْضَبْ (jangan kamu marah). Kemudian orang ini mengulang-ulang terus dari ucapannya. Dia berkata: Ya Rasulullah, nashihatkan kepadaku dan senantiasa Rasulullah mengulang juga لَا تَغْضَبْ (jangan kamu marah).

Kemudian dalam riwayat Ahmad dari Ibnu Hibban, orang ini kemudian berkata:

تَفَكَّرْتُ فِيْمَا قَالَ

Kemudian aku merenungi apa yang beliau ucapkan.

فَإِذَا الْغَضَبُ يَجْمَعُ اْلأَمْرَ كُلَّهُ

Ternyata kemarahan ini mengumpulkan semua perkara.

Ketika seseorang menahan marah, dia akan mengumpulkan semua perkara kebaikan. Ketika dia marah akan mengumpulkan semua perkara kejelekan.
Dan orang yang bertanya ini disebutkan oleh pensyarah, dia adalah Jarir Ibnu Qudamah, yang diriwayatkan haditsnya dalam musnad Imam Ahmad, dari Thabrani dan Ibnu Hibban dan yang lainnya.

Kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم ketika ditanya oleh seorang shahabat maka beliau memberikan wasiat yang menyeluruh yang meliputi segala perkara kebaikan dan menghindarkan seluruh perkara kejelekan yaitu wasiat agar orang tidak marah.

Maka dalam hadits ini, maka Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم memberikan kalimat yang sedikit, kalimat yang ringkas tapi mengandung makna yang sangat luas yang mengandung makna yang banyak dan faidah-faidah yang agung. Barangsiapa yang menahan kemarahannya dan menahan kemurkaannya maka dia telah menghinakan syaithan dan dia menyelamatkan agama dan kehormatannya.

Berkata para ulama: Sesungguhnya Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم menunjukkan kepada orang ini bahwa dia hendaknya menahan kemarahan. Karena marah merupakan perkara yang disukai, perkara yang biasa, seseorang melakukan. Maka ketika dia meninggalkan hal yang dituruti yang sesuai dengan nafsunya maka dia tidak menahan kemarahan. Dan berarti dia menuruti kemarahannya maka akan mengumpulkan kejelekan sebagaimana dia menahan kemarahannya maka berarti dia telah menahan hawa nafsunya. Dan kalau dia bisa menahan kemarahannya berarti dia juga bisa menahan dari hal-hal yang lain yang dilarang oleh syari'at Allah سبحانه وتعالى.

Maka ketika dia bisa menahan kemarahannya yang pada itu merupakan hal yang seharusnya dia merasa itu adalah haknya marah, karena dilanggar kehormatannya misalnya, ketika dia bisa menahan maka jelas dia lebih bisa menahan dari hal yang lain dari kesombongan, dari kedengkian dan penyakit-penyakit hati yang lainnya.

Berkata Imam AlBaji رحمه اللّه:

جمع له صلى الله عليه وسلم الخير في لفظ واحد لأن الغضب يفسد كثيرا من الدين والدنيا لما يصدر عنه من قول أو فعل

Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم mengumpulkan di dalam lafazh yang satu ini seluruh kebaikan karena kemarahan akan merusak banyak dari perkara agama dan dunia karena apa yang muncul dari kemarahan dari ucapan atau perbuatan.

Yang Rasulullah menyatakan لَا تَغْضَبْ (yaitu tahanlah kemarahanmu), jangan engkau menuruti dan tahanlah.

Dan yang dimaksud menahan adalah berupaya untuk menahan marah ini sehingga tidak melampaui batas pada yang dibatasi oleh Allah سبحانه وتعالى. Adapun sekedar marah, ini jelas tidak bisa seorang menahan karena dia datangnya dari perkara yang membuat dia marah. Tapi yang dimaksud menahan marah adalah ketika dia bisa menahan kemarahan tersebut sehingga tidak sampai melanggar syari'at Allah سبحانه وتعالى.

Jadi yang dilarang adalah yang lebih dari sekedar tabi'at. Tabi'at itu yang ketika dia marah karena sesuatu maka ini tidak dilarang. Tetapi ketika setelah itu, maka dia bisa menahan sehingga tidak melanggar syari'at Allah سبحانه وتعالى.

Berkata Imam AlKhaththabiy رحمه اللّه maksud لَا تَغْضَبْ

اِجْتَنِبْ أَسْبَاب الْغَضَب وَلا تَتَعَرَّض لِمَا يَجْلِبهُ

Yaitu jauhilah sebab-sebab kemarahan dan janganlah engkau menuju kepada perkara-perkara yang bisa membawa kemarahan.

لأن نفس الغضب مطبوع في الإنسان لا يمكن إخراجه من جبلته .

Karena kalau masalah kemarahan ini telah dicetak pada manusia, tidak mungkin dia menghilangkan kemarahan karena itu adalah merupakan tabi'atnya.

Adapun yang diperintahkan adalah menjauhi hal-hal yang bisa membuat marah yang akan bisa membawa dia melampaui batas.

Berkata AlBaaji رحمه اللّه:

وإنما أراد منعه من الغضب في معاني دنياه ومعاملاته

Adapun yang dimaksud mencegah kemarahan dari makna-makna dunia dan muamalah-muamalahnya.

وأما فيما يعود إلى القيام بالحق فقد يجب كالقيام على أهل الباطل والإنكار عليهم بما يجوز

Adapun yang berhubungan dengan tugas melaksanakan alhaq (membela kebenaran) maka katakanlah kemarahan adalah wajib seperti membantah kepada pemilik kebathilan.
Mengingkari mereka pada perkara yang dibolehkan.

Dan kadang, kata beliau,

وقد يندب وهو الغضب على المخطئ كغضبه صلى الله عليه وسلم لما سأله رجل عن ضالة الإبل, ولما شكي إليه معاذ أنه يطول في الصلاة

Ketika ada kemarahan juga disunnahkan yaitu ketika seorang marah kepada orang yang keliru secara syar'i. Sebagaimana marahnya Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم kepada orang yang bertanya tentang unta yang tersesat. Atau ketika beliau dilapori bahwa Muadz memanjangkan sholat sehingga memberatkan kepada ma'mumnya, dan ini Rasulullah marah.

Dan ini disebutkan oleh AlBaaji bahwa ini termasuk yang disunnahkan karena termasuk perkara yang dibolehkan secara syar'I bahkan hendaknya dilakukan kalau dia mengetahui itu kesalahan secara syar'i maka dia luuruskan kesalahan tersebut sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم.
Dan hadits ini diantara keindahan dan juga keagungan dari kalimat-kalimat Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم yang dalam kalimat yang ringkas, mengumpulkan makna yang luas, mendatangkan mashlahat-mashlahat dan juga menepis mafsadah-mafsadah.

Yang Allah menciptakan al-ghadhab dari neraka, kemarahan dari neraka, ya ini ada pada manusia. Yang ketika kemarahan ini muncul maka akan membakar manusia, memerah wajahnya, akan memerah dari kedua matanya. Maka dari itulah kemudian datang daur atau giliran bagaimana seseorang bisa mengekang dan mengarahkan kemarahannya kepada apa yang dibolehkan oleh syar'i, tidak melampaui batas kepada yang dilarang oleh syari'at Allah سبحانه وتعالى.

Ayyuhal ikhwah, kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, maka Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم didalam hadits ini memberikan arahan kepada kita sebuah perkara yang agung yaitu hendaknya kita menahan diri dari kemarahan yang akan membawa kepada semua kejelekan.

Dan juga memerintahkan kita untuk menahan marah yang berarti itu telah menepis kejelekan-kejelekan yang timbul dari atsar, dari pengaruh dari kemarahan.

Betapa banyak orang yang dia tidak bisa menahan kemarahannya. Setelah dia sadar kemudian menyesal telah melakukan  perkara-perkara yang seandainya dia tidak marah pasti dia akan melakukan hal tersebut.

Perkara-perkara yang dia misal sekali, ketika dia sadar, dia berandai-andai seandainya dia menahan kemarahan sehingga tidak melakukan perbuatan tersebut.

Demikian juga Allah سبحانه وتعالى mengarahkan kemarahan ini, sesuai dengan yang ditunjukkan Allah سبحانه وتعالى. Dan juga Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم memerintahkan kepada seseorang yang marah agar mengambil sebab-sebab untuk menahan dari kemarahannya. Yang Allah mengarahkan agar berlindung dari syaithan, ta'awudz kepada Allah kemudian beliau juga mengatakan bahwa dia sedang berdiri akhirnya dia duduk, kalau dia sedang duduk hendaknya dia berbaring.

Ini juga sebab seorang bisa menahan dari kemarahan karena semakin dia lebih rendah posisinya akan lebih sedikit kemungkinan dia melakukan perkara-perkara yang tidak baik.

Kemudian juga kata para ulama bahwa suatu yang paling kuat untuk bisa menepis dari kemarahan adalah seorang menghadirkan tauhid yang haiqiqI, yang sebenarnya, yang sempurna. Bahwasanya yang menciptakan segala sesuatu adalah Allah سبحانه وتعالى dan bahwasanya manusia adalah makhluqNya dan tidak ada satupun yang diciptakan ataupun yang ditakdirkan Allah kecuali adalah kebaikan dan hikmah Allah سبحانه وتعالى.

Maka kalau dia merasakan bahwa seluruh perbuatan Allah adalah hikmah maka apa yang dia tidak suka adalah hikmah dari Allah, yang kadang tidak tahu hikmahnya. Yang dia menyadari itu semua, maka tidak akan marah karena itu adalah merupakan perbuatan Allah yang semua mengandung hikmah yang dia tidak menyukai tetapi itu adalah hikmah yang Allah mengetahui.

Ini juga diantara hal atau disebutkan oleh para ulama perkara yang paling kuat yang bisa menahan kemarahan yaitu ketika dia mengetahui bahwa itu adalah merupakan takdir dari Allah, perbuatan Allah yang mengandung hikmah yang tidak mungkin Allah melakukan segala sesuatu dengan tanpa hikmah. Maka dia tidak akan marah karena itu adalah memang kehendak Allah yang Allah tidak akan berbuat kezhaliman, Allah selalu berbuat hikmahNya. Maka seorang wajib berserah diri kepada ketentuan Allah سبحانه وتعالى meskipun tidak sesuai dengan keinginannya atau bahkan meskipun dia tidak suka melihat hal tersebut.

Kemudian juga contoh yang nyata tentang bahwa tauhid yang sempurna akan menepis menahan kemarahan adalah hadits yang datang dari Anas bin Malik رضي اللّه عنه yang dia berkata:

خَدَمْتُ نبي صلى الله عليه وسلم عَشْرَ سِنِينَ ، فَمَا قَالَ لِشَيْءٍ فَعَلْتُ لِمَا فَعَلْتَهُ؟ وَلا لِشَيْءٍ لَمْ أَفْعَلُ لِمَا لَمْ تَفْعَلْ؟ وَ لَكِنْ يَقُوْلُ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ .

Aku telah menjadi pelayan Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم selama 10 tahun. Maka beliau tidak pernah mengatakan sesuatu yang aku perbuat "Kenapa kamu berbuat itu? ". Dia tidak pernah mengatakan kepada suatu yang tidak aku perbuat "Kenapa kamu tidak berbuat itu? ". Akan tetapi beliau mengatakan "Qaddarallah wa maasya a fa'fa'al (Allah telah menakdirkan, dan Allah yang menghendaki maka itulah yang terjadi).

Maka ketika Allah mentakdirkan itulah yang kemudian terjadi sesuai dengan kehendak Allah سبحانه وتعالى.

Maka tidaklah manusia, kewajibannya menghadapi segala sesuatu kecuali dia berserah diri kepada Allah سبحانه وتعالى dari segala perkara yang terjadi adalah karena kehendak Allah maka tidak pantas dia marah pada sesuatu yang terjadi, tidak pantas dia tidak suka. Karena itu adalah merupakan kehendak Allah dan sesuai dengan takdir Allah, perbuatan Allah سبحانه وتعالى dan Allah tidak pernah berbuat kezhaliman yang Dia adalah Zat Yang Maha Hikmah, yang Dia Maha Mengetahui segala sesuatu, tidak pernah berbuat kecuali dengan hikmah yang kadang manusia mengetahui dan kadang manusia tidak mengetahuinya.

Tapi yang wajib diketahuinya bahwasanya Allah tidak pernah berbuat yang sia-sia. Allah berbuat mengandung hikmah yang ini wajib diyakini agar seseorang bisa menerima segala sesuatu, tidak marah kepada sesuatu yang dia tidak sukai atau tidak marah kepada sesuatu yang luput darinya karena semua sesuai dengan takdir Allah سبحانه وتعالى.

Kaum mu'minin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى, semoga Allah سبحانه وتعالى selalu memberikankan kepada kita tauhid yang sempurna, kepasrahan yang sempurna kepada Allah سبحانه وتعالى.

Dan semoga Allah memberikan kepada kita untuk bisa selalu berjalan di atas jalan Allah سبحانه وتعالى, bisa menahan kemarahan dan bisa meyakini bahwa semua adalah datang dari Allah sehingga kita bisa menahan diri dari perkara-perkara yang dilarang, dari marah ataupun dari hal-hal yang dilarang oleh Allah سبحانه وتعالى.

Semoga Allah سبحانه وتعالى selalu memberi petunjuk kepada kita.

والله أعلم بالصواب

وصلى الله على نيينا محمد و على آله و صحبه و سلم

و آخر دعونا، الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته.

https://www.dropbox.com/s/hd7u7u50k3ukytw/Hadits%20ke%2015.aac?dl=0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar