Jumat, 23 Januari 2015

Jodoh Hadits 29

Syarah Hadits ke-29
Oleh Ustadz Arif Fathul Ulum, LC

بسم اللّه. إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه و على آله و أصحابه ومن واله و سلم تسليما كثيرا. أما بعد.

قَدْ قَالَ رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم: إِنَّ اللهَ تَعَالَى جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallama bersabda "Sesungguhnya Allāh Ta'ālā adalah indah, mencintai keindahan".

Ini adalah hadits yang shahīh yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya dan juga dari hadits lain riwayat seperti Tirmidzi, Hakīm dan yang lainnya, yang merupakan hadits yang agung yang menunjukkan sifat-sifat yang agung dari Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Yang mana Allāh adalah jamīl, Allāh adalah indah. Allāh memiliki keindahan yang sempurna dan yang paling berhak terhadap keindahan dari semua segi; dari seluruh zatNya, dari zatNya, dari sifat-sifatNya, dari perbuatanNya, dari seluruh yang ada pada diriNya maka Allāh adalah Maha Indah di dalam segalanya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, Allāh Subhānahu wa Ta'ālā adalah zat yang Maha Indah didalam seluruh apa yang ada pada Dia, dari ZatNya, dari sifat-sifatNya, dari perbuatan-perbuatanNya, dari takdirNya, dari keputusanNya, semua adalah indah dari Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Yang dengan keindahan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, Allāh juga mencintai segala macam keindahan yang datang dari makhluqNya. Dan keindahan yang dicintai Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dari makhluqNya ada 2 macam, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama.
❶ Ada keindahan yang sifatnya keindahan fisik (atau secara zhahir, yang nampak), yaitu keindahan dari tubuh yang bersih, bagian yang bersih, bagian yang indah, tempat dan yang lainnya.
❷ Kemudian yang berikutnya adalah keindahan yang bersifat keindahan yang bathin yaitu keindahan dari seorang hamba (seorang manusia) yang menghiasi diri dengan akhlaq yang mulia, akhlaq yang indah yang dicintai oleh Allāh dan RasulNya.

Karena itu diantara do'a Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallama yang beliau panjatkan kepada RabbNya:

اللَّهُمَّ اهْدِنِي لأَحْسَنِ الأَخْلاقِ ، فَإِنَّهُ لا يَهْدِي لأَحْسَنِهَا إِلا أَنْتَ. وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلا أَنْتَ

Ya Allāh berikan petunjuk kepadaku kepada akhlaq yang mulia dan kepada amalan yang indah, yang tidak bisa memberikan petunjuk kepada amalan indah kecuali engkau. Dan jauhkanlah dariku dari kejelekan amalan dan akhlaq. Tidaklah menghindarkan diriku dari kejelekan akhlaq dan amalan kecuali Engkau.

Ini menunjukkan bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berdo'a kepada Allāh agar diberikan keindahan yang bathin.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, Allāh adalah Zat yang Maha Indah di seluruh dari perbuatannya, dalam seluruh sifat-sifatNya, yang karena itulah Allāh mencintai sebagian keindahan dari apa yang datang dari makhluqNya, baik keindahan yang nampak dari penampilannya, kemudian juga dari akhlaqnya yang mulia, dari kedermawanan, dari rahmat, dari ampunan, kasih sayang dan semuanya, yang Allāh mencintai keindahan tersebut, yang datang dari makhluqNya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka jelaslah kepada kita bahwasanya Allāh suka jika keindahan itu muncul dan nampak dari makhluqNya. Yang Allāh juga cinta keindahan dari akhlaq yang datang dari makhluqNya.

Dan ketika syari'at Allah memerintahkan seseorang bersikap tidak berlebihan dan tidak sombong maka ini tidak menafikkan, juga perintah untuk berpenampilan yang baik sebuah akhlaq yang mulia, menghindari dari akhlaq berbuat jelek, kesombongan dan yang lainnya.

Karena hadits ini datang sabab wurudnya (sebab datangnya) ketika Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallama menyatakan dalam hadits yang shahih:

لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari kesombongan.

Maka ada seorang shahabat yang bertanya pada Rasūlullāh, ada seorang dari kami yang  dia suka kalau pakaiannya bagus, sandangnya bagus, apakah itu termasuk dari kesombongan? Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallama menyatakan bahwa:

إِنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَال. الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

(Kalau masalah kebaikan) Allah menyukai keindahan dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah ketika seseorang meremehkan kebenaran dan menghinakan manusia.

Adapun kalau dia memakai pakaian yang baik, pakaian yang indah sesuai dengan kemampuan yang dia miliki maka ini tidak dilarang. Bahkan Allāh mencintai keindahan yang datang dari makhluqNya.

Atau dalam hadits yang lain, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallama menyatakan: "Allāh cinta akan nampak nampaknya dari atsar nikmat dia pada hambaNya". Yang Rasūlullāh bersabda:

إنَّ الله يُحِبُّ أَن يَرَى ءاثَارَ نِعمَتِه على عَبدِه

Sesungguhnya Allāh cinta ketika melihat bekas kenikmatan Allāh berupa kebaikan atas hambaNya.

Ketika seseorang menampakkan nikmat, ketika dia memiliki kemampuan untuk memakai pakaian yang baik, yang bagus, karena Allāh telah memberikan rizqi pada dia maka termasuk perkara yang dicintai Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, yang Allāh berfirman dalam yang lain :

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ [الضحى:11]

Dan adapun dengan nikmat Rabbmu maka beritahukan.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka hendaknya kita mengimani bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'ālā adalah indah, mencintai keindahan. Barangsiapa yang menyangka bahwa Allāh meridhai ketika orang memakai pakaian yang usang, pakaian yang sobek-sobek dan robek-robek, maka sungguh dia telah keliru didalam memahami hal itu sebagaimana orang-orang yang berlebihan yang mereka menganggap ketika dia semakin sengsara (menampakkan kesengsaraan), Allāh akan semakin mencintainya. Karena sesungguhnya 'ibrah bukan diambil dari penampakan atau yang nampak tetapi adalah dari ketika seseorang keimanannya dan juga dari amalan hatinya. Maka ketika dia mampu untuk melakukan hal yang baik, Allāh berikan kemampuan pada dia untuk memakai pakaian yang pantas, yang indah, maka dia nampakkan berarti Allāh mencintai keindahan dan dia tetap juga menjaga hatinya dari yang mengotori, dari keindahan hatinya yaitu dengan menghindari dari kesombongan atau sifat yang tercela, inilah yang dicintai Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dari seorang hamba.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka yang Allāh cintai pada seorang hamba adalah keindahan, dalam badannya, di dalam tubuhnya dia menjaga kebersihannya, menjaga agar tidak nampak jelek dihadapan manusia, yang terbaik dihadapan manusia.

Adapun tentang fisik yang datang dari Allāh maka jelas ini bukan merupakan usaha manusia tapi yang disukai adalah bagaimana dia berupaya untuk tampil sesuai dengan yang baik, yang sesuai dengan yang diperintahkan Allāh dan RasulNya.

Adapun masalah seorang itu tampan, atau cantik, atau tidak cantik, atau tidak tampan maka ini bukan dari upaya manusia. Yang masuk dari upaya manusia adalah bagaimana dia berupaya berpenampilan yang baik yang indah sesuai dengan kemampuannya.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, maka marilah kita semua menjalankan petunjuk Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, mendapatkan keridhaan Allāh, mendapatkan kecintaan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dengan berupaya kebaikan, dengan menampilkan keindahan yang kita mampu untuk melakukannya, yang Allāh telah menyatakan, Rasūlullāh telah menyatakan "Allāh mencintai keindahan" maka hendaknya kita juga menampakkan yang indah dihadapan makhluq, sekaligus juga menampakkan atsar dari nikmat Allāh yang telah diberikan Allāh kepada kita semua.

Kaum mu'minīn yang dirahmati Allāh Subhānahu wa ta'ālā, semoga Allāh Subhānahu wa Ta'ālā juga memberikan kebaikan kepada kita dan juga memberikan petunjuk kepada kita kepada jalan yang benar dan tidak terjerumus dalam pemahaman yang keliru didalam agama, didalam memahami dalil yang sebagian manusia mereka mempermasalahkan hadits ini.

Ini hadits yang lain, Rasūlullāh bersabda:

إِنَّ الْبَذَاذَةَ مِنَ الْإِيمَانِ

Bahwa kesederhanaan termasuk dari keimanan.

Maka jawabannya sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abdulmuhsin Al'Abbad حفظه اللّه bahwa tidak ada kontradiksi antar hadits ini dengan hadits:

الْبَذَاذَةَ مِنَ الْإِيمَانِ

Karena yang dimaksud dengan الْجَمَالَ adalah bukan yang berlebihan, tidak dengan pemborosan atau ghuluw. Dan pada kesederhanaan bukan maksudnya adalah penampilan yang jelek tetapi kesederhanaan adalah yang tidak berlebihan dari seseorang dari segala perkara. Inilah yang diperintahkan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Dan semoga Allāh selalu memberikan kepada kita kebaikan dan menjauhkan dari kejelekan.

وصلى الله على نيينا محمد و على آله و صحبه و سلم

و آخر دعونا، الحمد لله رب العالمين

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته.


https://www.dropbox.com/s/6e5lgld0nw8dabe/Hadits%20ke%2029.aac?dl=0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar