Kamis, 19 Maret 2015

FAIDAH ILMIYYAH TABLIGH AKBAR Prof. DR. Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr Al-Abbad hafizhahullāh ★ TEMA : KEESAAN ALLAH, PENJELASAN AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH ★ WAKTU & TEMPAT : MASJID ISTIQLAL, AHAD 15 MARET 2015

بسم اللّه الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وسلم وعلى آله وصحبه أجمعين.

اللهم لا علم لنا إلا ما علمتنا
اللهم علمنا ما ينفعنا و زدنا علما و أصلح لنا ثعننا كله ولا تكلنا إلى أنفسنا طرفة عين.

Saya berdo'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar Allāh memberikan berkah didalam pertemuan ini dan memberikan kepada kita segala kebaikan, manfaat, berkah dan faidah dari perkumpulan ini.

Sebagaimana saya berdo'a kepada Allāh untuk menjadikan pertemuan kita ini agar mendapatkan seluruh yang dikatakan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam di dalam hadits Beliau yang mulia:

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

"Tidaklah suatu kaum berkumpul diantara rumah-rumah Allāh sambil membaca Kitabullāh, dan saling mempelajari diantara mereka. Kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, dan diberikan rahmat serta malaikat akan menaunginya. Dan mereka akan diingat disisi Allāh." (HR. Muslim dan Abu Daud dari Abu Hurairah)

Saya ucapkan selamat datang kepada antum semua yang hadir dan saya berdoa datangnya kalian ini mendapat pahala yang sangat besar disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla karena ketamakan antum dan semoga Allāh memberikan manfaat dan kebaikan. Sesungguhnya Allāh Maha Mendengar dan Maha Melihat.

Pembicaraan kita sekarang ini adalah hal yang paling agung, suci dan besar dipermukaan bumi yaitu tentang tauhīdullāh Tabāraka wa Ta'āla , bagaimana kita bisa mengEsakan Allāh.

Ketahuilah,
★ Tauhīdullāh ini adalah orientasi dan maksud penciptaan langit, bumi dan seluruh makhluq Allāh, agar semua makhluq untuk mempraktekkan tauhid dalam kehidupan mereka.

Allāh berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (Adz-Dzāriyāt 56)

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

"Allāh yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allāh Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allāh benar-benar meliputi segala sesuatu." (Ath-Thalāq 12)

★ Karena tauhid ini juga, Allāh mengutus para Rasul yang mulia dan menurunkan kitabNya yang agung.

Firman Allāh:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allāh (saja), dan jauhilah Thaghut itu." (An-Nahl 36)

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku'." (Al-Anbiyaa Ayat: 25)

Ketahuilah,
★ Tidak ada manfaat dan faidah keta'atan kecuali dibangun di atas tauhīdullāh dan bahwa permisalan kalimat tauhid sebagai pondasi agama Allāh adalah dengan permisalan akar-akar pada pohon.

Amalan keta'atan didalam agama tidak bermanfaat apabila tidak ada akar tauhid.

Firman Allāh :

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allāh telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (kalimat tauhid) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit." (Ibrahim 24)

تُؤتى أُكُلَها كُلَّ حينٍ بِإِذنِ رَبِّها ۗ وَيَضرِبُ اللَّهُ الأَمثالَ لِلنّاسِ لَعَلَّهُم يَتَذَكَّرونَ

"(Pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allāh membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat." (Ibrāhīm 25)

Didalam ayat ini Allāh menyuruh kita melihat dan memperhatikan bahwa permisalan tauhid untuk amalan adalah bagai permisalan akar untuk pohon.

★ Tauhid adalah sebenarnya agama yang sesuai fithrah manusia.

Firman Allāh :

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allāh; (tetaplah atas) fitrah Allāh yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allāh. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Ar-Rūm:30)

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadits yang shahih :

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ ، كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ » . ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – ( فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ) الآيَةَ

"Tidaklah seorang anak dilahirkan melainkan di atas fithroh. Ayahnya-lah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi. Sebagaimana binatang ternak melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna, apakah kamu melihat ada yang cacat padanya?". Lantas Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- membacakan ayat (yang artinya), "Fitrah Allāh yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu." (HR. Bukhari no. 1358 dan Muslim no. 2658).

Hadits Qudsi :

وَإِنِّى خَلَقْتُ عِبَادِى حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِى مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا

"Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan hunafa' (islam) semuanya, kemudian syetan memalingkan mereka dari agama mereka, dan mengharamkan atas mereka apa yang Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak Aku turunkan keterangannya." (HR. Muslim no. 2865).

Yang dimaksud hunafā' adalah dalam keadaan Islam (bertauhid), sebagaimana keterangan dari Imam Nawawi rahimahullāh (Syarh Shahih Muslim, 17: 197).

★ Diantara perkara tauhid yang menunjukkan agungnya kedudukan tauhid dalam agama Islam, bahwasanya seluruh amal manusia terhenti dan tidak akan diterima oleh Allāh kecuali amalan tersebut berdiri diatas pondasi tauhid.

Allāh Tabāraka wa Ta'āla berfirman:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. 'Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi'." (Az-Zumār 65)

بَلِ ٱللَّهَ فَٱعْبُدْ وَكُن مِّنَ ٱلشَّٰكِرِينَ

"Karena itu, maka hendaklah Allāh saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." (Az-Zumar 66)

... وَمَن يَكْفُرْ بِٱلْإِيمَٰنِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُۥ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

... "Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.
(Al-Maidah:5)

وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ

"Dan yang menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah karena mereka kafir (ingkar) kepada Allāh dan Rasul-Nya." (At-Taubah 54)

★ Amalan yang tidak diatas tauhid maka tidak akan diterima oleh Allāh karena syarat amalan diterima adalah harus dibangun diatas keikhlashan kepada Allāh dan mengEsakan Allāh. Allāh satu-satunya tujuan amal.

Dalil :

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allāh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus." (Al-Bayyinah 5)

أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلْخَالِصُ ۚ

"Ingatlah, hanya kepunyaan Allāh-lah agama yang bersih (dari syirik)." (Az-Zumār 3)

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

"Sembahlah Allāh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun." (An-Nisā 36)

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia." (Al-Isra 23)

★ Tauhid merupakan hak Allāh atas seluruh hamba.

Dan yang menunaikan hak Allāh ini akan menjadi orang yang sangat beruntung dengan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan yang menyepelekan tauhid akan menjadi orang yang merugi di dunia dan akhirat.

Didalam hadits yang shahih:

كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ قَالَ لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا

"Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diatas seekor keledai yang diberi nama 'Uqoir lalu Beliau bertanya: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allāh atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allāh?". Aku jawab: "Allāh dan Rasul-Nya yang lebih tahu". Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak Allāh atas para hamba-Nya adalah hendankah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allāh adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun". Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?." Beliau menjawab: "Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja." (HR. Al-Bukhari no. 2644 dan Muslim no. 44)

Ini menunjukkan akan keagungan tauhid dimana itu adalah hak Allāh yang wajib ditunaikan oleh para hambaNya.

√ Hamba yang menunaikan hak Allāh yaitu tauhid maka dia akan menjadi :
① mulia di permukaan bumi
② mulia di akhirat
③ selamat dari murka/amarah Allāh di akhirat

Barangsiapa menyia-nyiakan tauhid maka dia akan menjadi orang yang merugi di dunia dan di akhirat.

★ Perhatian kepada tauhid adalah lebih penting daripada sekedar makan, minum dan pakaian setiap harinya karena kehidupan manusia yang sebenarnya adalah kehidupan di atas tauhid.

Allāh berfirman :

أَوَمَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَٰهُ َ

"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan..." (Al-An'am 122)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allāh dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu." (Al-Anfal 24)

★ Barangsiapa yang tidak mentauhidkan Allāh maka seluruh perkaranya akan tercerai berai, hatinya galau dan tidak pernah tenang.

أَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ ٱللَّهُ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّارُ

"Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allāh Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?" (Yusuf 39)

★ Tauhid adalah agama, yang Allāh Tabāraka wa Ta'āla telah turunkan melalui wahyu-wahyuNya. Aqidah tauhid turun ke bumi dari langit.

√ Ketahuilah, aqidah yang ada dipermukaan bumi ada 2 :

① 'Aqīdah nāzilah bi wahyillāh.
Aqidah yang turun dengan wahyu Allāh.

② Aqidah yang tumbuh dipermukaan bumi, manusia yang membuatnya dengan perasaan dan logika manusia. Allāh tidak akan menerima aqidah ini.
Ingatlah saat Nabi Yūsuf berdakwah kepada sahabatnya dipenjara :

يَٰصَىٰحِبَىِ ٱلسِّجْنِ ءَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ ٱللَّهُ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّارُ

"Apakah Rabb-rabb yang sangat banyak lebih baik dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang Maha Esa dan Maha Perkasa ?" (Yūsuf 39)

مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِۦٓ إِلَّآ أَسْمَآءً سَمَّيْتُمُوهَآ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُم مَّآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بِهَا مِن سُلْطَٰنٍ ۚ

"Kamu tidak menyembah yang selain Allāh kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allāh tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu." (Yūsuf 40)

أَفَرَأَيْتُمُ اللاتَ وَالْعُزَّى (١٩) وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الأخْرَى (٢٠) أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الأنْثَى (٢١) تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى (٢٢) إِنْ هِيَ إِلا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الأنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى (٢٣)

19. Maka apakah patut kamu (orang-orang musyrik) menganggap (berhala) Al Lata dan Al Uzza,

20. dan Manat, yang ketiga yang paling kemudian (sebagai anak perempuan Allāh)?

21. Apakah (pantas) untuk kamu yang laki-laki dan untuk-Nya yang perempuan?

22. Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.

23. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu mengada-adakannya; Allāh tidak menurunkan suatu keterangan apa pun untuk (menyembah)nya. Mereka hanya mengikuti dugaan, dan apa yang diingini oleh keinginannya. Padahal sungguh, telah datang petunjuk dari Tuhan mereka.

(An-Najm 19-23)

★ Tauhid adalah agama yang sangat sesuai dengan akal sehat.

Akal sehat akan membawanya bahwa dia tidak akan ridha untuk menjadikan tandingan-tandingan untuk Allāh berupa kuburan, bebatuan, pepohonan.

Allāh berikan taufiq melalui akal sehat manusia, contoh: seorang bernama Zaid bin Amr bin Nufail :

√ Orang yang hidup di masa jahiliyyah
√ Wafat sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi Nabi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla
√ Seorang muwahhidul jahiliyyah (seorang yang bertauhid dari kaum jahiliyyah)
√ Dia mencela perbuatan jahiliyyah terhadap ibadah kepada berhala.

Dalam shahih Bukhari disebutkan bahwa Zaid bin Amr bin Nufail berkata kepada orang-orang jahiliyyah:

"Kambing diciptakan oleh Allāh dan Allāh turunkan air dari langit untuk kambing, bagaimana mungkin kalian menyembelih kambing itu dengan nama selain Allāh?"

Dan dia tidak mau makan daging kambing persembahan orang jahiliyyah untuk berhala mereka.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ditanya oleh para shahabat tentang Zaid bin Amr bin Nufail, Nabi berkata:

"Dia akan dibangkitkan oleh Allāh bagaikan 1 ummat."

Aqidah tauhidnya membuatnya menjadi 1 ummat sehingga menjadi besar di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

★ Tauhid akan membuat orang merasa aman.

Dalil :

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-An'am : 82)

Zhulm (kezhaliman) dalam ayat ini maksudnya adalah kesyirikan.

Saat ayat ini turun, para shahabat merasa berat dan bertanya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

"Wahai Nabi, siapa diantara kami yang tidak pernah menzhalimi dirinya?".

Para shahabat mengira "zhulm" disini adalah kezhaliman.

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

"Tidakkah kalian mendengar perkataan hamba Allāh yang shalih yaitu Luqman kepada anaknya:

يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

"Wahai anakku, janganlah engkau sekutukan Allāh, sesungguhnya menyekutukan Allāh adalah kezhaliman yang paling besar." (Luqman 13)

Didalam hadits ini Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan barangsiapa yang tidak mencampur iman dengan kesyirikan maka dia akaa merasa aman dan mendapat petunjuk di dunia dan di akhirat.

Allah juga mengatakan yang semakna dalam ayat lain:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
(An-Nuur 55)

Keamanan hanya didapatkan oleh orang-orang yang mengikhlashkan ibadah hanya kepada Allāh semata.

★ Tauhid adalah kebaikan yang paling baik, kemuliaan yang paling utama secara mutlaq. Dan sebaliknya, syirik adalah keburukan yang paling buruk.

★ Tauhid adalah kunci pintu surga, tidak akan terbuka pintu surg kecuali hamba datang dengan membawa tauhid. Orang yang tidak membawa tauhid maka tidak dapat masuk surga.

Dalil :

... لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَٰبُ ٱلسَّمَآءِ وَلَا يَدْخُلُونَ ٱلْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ ٱلْجَمَلُ فِى سَمِّ ٱلْخِيَاطِ ۚ َ

"... Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka (orang-orang kafir) pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum..." (Al-A'raf 40)

★ Tauhid secara makna menunjukkan "al-ifrād" (mengEsakan Allāh)

Kekhususan Allāh, Dialah satu-satunya yang:menciptakan, memberi rizqi, menghidupkan, mematikan, memuliakan & menghinakan seseorang, mengatur alam semesta, menjaga, mengangkat dan menurunkan.

Dalil :

قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلْمُلْكِ تُؤْتِى ٱلْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلْمُلْكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ ۖ بِيَدِكَ ٱلْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

"Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Ali Imran 26)

Barangsiapa yang syirik kepada Allāh dalam hak kekhusususannya maka dia telah menyekutukan Allāh dalam hal keRubbubiyyahannya dan telah menghapus tauhidnya.

★ Allāh memiliki kekhususan dalam Asmāul husna dan sifat-sifat yang mulia.

Dalil:

هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ۖ هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ

"Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." (Al-Hasyr 22)

هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْمَلِكُ ٱلْقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلْمُؤْمِنُ ٱلْمُهَيْمِنُ ٱلْعَزِيزُ ٱلْجَبَّارُ ٱلْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ

"Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (Al-Hasyr 23)

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚيُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖوَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

"Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Al-Hasyr 24)

وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَٰٓئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (Al-A'raf 180)

قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى

"Katakanlah (Muhammad), "Berdo'alah kepada Allah atau berdo'alah kepada Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat berdo'a, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asma’ul Husna)." (Al-Isrā' 110)

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat." (Asy-Syūrā 11)

هَلْ تَعْلَمُ لَهُۥ سَمِيًّا

"Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?" (Maryam 65)

فَلَا تَضْرِبُوا۟ لِلَّهِ ٱلْأَمْثَالَ ۚ

"Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah." (An-Nahl 74)

★ Hendaknya kita menetapkan nama-nama dan shifat-shifat Allāh sebagaimana Dia menetapkan untuk diriNya, sebagaimana Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menetapkan untuk Allāh Ta'āla.

Dan hendaknya seorang mu'min selalu berkata:

آمَنَّا بِاللهِ وَبِمَا جَاءَ عَنِ اللهِ عَلَى مُرَادِ اللّه وَ آمَنَّا بِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وبِما جَاءَ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَلَى مُرَادِ رَسُول اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Kami beriman kepada Allāh dan kepada seluruh yang datang dari Allāh sesuai dengan maksud Allāh tersebut. Dan kamu beriman kepada Rasulullāh dan seluruh yang datang dari Rasulullāh, sesuai dengan maksud Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam." (perkataan Imam Syafi'i rahimahullāh)

Dan hendaknya iman kita tidak melampaui batas dari keterangan Allāh dalam kitabNya dan diterangkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam sunnahnya.

★ Hak yang paling agung dari seluruh hak Allāh adalah agar manusia hanya beribadah kepadaNya saja dan tidak menyekutukan dengan apapun.

Dalil:

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus." (Al-Bayyinah 5)

قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

"Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (Al-An'am Ayat 162)

لَا شَرِيكَ لَهُۥ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُسْلِمِينَ

"Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Al-An'am 163)

Seseorang tidak boleh berdo'a, minta pertolongan, menyembelih, bernadzar kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla karena itu semua adalah ibadah. Dan hendaknya mengikhlskan niat dalam ibadah itu hanya untuk meraih ridha Allāh.

Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُوْ مِنْ دُوْنِ اللهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ.

"Barangsiapa yang mati sedang dia menyeru atau berdo’a kepada tandingan selain Allah, pasti dia masuk neraka." (hadits shohih riwayat Bukhari)

★ Tauhid adalah makna dari kata "Lā ilāha illa Allāh" yang berdiri di atas 2 rukun;

❶ An-Nafiy, dalam kata لَا إِلَهَ
Menafikkan seluruh peribadatan kepada selain Allāh.
❷ Al-Itsbāt إِلاَّ اللَّهَ
Penetapan bahwasanya ini adalah hanya untuk Allāh.

Tidak sempurna tauhid seseorang jika hanya ada salah satu dari 2 rukun tersebut. Dan akan sempurna tauhid seseorang jika menyatukan kedua rukun itu.

Dalam dzikir-dzikir Nabi banyak yang bisa menuntun kepada makna kalimat tauhid.

Contoh:

Setiap selesai shalat mengucapkan 3 dzikir tahlil yang diiringi dzikir lain setelahnya.

⑴ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

√ Kalimat وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ (kalimat nafiy) memperkuat dan memperjelas kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (kalimat itsbat)
ُ
⑵ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّين لَهُ النِّعْمَةُ، وَلَهُ الفَضْلُ

"Kami tidak beribadah kecuali hanya kepadaNya."

⑶ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّين وَ لَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ

Kita ikhlashkan tauhid kita walaupun  orang-orang kafir membencinya

Ketahuilah bahwa dengan tahlil-tahlil ini kita dituntut untuk memperbaharui tauhid kita disetiap akhir shalat.

Firman Allāh:

أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلْخَالِصُ ۚ

"Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)." (Az-Zumār 3)

★ Tauhid berdiri diatas 3 pondasi, yaitu:

① Tauhid Rubbubiyyah (mengEsakan Allāh di dalam RubbubiyyahNya).
Dengan cara meyakini bahwa Dialah satu-satunya Pencipta, Pemberi Rizqi, Menghidupkan dan Mematikan.

② Tauhid Asmā' wa Shifāt
Dengan cara menetapkan bahwa Dia memiliki nama-nama yang indah dan shifat-shifat yang mulia yang ada dalam Kitabullāh dan Sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

③ Tauhid Uluhiyyah (tauhid dalam beribadah)
Dengan cara kita beribadah hanya untuk Allāh satu-satunya.

Kalau kita sudah memahami makna 3 tauhid ini maka harus menafikkan hal yang bertolak belakang dengan 3 tauhid itu.

√ Lawan dari Tauhid Asmā' wa shifāt ada 2 perkara, yaitu:

❶ Mengingkari nama-nama dan shifat-shifat untuk Allāh yang telah ada di Kitabullāh dan Hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

❷ Menyamakan antara Allāh dengan makhluq-mahkluqNya, ini terlarang dalam AlQurān.

Firman Allāh :

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat." (Asy-Syūrā 11)

★ Hendaknya kita benar-benar serius, memperhatikan dan menjaga perkara tauhid kita dengan cara mengaplikasikan dalam amalan kita sehari-hari karena merupakan derajat dan martabat yang paling tinggi dalam agama Islam.

Dan yang telah sempurna dan menyempurnakan tauhidnya maka Allāh akan masukkan ke dalam surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla tanpa dihisab dan tanpa diadzab.

Disinilah letak pentingnya tauhid karena akan dapat memasukkan kita ke dalam surga tanpa hisab dan adzab.

Sebagaimana hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

هُمْ الَّذِينَ لَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

"Mereka itu tidak melakukan thiyārah (beranggapan sial), tidak meminta untuk diruqyah, dan tidak menggunakan kay (pengobatan dengan besi panas), dan hanya kepada Rabb merekalah, mereka bertawakkal." (HR. Bukhari no. 5752)

★ Cara untuk menyempurnakan tauhid dalam kehidupan adalah menjauh dari 3 perkara yang akan menghancurkan tauhid itu, yaitu:
❶ syirik
❷ bid'ah
❸ maksiat

★ Sesuatu yang merusak tauhid ada 2 :
❶ merusak/menghancurkan/membatalkan tauhid sampai tidak tersisa
❷ mengurangi tauhid tapi tidak sampai menghancurkan atau membatalkan/menghapuskannya

★ Ulama mengatakan :
√ Tauhid itu memiliki sesuatu yang memusnahkan/membatalkan (an-nawāqidh) dan mengurangi kesempurnaannya (an-nawāqish)
√ Tiga perkara diatas disebut sebagai 'awāiqut tauhīd (عَوَائِقُ التَّوْحِيْدِ) : penghalang-penghalang tauhid.

• 'āiqusy syirk (عَائِقُ الشِّرْكِ): penghalang syirik, dengan mengikhlashkan seluruh ibadah dan keta'atan hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

• 'āiqul bid'ah (عَائِقُ الْبِدْعَةِ):  penghalang bid'ah dengan mulāzamatus sunnah (ikut dan melazimi kepada sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam)

• 'āiqul ma'shiyah (عَائِقُ الْمَعْصِيَّةِ): penghalang maksiat dengan cara mujāhadatun nafs (berusaha sekuat tenaga untuk menjaga diri dan menjauh dari maksiat).

Tapi boleh jadi ada orang yang kalah oleh maksiat, kalau itu terjadi maka segera bertaubat kepada Allāh.

Ketahuilah,
★ Ketika kita berbicara tentang nawāqidh (pembatal) dan nawāqish (pengurang) tauhid, maka:

√ Nawāqidhut tauhīd, ada 3:

❶ syirkul akbar (syirik besar)

Maksudnya adalah menyamakan selain Allāh sama dengan Allāh di dalam perkara-perkara yang khusus hak Allāh, sehingga tauhid bisa batal dan terhapus.

Penduduk neraka menjerit dan menyesal karena telah membatalkan tauhid mereka

تَاللّهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

"Demi Allah, sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata." (Asy-Syuarā 97)

إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ

"Karena kita mempersamakan kalian dengan Tuhan semesta alam." (Asy-Syuarā 98)

...ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ

..."Kemudian orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka." (Al-An'am 1)

❷ kufurul akbar

Terdapat pada perkara:
⑴ takdzib (mendustakan)
Baik mendustakan Allāh atau sesuatu yang datang dari Allāh atau mendustakan para Rasul Allāh atau yang datang dari para Rasul.

Firman Allāh:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ

"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?" (Al-'Ankabūt:68)

⑵ kesombongan

Firman Allāh:

وَ إِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوْا لِآدَمَ فَسَجَدُوْا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَ كَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ

"Dan (ingatlah) tatkala Kami berkata kepada Malaikat : Sujudlah kamu kepada Adam! Maka sujudlah mereka,kecuali iblis enggan dia dan menyombong, karena adalah dia dari golongan makhluk yang kafir." (Al-Baqarah 34)

⑶ berpaling

وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ

"Namun orang-orang yang kafir berpaling dari peringatan yang diberikan kepada mereka." (Al-Ahqāf 3)

⑷ ragu terhadap apa yang Allāh turunkan kepada kita

❸ nifāqul akbar (nifaq besar)

Yaitu kemunafiqan yang khālish (yang sebenarnya) yaitu kemunafiqannya orang-orang munafiq. Kemunafiqan ini adalah kekufuran.

Dalil :

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا  

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka." (An-Nisā' 145)

Kemunafiqan besar adalah jika menampakkan keimanan tapi bathinnya menyimpan kekufuran.


وَ إِذَا لَقُوْا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قَالُوْا آمَنَّا وَ إِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِيْنِهِمْ قَالُوْا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِؤُوْنَ

"Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang ber­iman, mereka berkata : "Kami ini telah beriman", dan apabila mereka telah bersendirian dengan setan-setan mereka,mereka katakan : "Sesungguh­nya kami adalah (tetap) bersama kamu, kami ini hanyalah mengolok-olokkan mereka itu."

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ

"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, "Kami mengakui, bahwa engkau adalah rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta."

*berdusta: yang diucapkan lisan tidak sesuai dengan apa yang diyakini dalam hati

★ Syirik kecil, kufur kecil dan nifaq kecil adalah hal-hal yang akan mengurangi tauhid tapi tidak sampai membatalkan tauhid.

⑴ Syirik kecil
Ada beberapa nash yang menyebutkan kata "syirik" tapi tidak semua bermakna syirik besar.

Contoh:
₁ bersumpah dengan nama selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla

Sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَك

"Barangsiapa bersumpah dengan namn selain Allāh maka dia telah berbuat syirik."

Atau perkataan مَا شَآءَ اللَّهُ وَ شِأْتَ (Allāh telah berkehendak dan engkau juga berkehendak)

Atau perkataan:
"Kalaulah bukan karena itik/bebek, niscaya maling akan masuk ke rumah kita."

"Kalau bukan karena pelaut, niscaya kita akan tenggelam."

Ini kalimat syirik yang harus dijauhi, walau tidak sampai syirik besar tapi bisa mengurangi tauhid.

₂ apa yang disampaikan dalam hadits Nabi.

• Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Ada dua hal di dalam diri manusia yang dapat mengakibatkan kufur, yaitu menghina nasab dan meratapi orang yang meninggal dunia." (HR Muslim)

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

"Tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu; apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia mengingkari & apabila dipercaya dia mengkhianati." (HR. Nasai No.4935).

★ Hendaknya kita memperhatikan Kitabullāh karena didalamnya terdapat keterangan-keterangan yang sempurna didalam menyampaikan tauhid dan sebagai hujjah Allāh kepada hamba-hambaNya.

Ayat kursi merupakan ayat yang paling agung dalam AlQurān karena didalamnya terdapat tauhid yang penuh dengan keikhlashan.

Juga dengan surat Al-Ikhlash, dia adalah sepertiga AlQurān, karena didalamnya terdapat keterangan yang sempurna tentang tauhid.

Juga dengan surat Al-Baqarah dan surat Al-Fātihah (surat dalam AlQurān yang paling afdhal karena mengadung 3 jenis tauhid).

★ AlQurān adalah intisari seluruh kitab yang telah diturunkan Allāh dan intisari dakwah para Nabi dan para Rasul yang telah diutus oleh Allāh.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:

نَحْنُ الْأَنْبِيَاء إِخْوَةٌ لِعَلَّات دِيننَا وَاحِد وأمهات شتى

"Kami para Nabi bagaikan saudara satu ayah, agama kami satu, namun ibu-ibu kami berbeda."

*ibu-ibu disini adalah syari'at

Allāh berfirman:

جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ

"Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan (syari'at) dan jalan yang terang." (Al-Maidah 48)

Dan akhirnya say memohon kepada Allāh Yang Maha Agung dan Maha Mulia, dengan seluruh nama-namaNya yang indah dan seluruh shifat-shifatNya yang mulia, untuk menjadikan kita yang perkaranya selalu lebih baik dan agar Allāh memberikan hidayah kepaka kita ke jalan yang lurus.

Semoga Allāh memperbaiki kita dan agama kita, dunia kita dan akhirat kita, menjadikan kehidupan kita untuk menambah kebaikan dan menjadikan kematian kita untuk berhenti dari seluruh keburukan.

Semoga Allāh mengampuni kita dan kedua orangtua kita, seluruh kaum muslimīn dan muslimāt yang hidup maupun yang sudah meninggal dunia.
Ya Allāh, berikanlah kepada kami taqwa dan kesucian.

Ya Allāh, kami memohon kepadamu agar menetapkan kami selalu diatas hidayah dan menjadikan kami orang-orang yang selalu bersyukur atas nikmatmu.

Ya Allāh, berikanlah kepada kami hati yang suci, lisan yang jujur, rasa takut kepadaMu yang bisa menghalangi kami dari berbuat maksiat kepadaMu, rasa keta'atan kepadaMu yang menjauhkan dari perbuatan maksiat kepadaMu dan memasukkan kami ke dalam surgaMu dan memberikan keyakinan kepada kami sehingga musibah dunia terasa ringan bagi kami.

Ya Allāh, berikan kepada kami kesempatan untuk menikmati pendengaran, penglihatan, kekuatan kami selama Engkau hidupkan kami.

Ya Allāh, jadikanlah kami orang-orang yang Engkau tolong, berikan kami kemenangan atas musuh kami dan jadikan kami musibah diatas agama kami dan jangan jadikan dunia menjadi kehinaan kami yang paling besar.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

الحمد للّه رب العلمين

Pertanyaan ❶

Dalam ujung hadits Muadz bin Jabbal bertanya kepada Rasulullāh, apakah hadits ini boleh disampaikan maka Rasulullāh melarangnya, apakah faidah dari pelarangan ini? kenapa hadits ini tetap disampaikan didalam kajian-kajian, mohon penjelasannya. Jazākumullāhu khayran.

Jawaban ❶ :

Mu'adz bin Jabbal radhiyallāhu Ta'āla 'anhu ketika bertanya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, apakah boleh saya memberikan kabar gembira ini kepada manusia? Maka sesungguhnya jawabannya adalah ada didalam hadits itu sendiri.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan kepada Mu'adz bin Jabbal radhiyallāhu 'anhu: "Jangan engkau berikan kabar kepada manusia sehingga manusia dengannya bertelekan/bersandar dengan kabar gembira ini dan meninggalkan amal."

Jadi Nabi di dalam hadits ini mengatakan kepada Muadz: Jangan engkau berikan kabar sehingga manusia melupakan amal dan bersandar hanya kepada kabar gembira tersebut.

Oleh karena itu, ketika seseorang mengetahui keutamaan ini dan tidak bertelekan/bersandar hanya kepada kabar gembira ini dan tidak melupakan amal maka diizinkan untuk disampaikan.

Kemudian Mu'adz diberitakan dalam riwayat menyampaikan hadits ini sudah di akhir-akhir hayatnya, takut berbuat dosa, dosa apa? Yaitu dosa menyembunyikan sesuatu yang dia dengan dari Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam dan tidak disampaikan kepada umat.

Dan kita katakan bahwa: Allāh Tabāraka wa Ta'āla lah yang telah mentaqdirkan semua ini, mentaqdirkan kita semua untuk mengetahui keutamaan "lā ilāha illa Allāh" dengan cara seperti ini". Di dalamnya ada hikmah, dimana Mu'adz bin Jabbal menyampaikan di akhir hayatnya, ketika manusia tidak lagi bertelekan dengan kabar gembira dan hanya bersandar kepada kabar gembira itu dan melupakan amal.

Oleh karena itu, yang harus kita lakukan adalah ketika kita membaca hadits ini benar-benar mengetahui 2 hal yang harus kita lakukan dan pelajari, jangan dilupakan salah satunya.

① Dengan hadits ini kita ketahui keutamaan tauhid.

Bagaimana posisi tauhid didalam agama Islam dan bagaimana mulianya tauhid di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

② Kita harus mengetahui bahwa kita tidak boleh bersandar/bertelekan dengan hadits ini dan melupakan amal.

Kita harus tetap untuk beramal dengan hadits tersebut.

Wallaahu Ta'āla a'lam.

--------------------

Pertanyaan ❷

Saya memiliki orangtua yang sudah lanjut usia dan saat ini sedang sakit, hanya terbaring di tempat tidur, bagaimana menjaga ketauhidan beliau agar tetap bersabar dalam keadaan seperti sekarang ini dan istiqamah dalam berobat yang syar'i. Mohon do'anya Syaikh, untuk kesembuhan beliau. Bārakallāhu fīk.

Jawaban ❷ :

Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sangat penting dan pertanyaan ini menunjukkan bahwa saudara kita yang bertanya adalah orang yang sangat tamak untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya dan ingin sekali berbakti kepada orangtuanya.

Dan ketahuilah tidak ada bakti kepada kedua orangtua yang lebih hebat daripada kita memperhatikan tauhid orangtua kita dan hendaklah saudara kita melakukan amalan-amalan 3 perkara yang harus dia selalu seimbangkan dalam merawat orangtuanya yang sakit.

⑴ Dia menyempurnakan baktinya kepada orangtuanya dan dia berusaha mengurus orangtuanya sebaik-baiknya dan selalu berada ketika orangtuanya membutuhkannya.

⑵ Menanamkan rasa tawakal ke dalam hati orangtua dan memberikan pemahaman kepada orangtua bahwa seluruh perkara ada ditangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan hendaklah kita mengajarkan orangtua dan selalu menyampaikan kepada orangtua kita agar menyerahkan seluruh urusan kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla sehingga dengannya tawakal dan tauhid orangtuanya tetap bertahan.

⑶ Memutus seluruh jalan-jalan/pintu-pintu yang dengannya banyak sekali orang yang sakit, terutama orangtua yang sakit di zaman kita sekarang mendapatkan ib'tilā' (bala dan bencana) didalam sakit di akhir hayatnya.

Yaitu pintu yang dimaksud adalah menutup pintu orangtua berhubungan dengan para tukang sihir, para dukun dan perkara-perkara syirik lainnya, dari penangkal-penangkal dan jimat.

Hal-hal yang merupakan kesyirikan itu telah membawa banyak orang ke dalam kesyirikan di akhir hayatnya di saat-saat tuanya, wal iyyādzubillāh.

Dan hendaklah saudara kita itu menjauhkan orangtuanya dari hal-hal tersebut dan berusaha jangan sampai orangtuanya didekati oleh para tukang sihir dan orang-orang yang berdusta, para dukun dan seluruh perkara-perkara syirik.

Dengan 3 hal/perkara ini maka dia telah melakukan hal yang sangat berbakti kepada orangtuanya;

₁ Dia tingkatkan baktinya dan seluruh keta'atannya dan perawatannya kepada orangtuanya.

₂ Dia selalu menyampaikan kepada orangtuanya tauhid kepada Allāh dan selalu menyerahkan urusan kepada Allāh.

₃ Dia tutup pintu-pintu yang bisa membawa orangtuanya kepada kesyirikan di akhir hayatnya.

--------------------

Pertanyaan ❸

Apakah seseorang yang bermaksiat kepada Allāh karena mengikuti perintah atasan atau teman, apakah tauhidnya rusak?

Jawaban ❸ :

Jawaban kita untuk saudara kita ini adalah perkataan (sabda) Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

لا طاعةَ لمَخلوقٍ في مَعصيةِ الخالِقِ

"Tidak boleh ta'at kepada makhluq dalam perkara maksiat kepada Allāh, Sang Khāliq."

Adapun pertanyaan "apakah tauhidnya rusak? "

Maka jawaban kita adalah tergantung apa yang anda ta'ati. Apabila keta'atan kepada orang yang anda ta'ati itu adalah perkara-perkara yang sudah sampai kepada kufur akbar maka telah hancur/musnah/batal tauhid anda.

Namun apabila keta'atan anda kepada mereka tidak sampai kepada kufur-kufur besar maka itu tidak membatalkan tauhid anda, namun hanya mengurangi kesempurnaan tauhid.

--------------------

Pertanyaan ❹

Banyak pertanyaan dan kerancuan tentang fitnah ISIS di Indonesia, apa nashihat Syaikh tentang hal ini?

Jawaban ❹ :

Setiap muslim wajib baginya menjauhi seluruh fitnah dan wajib baginya untuk menjauhi orang-orang yang mengajak kepada fitnah dan wajib baginya untuk berhubungan dengan para ulama kibar (ulama besar) dan jangan dia serahkan dirinya kepada orang-orang yang mendatangkan fitnah dan kepada da'i-da'i yang mengajak kepada fitnah.

Jauhnya manusia dari ulama-ulama besar akan membuat mereka masuk kedalam kebinasaan yang sangat banyak dan keburukan yang beraneka ragam. Dan hendaknya hal-hal seperti ini datang, kita kembali kepada ahli ilmu/ulama-ulama besar yang mampu untuk melihat perkara ini dan memberikan keputusan ini sebagaimana firman Allāh :

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ...

Apabila datang kepada mereka perkara keamanan atau perkara yang menakutkan, mereka selalu sebarkan kemana-mana. Seandainya mereka kembalikan perkara itu kepada Allāh, kepada Rasul, kepada Ulil Amri (para ulama) niscaya para ulama itu akan mampu mengambil intisari/makna/hukum yang sebenarnya dari perkara yang menimpa mereka." (An-Nisā 83)

Oleh karena itu, hendaklah kita senantiasa berusaha untuk menjauhi fitnah-fitnah seperti ini dan berani mengatakan "Orang yang beruntung dan orang yang bahagia adalah orang-orang yang menjauhi fitnah."

Dan manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selagi mereka berpegang teguh dan memiliki hubungan yang erat dengan ulama-ulama besar mereka.

Adapun mereka yang tidak dikenal dengan ilmu, tidak dikenal dengan kemampuan ilmu mereka atau disebut dengan ulama-ulama besar maka tidaklah boleh kita untuk mengambil sesuatu dari mereka.

Dan keselamatan kita adalah menjauhi hubungan kita dengan mereka.

--------------------

Pertanyaan ❺

Tolong dijelaskan kedudukan hadits  كل بدعة ضلالة dan من سن سنة حسنة ?

Jawaban ❺ :

Kedua hadits yang ditanyakan adalah hadits yang telah shahih berasal dari Nabi kita shallallāhu 'alayhi wa sallam dan tidak ada pertentangan diantara 2 hadits ini.

Perkataan Nabi كل بدعة ضلالة (setiap bid'ah adalah sesat) maksudnya adalah setiap perkara yang baru yang dibuat-buat oleh manusia dalam agama Allāh yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Dan barangsiapa yang melakukan hal seperti ini maka amalannya akan ditolak oleh Allāh karena Nabi telah mengatakan :

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلِيْهِ أَمْرُنَا فَهوَ رَدٌّ

"Barangsiapa mengamalkan amalan yang tidak kami ajarkan maka itu akan ditolak oleh Allāh."

Maka setiap pelaku bid'ah yang membuat perkara-perkara baru yang kami tidak ajarkan maka amalannya akan ditolak oleh Allāh dan tidak akan diterima.

Dan perkataan Nabi من سن سنة حسنة bukanlah bid'ah (perkara-perkara baru yang dibuat) akan tetapi maksudnya adalah menghidupkan sunnah dari sunnah-sunnah Nabi yang ada dalam agama Islam, sunnah yang telah tetap dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bukan membuat perkara baru, namun sunnah yang sudah ada dia hidupkan, dia marakkan, sebagaimana keterangannya ada dalam hadits itu sendiri.

Didalam hadits itu ketika Nabi mengatakan hadits itu ceritanya adalah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam didatangi oleh para shahabat yang faqir, lalu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam memotivasi para shahabat untuk shadaqah.

Seorang shahabat bangkit dan pergi kerumahnya lalu datang membawa shadaqah yang besar, melihat shahabat ini melakukan itu maka yang lainnya terpancing melakukan hal yang sama dan yang lainny pergi ke rumah mereka dan datang dengan membawa shadaqah-shadaqah mereka yang banyak dan besar yang membuat Nabi bahagia.

Lihat didalam cerita ini, shahabat ini tidak melakukan bid'ah tetapi dia melakukan sebuah sunnah Nabi yaitu berinfaq yang banyak. Ketika yang lainnya terpancing dan ikut termotivasi untuk melakukan hal yang sama maka orang ini telah melakukan sunnah daripada sunnah hasanah.

Maka makna sunnah hasanah disini bukanlah bid'ah akan tetapi menghidupkan sunnah yang telah ada dari sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

--------------------

Pertanyaan ❻

Ya Syaikh, mohon nashihatnya jika waktu sempit, hati ini bersemangat dalam beribadah kepada Allāh. Tapi bila waktu lapang, hati ini kurang bersemangat dalam beribadah kepada Allāh. Apakah hati ini kurang bertauhid kepada Allāh? Bagaimana membangun aqidah tauhid yang kuat, kokoh dan tetap dalam segala hal?

Jawaban ❻ :

Obat dari apa yang ditanyakan adalah 2 perkara, yang 2 perkara itu dikumpulkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam sebuah hadits.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan dalam hadits beliau yang mulia :

اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ, وَاسْتَعِنْ بِاَللَّهِ, وَلَا تَعْجَزْ

"Berusahalah engkau untuk senantiasa rakus terhadap apa yang memberikan manfaat kepadamu. Tamaklah kepada sesuatu yang memberikan manfaat kepadamu dan bersandarlah (minta pertolongan) kepada Allāh dan jangan melemah."

Didalam hadits ini adalah obat dari apa yang tadi ditanyakan.

⑴ mujāhadatun nafs
Hendaklah saudara kita ini selalu memerangi nafsunya dan dirinya yang mengajaknya kepada bermalas-malasan, mengajaknya kepada sesuatu yang membuatnya selalu melemah, hendaklah dia lawan rasa malas itu dan dia berusaha untuk segera kembali mempelajari ilmu, segera bangkit dan kembali beramal. Dan dengannya dia berusaha untuk menolak sejauh-jauhnya rasa malas yang timbul.

⑵ isti'ānatu billāh
Didalam usahanya untuk melawan rasa malas, dia berdo'a/mohon/minta bantuan kepada Allāh, dan dia berusaha untuk mengharapkan taufiq dari Allāh untuk membuatnya berhasil melawan apa yang telah menimpanya.

Dan ini disampaikan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam kepada Mu'adz bin Jabbal, do'a yang bermanfaat. Nabi berkata kepada Mu'adz bin Jabbal:

 مُعَاذُ ، وَاللَّهِ إِنِّي لأُحِبُّكَ ...

"Wahai Ma'adz, aku cinta kepadamu... "

لا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاةٍ "اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ "

"Janganlah engkau meninggalkan perkataan setiap selesai shalat 'Ya, Allāh, bantulah aku untuk senantiasa berdzikir kepadamu, bersyukur kepadamu dan selalu beribadah dengan ibadah yang baik kepadamu'."

Maka selalulah ucapkan do'a ini dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kepada kita jalan keluarnya.

--------------------

Pertanyaan ❼

Bagaimana supaya kita menjadi orang yang kuat tauhidnya seperti "Bahwa rizqi ini pasti datang" tanpa khawatir akan rizqi tersebut. Terima kasih. Jazākumullāhu khairan.

Jawaban ❼ :

Jalan yang paling baik/bagus untuk mengokohkan tauhid kita:
₁ Senantiasa serius mempelajari kitabullah 'Azza wa Jalla, karena didalamnya kita akan senantiasa diajarkan sesuatu yang akan mengokohkan iman kita.

كِتَـــابٌ أَنزَلنَـــاهُ إِلَيكَ مُبَــــارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَـــاتِهِ وَ لِيَتذَّكَّرَ أُولُوا الأَلبَابِ } ( سورة ص : 29 ).

"Kitab AlQurān telah diturunkan oleh Allāh kepada engkau yang penuh dengan berkah agar mereka mentadabburi isi dari kitab tersebut." (Shād 29)

"إِنَّ هَذَا القُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ

"Sesungguhnya AlQurān ini akan menunjukkan kepada manusia jalan yang paling baik/sempurna." (Al-Isra 9)

Oleh karena itu, hendaklah seorang muslim untuk mengokohkan keimanannya selalu kembali kepada kitabullāh 'Azza wa Jalla, membacanya, memahami isi kandungannya dan mengamalkan isi kandungannya tersebut.

₂ Hendaklah seseorang selalu berusaha untuk memperhatikan dan membaca kitab-kitabnya para 'ulama, yang telah mereka tulis tentang keterangan-keterangan tauhid.

Sesungguhnya para 'ulama kita telah menulis kitab-kitab yang sangat banyak, yang berhubungan dengan tauhid, yang mereka ambil istinbatnya tentunya dari AlQuraœn dan Hadīts-hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan hendaknya kita memiliki buku tersebut dan membaca serta memahaminya.

₃ Sentiasa berdzikir dan berdo'a kepada Allāh dengan do'a-do'a yang disyari'atkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, karena sesungguhnsa do'a memiliki sebab yang sangat hebat didalam mengokohkan tauhid.

Apalagi orang yang berdo'a tersebut tidak hanya sekedar menyebut lafazh-lafazhnya, akan tetapi dia berdo'a kepada Allāh dengan memperhatikan kandungan dari do'a tersebut dan dia berusaha untuk mempraktekkan kandungan-kandungan makna dari do'a tersebut.
--------------------

Pertanyaan ❽

Apakah syirik kecil masuk ke dalam AlQurān surat An-Nisā 116 yaitu:

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ

Jawaban ❽ :

Diantara ahli ilmu ada yang mengatakan bahwa syirik kecil masuk ke dalam ayat ini karena ayat itu lafazhnya adalah umum. Dan mereka mengatakan bahwasanya didalam lafazh itu lafazh syirik maka syirik kecil termasuk didalamnya.

Akan tetapi, bersamaan dengan pendapat mereka tersebut, mereka tidak mengatakan bahwa syirik kecil ini akan membuat orang kekal di neraka.

Yang mengatakan bahwa syirik kecil termasuk dalam ayat itu karena lafazhnya umum namun mereka tidak sedikitpun berpendapat orang yang berbuat syirik kecil akan kekal di neraka.

Tapi yang mereka inginkan adalah dosa itu tidak diampuni oleh Allāh artinya pelaku dosa syirik kecil akan diadzab terlebih dahulu dan tidak akan kekal di neraka.

Namun diantara ahli ilmu ada yang mengatakan bahwa ayat ini khusus untuk makna syirik besar dan tidak masuk ke dalamnya syirik kecil. Adapun syirik kecil, dia masuk ke dalam dosa-dosa yang lainnya yang masih mendapatkan pengampunan dari Allāh dan kemudian pelakunya berada dibawah masyi'atullāh (kehendak Allāh), apakah akan diadzab atau diampuni.

--------------------


Tidak ada komentar:

Posting Komentar