Jumat, 23 Januari 2015

Jodoh Hadits 34

Syarah Hadits ke-34
Oleh Ustadz Arif Fathul 'Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم:   مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Termasuk bagusnya keislaman seseorang adalah dia meninggalkan apa yang bukan urusannya".

Ini hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Imam AtTirmidzi dan Ibnu Majah dalam kedua Sunannya dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani didalam  Shahīh Al-Jamī' Ash-Shaghīr.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, hadits yang agung ini menunjukkan kepada kita tentang arahan yang penting sekali dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, yaitu bahwasanya termasuk kebaikan Islam seseorang ketika dia meninggalkan perkara-perkara yang tidak berhubungan dengan ngan dirinya. Termasuk kebaikan seseorang adalah

 تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

Dia meninggalkan yang tidak berhubungan dengan dia, yaitu perkara-perkara yang tidak ada urusan dengan dia. Yang selayaknya tidak dia perhatikan karena sama sekali tidak ada hubungan dengan dirinya. Dan mafhum dari hadits ini termasuk kejelekan Islam seseorang ketika dia mengambil apa-apa yang seharusnya tidak dia perhatikan dan tidak dia urus.

Ini hadits yang agung yang meliputi seluruh keadaan-keadaan para hamba agar mendapatkan kebaikan didunia dan diakhiratnya.

Dan keislaman seseorang artinya adalah kepasrahan dia kepada Allah 'Azza wa Jalla baik secara lahir maupun bathin. Adapun keislamannya secara bathin ketika seorang hamba berserah diri kepada Allah 'Azza wa Jalla dengan memperbaiki aqidahnya, dengan memperbaiki hatinya yaitu mengimani setiap yang wajib, dia mengimani sesuai dengan hadits yang masyhur, hadits dari Jibril, yaitu bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata kepada Jibril ketika beliau bertanya tentang:

فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإيمَانِ

Beritahukan kepadaku tentang iman.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Apabila engkau beriman kepada Allāh, kemudian para malaikatNya, kepada kitab-kitab suciNya, kepada para RasulNya, kepada hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik dan yang buruknya.

Kemudian keislaman seseorang yang zhahir (yang nampak) yaitu ketika dia memperbaiki perbuatan yang nampak seperti perkataan-perkataan lisannya, juga perbuatan-perbuatan dirinya dengan anggota tubuhnya.

Yang manusia mereka berbeda-beda di dalam Islam ini dengan perbedaan yang sangat nampak. Sebagaimana juga berbeda didalam rupa-rupa mereka dan bentuk-bentuk tubuh mereka. Ada yang termasuk manusia yang tinggi, ada yang pendek, ada yang gemuk, ada yang kurus, ada yang tampan, ada yang jelek, yang mereka berbeda-beda semua ini. Demikian juga mereka berbeda-beda dalam keIslaman mereka kepada Allāh 'Azza wa Jalla. Yang mana Allāh berfirman dalam kitabNya:

... لا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ. أُولَٰئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِينَ أَنفَقُوا مِن بَعْدُ وَقَاتَلُوا ۚ وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَىٰ ۚ

Tidak sama diantara kalian, antara orang yang berinfaq sebelum Fathu Mekkah dan berperang. Orang yang berperang dan berinfaq sebelum Fathu Mekkah lebih besar derajatnya daripada orang yang berinfaq dan berperang sesudah Fathu Mekkah meskipun sebelumnya dijanjikan kebaikan oleh Allāh 'Azza wa Jalla (Al-Hadiid 10)

Dan jika saja manusia berbeda-beda dalam keIslaman mereka maka diantara perkara yang bisa menambah kebaikan Islam seseorang ketika dia meninggalkan apa yang tidak berhubungan dengan dia. Apa yang tidak berkenaan dengan dirinya, baik dalam agamanya maupun didalam dunianya.

Maka, seorang manusia muslim jika ingin menjadikan Islam yang baik, maka hendaknya dia tinggalkan perkara yang tidak berhubungan dengan dirinya. Karena sesuatu yang tidak berhubungan dengan dirinya, jika dia meninggalkan maka itu akan menjadikan bagusnya keIslamannya.

Suatu misal, jila ada suatu perbuatan yang engkau ragu-ragu untuk melakukannya, apakah dilakukan atau tidak, lihatlah apakah termasuk perkara penting dalam agamamu atau duniamu? Jila termasuk, maka kerjakan. Dan jika tidak ada urusan, tidak berhubungan dengan agamamu, tidak juga berhubungan denhan duniamu maka tinggalkanlah. Maka keselamatanlah yang lebih selamat.

Demikian juga jangan sampai engkau masuk ke dalam urusan-urusan manusia jika itu tidak ada hubungannya dengan dirimu sama sekali. Ini sangat berbeda dengan apa yang dilakukan manusia pada hari ini, yang mereka begitu semangat untuk melihat kepada keadaan dari manusia, kepada kehormatan mereka, yang bahkan ada yang terbiasa ketika datang orang, bagaimana fulan dan fulan. Ini, ketika seseorang meninggalkan perkara-perkara yang tidak penting ini, yang tidak ada hubungan sama sekali bahkan perkara yang diharamkan (ghibah) maka ini termasuk bagusnya keIslaman.

Kemudian juga ketika seseorang meninggalkan perkara yang tidak berhubungan dengan dirinya akan melapangkan dia, akan membuat dirinya lapang. Karena orang yang berusaha mengikuti keadaan/berita, bagaimana fulan dan fulan, ini akan capek dengan kecapekan yang besar, capek sekali. Kemudian juga akan meluputkan kebaikan yang banyak sekali akan dirinya. Dan itupun dia tidak bisa mengambil faidah sedikitpun dari capek tersebut. Maka hendaknya engkau jadikan kebiasaanmu ada dalam dirimu. Dan apa yang engkau pentingkan ada dalam dirimu. Bagaimana engkau memperbaiki.

Maka apa yang bermanfaat untuk dirimu kerjakanlah, yang tidak bermanfaat maka tinggalkanlah.

Dan bukanlah bagusnya keIslamanmu jika engkau mencari-cari dari perkara-perkara yang tidak berhubungan dengan dirimu.

Seandainya kita berjalan di atas jalan ini dan setiap orang memperbaiki dirinya, mengurus, memperhatikan dirinya, maka sungguh akan mendapatkan kebaikan yang banyak. Adapun ketika sibuk dengan urusan oranglain, mengurus perkara yang bukan urusannya, akan membuat kacau hatinya, menyibukkan hatinya dan juga menyia-nyiakan dari kebaikan-kebaikannya dan mashlahat-mashlahatnya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka marilah kita semua mengikut petunjuk Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, yaitu berupaya untuk muhāsabah pada diri kita, memperbaiki apa yang kurang dari amalan kita dan juga meninggalkan hal-hal yang tidak berhubungan dengan kita, tidak bermanfaat sama sekali didalam agama maupun dunia kita dan juga meninggalkan hal yang bukan urusan kita dari perkara-perkara manusia, yang mereka bertanggung jawab dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dan kita tidak ada urusannya didalam masuk kedalam perkara tersebut, bahkan akan menyibukkan kita dan meluputkan dari kita kebaikan yang banyak.

Semoga Allāh memberikan taufiq kepada kita kepada segala yang diridhai dan segala yang dicintai Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

والله أعلم بالصواب

و صلى الله على محمد و على آله و صحبه أجمعين.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته


https://www.dropbox.com/s/pjqfevduri4o2j3/Hadits%20ke%2034.aac?dl=0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar