Jumat, 23 Januari 2015

Hadits ke-9 | Adab-Adab Memberi Salam

BimbinganIslam.com
Rabu, 16 Rabi'ul Awwal 1436 H / 7 Januari 2015 M
Ustadz Firanda Andirja, MA
Kitabul Jaami' | Bulughul Maaram
Hadits ke-9 | Adab-Adab Memberi Salam
---------------------------------------- 

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ikhwan dan akhawat sekalian yang dirahmati اللّه سبحانه وتعالى, kita masuk pada halaqoh yang ke-12, masih berkaitan dengan adab salam.
Dari 'Ali رضي اللّه عنه, beliau berkata:

قال رسول الله صلّى اللّه اللَّهُمَّ نَفِّعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وسلّم "لَا تَبْدَؤُوا اَلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى بِالسَّلَامِ, وَإِذَا لَقَيْتُمُوهُمْ فِي طَرِيقٍ, فَاضْطَرُّوهُمْ إِلَى أَضْيَقِهِ"

Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم bersabda: Janganlah kalian mulai memberi salam kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Nashrani. Dan jika kalian bertemu dengan mereka dijalan maka buatlah mereka tergeser ke jalan yang sempit. (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati olehاللّه سبحانه وتعالى, hadits ini dipermasalahkan oleh sebagian orang yang menjelaskan Islam kok demikian, kok mengajarkan sikap keras kepada orang-orang kafir?

Sebenarnya hadits ini tidak menjadi masalah karena kita menempatkan dalil-dalil sesuai dengan kondisinya.

Ada dalil-dalil yang menunjukkan bagaimana rahmatnya Islam. Dan terlalu banyak dalil yang menunjukkan bagaimana sikap Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم terhadap orang-orang kafir dengan muamalah thayyibah, dengan sikap yang baik dalam rangka untuk mengambil hati mereka.

Bahkan terhadap orang yang sangat membenci Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم, Abdullah bin 'Ubay bin Salul. Tatkala meninggal dia tidak punya kain kafan. Maka Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم memberikan baju yang beliau pakai untuk dijadikan kain kafan bagi Abdullah bin 'Ubay bin Salul. Padahal dia adalah gembongnya orang munafiq yang sering menyakiti Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم dan juga keluarga Nabi صلّى اللّه عليه وسلم. Yang telah memimpin untuk menuduh 'Aisyah telah melakukan berzina. Akan tetapi Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم bermuamalah dengan baik dengan dia.

Demikian juga Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم bermuamalah baik dengan orang kafir seperti orang Yahudi yang pernah menjadi pembantu Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم, maka tatkala sakit, Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم menjenguknya. Dan Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم mendakwahinya dan terlalu banyak dalil bagaimana sikap lemah lembut dari kaum muslimin terhadap orang-orang kafir.

Ini bab tentang muamalah maka seseorang berusaha untuk berbuat baik kepada orang-orang kafir dalam rangka untuk mengambil hati mereka.

Tetapi dalam kondisi-kondisi lain, dimana tatkala kondisi menunjukkan Islam harus lebih tinggi, contohnya tatkala melewati suatu jalan maka seorang muslim ketika berjalan ditengah jalan, kemudian ada orang kafir lewat maka jangan kemudian dia minggir kemudian mempersilakan orang kafir, ini menunjukkan kehinaannya dia, tidak. Kita tetap berjalan karena dia berhak untuk jalan ditengah. Dia seorang muslim, maka dia jangan mengalah.

Ini cara seorang muslim memiliki 'izzah, memiliki kemuliaan, bukan malah lemah loyo dihadapan semua orang.

Dan ini kadang terjadi, misalnya dalam suatu perkumpulan orang muslim malu berbicara, orang kafir terus yang berbicara. Orang muslim tidak enak-tidak enak, orang kafir yang menguasai majlis. Ini tidak benar. Ini saatnya menunjukkan Islam harus memiliki 'izzah, memiliki kemuliaan dihadapan orang-orang kafir.

Oleh karenanya bab tentang muamalah hasanah bab tersendiri, adapun bab tatkala seseorang harus menunjukkan keutamaan Islam maka dia harus tunjukkan.

Ada beberapa point yang berkaitan dengan hadits ini.

Yang pertama, seorang muslim tidak boleh mendahulukan mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nashrani. Kenapa? Karena salam itu menunjukkan kemuliaan dan ada do'a, dan yang penting ada do'a. Kalau kita mengucapkan Assalaamu'alaykum berarti kita mendoakan keselamatan bagi dia, dia tidak berhak untuk mendapatkan keselamatan. Dia kafir kepadaاللّه سبحانه وتعالى, dia kafir terhadap Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم, dia berbuat kesyirikan, bagaimana kita mengatakan keselamatan bagi kalian. Maka tidak kita berhak, tidak boleh bahkan (bukan cuma tidak berhak), tidak boleh untuk mengucapkan salam dahulu kepada mereka.

Akan tetapi kalau mereka yang dahulu memberi salam, maka kita menjawab. Kalau mereka mengucapkan "Assalaamu'alaykum". Kita jawab "Wa'alaykum", demikian juga bagi kalian.

Namun para ulama menyebutkan, jika kondisinya ternyata sulit, masa kita bertemu dengan orang-orang kafir kita tidak memberi salam sama sekali. Nanti menunjukkan prasangka buruk kepada kaum muslimin.

Maka para ulama (banyak ulama yang membolehkan). Tatkala Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, seperti ulama sekarang Syaikh Albani رحمه اللّه. Jika kita bertemu dengan orang-orang kafir, misalnya mungkin bos kita, mungkin teman kerja kita, rekan kerja kita. Maka kita tidak mengucapkan. “Assalaamu'alaykum", kita menggunakan kata-kata salam yang lain, seperti kita mengatakan selamat pagi, bagaimana kondisimu?, good morning, seperti itu tidak jadi masalah, yang penting tidak ada do'a (Assalaamu'alaykum itu do'a) yang tidak pantas untuk diberikan kepada orang-orang yang musyrik dan kafir kepada اللّه juga kafir kepada Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم.

Demikian para ikhwan dan akhwat yang dirahmatiاللّه سبحانه وتعالى. Apa yang bisa kita sampaikan pada halaqoh ke-12, akan lanjutkan pada halaqoh berikutnya.

Wabillahit taufiq.

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

✒ Tim Transkrip Materi BiAS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar