Kamis, 22 Januari 2015

Jodoh Hadits 13

Syarah Hadits ke-13
Oleh Ustadz Arif Fathul Ulum, LC

بسم اللّه. الْحَمْدَ لله والصلاة و السلام على رسول الله و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: النَّدَمُ تَوْبَةٌ

Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم bersabda penyesalan adalah taubat.

Hadits ini hadits yang shahih dari Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم yang menunjukkan kepada perkara yang sangat penting agar seseorang diterima taubatnya disisi Allah سبحانه وتعالى. Karena sesungguhnya tidak akan diterima taubat seseorang kecuali dimisali dari perbuatan kemaksiatannya dan penyelisihannya kepada perintah Allah سبحانه وتعالى.

Dalam hadits ini Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم bersabda النَّدَمُ تَوْبَةٌ (penyesalan adalah taubat). Maksudnya bahwa rukun yang paling agung, yang paling besar dari taubat adalah penyesalan dari perbuatan kemaksiatan dan penyelisihan kepada syari'at Allah سبحانه وتعالى.

Inilah yang dijelaskan oleh para ulama bahwa maksud dari hadits ini bahwa penyesalan adalah rukun yang paling agung dari taubat. Dan bukan bermakna bahwa sekedar menyesal maka sudah terhitung taubat yang diterima disisi Allah سبحانه وتعالى. Karena sesungguhnya tidaklah tidak diterima taubat kecuali ketika terpenuhi dari rukun-rukunnya, diantaranya adalah penyesalan kepada Allah سبحانه وتعالى, keikhlasan di dalam taubat tersebut, kemudian 'azzam untuk tidak mengulangi dari perbuatan kemaksiatan.

Dan jika dosa tersebut berhubungan dengan sesama manusia maka wajib dia untuk mengembalikan dari hak yang dia ambil dari manusia. Atau minta maaf kepada mereka dari kesalahan.

Inilah yang merupakan syarat diterimanya taubat, demikian juga berniat taubat tersebut didalam waktu yang diterima. Bukan ketika sudah tidak diterima taubat, pada waktu yang tidak diterima yaitu ketika matahari terbit dari barat, yaitu hari kiamat. Dan ketika nyawa sudah berada di tenggorokan.

Maka maksud dari hadits ini النَّدَمُ تَوْبَةٌ, penyesalan atau taubat bahwasanya taubat, bahwasnya penyesalan merupakan syarat yang paling besar dari diterimanya taubat seseorang.

Yang ini dijelaskan oleh para ulama seperti hadits Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم:

اَلْحَجُّ عَرَفَةٌ

Haji adalah 'Arofah.

Dan merupakan perkara yang diketahui bahwa wukuf di 'Arofah merupakan salah satu rukun haji. Akan tetapi seluruh ulama sepakat kalau seseorang wukuf di 'arofah kemudian tidak melakukan rukun-rukun haji yang lain maka tidak diterima hajinya.

Ini menunjukkan bahwasanya maksud اَلْحَجُّ عَرَفَةٌ adalah melaksanakan wukuf di 'Arofah dan melaksanakan rukun yang lain sebagaimana ketika seseorang bertaubat dan dia menyesal dan juga melaksanakan rukun taubat yang lainnya.

Kemudian hadits ini juga menunjukkan bahwa Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم menghasung setiap muslim yang melakukan dosa dan kesalahan agar menyesali dari perbuatan tersebut dan bertaubat kepada Allah سبحانه وتعالى.

Dan juga makna taubat adalah kembali. Kembali dari kemaksiatan kepada keta'atan. Kembali dari penyelisihan kepada perkara yang sesuai dengan kehendak Allah سبحانه وتعالى.

Kemudian juga hadits ini menunjukkan bahwa penyesalan adalah bagian yang sangat penting sekali dari taubat. Dan tidak mungkin seseorang bisa bertaubat kecuali dia menyesali dari perbuatannya.

Makanya ketika dia diberi taufiq oleh Allah, menyesal kepada perbuatan kemaksiatan maka ini awal bisa diterima dari taubatnya. Awal dia bertaubat menuju pada taubat kepada Allah سبحانه وتعالى. Karena tidak mungkin seseorang bertaubat dan menyesali perbuatan tersebut maka Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم menyatakan bahwa النَّدَمُ تَوْبَةٌ. Bahwa penyesalan adalah taubat kepada Allah سبحانه وتعالى karena tidak mungkin seseorang bertaubat kecuali menyesali dari perbuatannya.

Karena itulah maka sungguh sulit sekali bagi pelaku bid'ah untuk bertaubat karena sesungguhnya dia tidak merasa bersalah bahkan dia merasa melaksanakan keta'atan. Karena itulah dikatakan bahwa iblis lebih suka kebid'ahan daripada kemaksiatan karena kemaksiatan pelakunya merasa bersalah, menyesal sehingga bisa bertaubat. Adapun kebid'ahan maka dia tidak merasa bersalah sehingga sulit sekali dirinya untuk bertaubat kepada Allah سبحانه وتعالى.

Maka, kaum mu'minin yang dirahmati Allah, inilah yang bisa kita ambil dari faidah hadits ini.

Semoga Allah سبحانه وتعالى menjadikan kita orang yang menyesali dari setiap kemaksiatan dan kembali kepada Allah سبحانه وتعالى kepada keta'atan, dengan taufiq dari Allah سبحانه وتعالى.

و آخر دعونا، الحمد لله رب العالمين.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar